Consort of A Thousand Faces
Chapter 120 : Rasa Aman
Setelah melihat kereta Yun Ruo Feng mendekati istana kekaisaran Nan Zhao, pengawal kekaisaran tidak berani lamban dan cepat-cepat membukakan gerbang istana. Yun Ruo Feng tidak mengantarkan Ning An Lian sepanjang jalan menuju ke kamar kekaisarannya, memilih turun saat mereka di tengah perjalanan.
Ning An Lian menyibakkan tirai keretanya dan menyaksikan
sementara Yun Ruo Feng berjalan ke kejauhan. Sampai sebegitu
sibuknyakah ia setelah menjadi Prince Regent hingga ia bahkan tak bicara
sepatah kata pun saat ia pergi?
Ia juga begitu sibuk ketika Nan Zhao terlibat dalam
peperangan, tetapi ia tetap akan pergi menyusul Ning Ru Lan setiap harinya
untuk mendiskusikan strategi militer. Jelas-jelas, seharusnya akulah wanita
yang paling dicintainya saat ini.
Ning An Lian bisa merasakan hatinya dilanda kesakitan
ketika ia memikirkan ini. Tiba-tiba saja ia teringat hari dimana ia mengetahui
kalau ia sedang mengandung bayi pertama mereka.
Ia bergegas mencarinya, ingin bertanya padanya, apakah
mereka harus mempertahankan bayi itu, tetapi saat akhirnya ia menemukannya, Yun
Ruo Feng sedang berada di dalam hutan bersama Ning Ru Lan. Ia menghimpit Ning
Ru Lan di sebatang pohon, dan menciumnya dengan bergairah seolah tak ada siapa pun
yang melihat.
Menyaksikan mereka bermesraan dengan penuh kebahagiaan
meliputinya dengan keputusasaan. Setelah mereka berpisah, ia menyelinap ke
tenda Yun Ruo Feng, tetapi hanya mendapatkan dua kata sebagai balasan—"Gugurkan
saja." Ia mengucapkan kata-kata itu dengan mudahnya, dan dengan
senyuman yang sama yang selalu ditampilkannya, menenangkannya, mengatakan kalau
nantinya mereka masih bisa punya bayi lagi, dan sekarang ini masih belum tepat
waktunya.
Sudut bibir Ning An Lian terangkat membentuk senyuman
pahit. Aku merencanakan sekian lama untuk membunuh Ning Ru Lan, hanya
supaya Yun Ruo Feng bisa menikahiku! Tetapi sekarang, jangankan menikahiku, ia
bahkan tidak sanggup menciumku saat aku memohon padanya.
Mengapa Langit memperlakukanku seperti ini? Ning
An Lian tersenyum sedih di dalam kereta.
"Putri Pertama Kekaisaran, istana dalam berada tepat
di depan. Anda harus menaiki tandu dari sini." Kereta kudanya berhenti,
membuat si kusir pun berbicara dengan hormat.
Mengusap air matanya dan menghilangkan ekspresi suram di
wajahnya, Ning An Lian mengiyakan pelan sebelum turun dari kereta kuda.
Sebuah tandu merah mendekat perlahan. Seorang kasim
menghampiri dengan tangannya saling tindih dan berjongkok. "Putri Pertama
Kekaisaran, silakan naik ke atas tandu."
Ning An Lian menginjak tangan terlipat si kasim dan
menaiki tandu dengan bantuan para dayang istana.
Karena tandunya luas, saat tirai merah mudanya berkibar
menutup, Ning An Lian bisa bersandar di satu sisi sebelum menopang kepalanya
dengan satu tangan.
Tandu yang sangat besar ini tadinya hanya milik Ning Ru
Lan seorang, tetapi kini adalah milikku, Ning An Lian. Bahkan Yun Ruo Feng
saja, seseorang yang dicintai Ning Ru Lan yang angkuh dan penyendiri itu, kini
juga milikku.
Memikirkan ini, Ning An Lian menyeringai. Seperti yang
dikatakan oleh Yun Ruo Feng, ia adalah pemenangnya. Aku selalu
menginjak-injak Ning Ru Lan di bawah kakiku.
Aku adalah wanita tercantik dan berpangkat tertinggi di
Nan Zhao. Aku juga akan segera resmi menjadi wanita Yun Ruo Feng dengan cara
yang megah di masa mendatang.
Emosi Ning An Lian sedikit demi sedikit menjadi stabil
setelah memikirkan ini.
***
Di dalam istana peristirahatan Putri Pertama Kekaisaran,
kepala dayang, Piao Xu, langsung maju ke depan saat ia melihat tandu merah
menyala itu. Membungkuk hormat, ia pun menyapa Ning An Lian sewaktu ia
mengulurkan tangan untuk membantu Ning An Lian turun dari tandu tersebut.
"Pelayan ini memberi hormat pada Putri Pertama Kekaisaran."
Ning An Lian mengangguk samar dan berjalan menuju aula
utama istana peristirahatannya, Piao Xu segera mengikuti di belakangnya.
"Yang Mulia, pelayan ini sudah menyeduhkan teh
bunga. Apakah Anda ingin meminumnya?"
Ning An Lian melambaikan tangannya untuk membubarkan sisa
dayang lainnya, meninggalkan hanya Piao Xu seorang. "Apakah kau sudah mendapatkan
apa yang Putri ini minta padamu?"
Piao Xu mengangguk dan memotong jarak antara dirinya dan
Ning An Lian sebelum berbicara pelan. "Seorang wanita dengan penampilan
mengagumkan memang muncul di jalanan Nan Zhao. Rumor yang beredar di antara
warga memang benar. Pada saat itu, wanita ini menghentikan kedua Nona Wei
berkelahi. Tetapi kini, dua Nona Wei itu sudah mati."
"Dua Nona Wei dibunuh tepat setelah berhubungan
dengan wanita ini." Ning An Lian menunjuk pelan-pelan, sudut bibirnya
melengkung membentuk senyuman.
"Apakah kau sudah menemukan latar belakang dan
kediaman wanita itu saat ini?"
Piao Xu menggelengkan kepalanya. "Seolah ia mendadak
menghilang tanpa jejak. Kasus kedua Nona Wei juga sudah selesai. Pengurus Kedai
Teh Aprikot Keberuntungan dan salah satu pelayannya berkerja sama membunuh
mereka."
"Mana mungkin?" Ning An Lian mendengus.
"Sudah jelas, sepintas lihat saja, mereka hanya kambing hitam. Mereka bisa
membodohi orang lain, tetapi bukan Putri ini. Bukankah Keluarga Wei adalah
kerabat jauh Wei Mo Hai?"
"Mereka memang kerabat jauh Komandan Wei, tetapi ia
tidak campur tangan dalam urusan ini," Piao Xu menjawab secara faktual.
Tentu saja ia sangat teliti. Terlebih lagi, Putri Pertama Kekaisaran sangat
mempedulikan urusan ini, mendorong Piao Xu menginvestigasi secara mendalam.
"Sebenarnya, siapakah yang sudah membunuh kedua Nona
Wei? Mungkinkah wanita itu? Karena mereka adalah kerabat, tidak pantas bagi Wei
Mo Hai untuk tetap diam dalam masalah ini." Ning An Lian ber'tch' dan
memerintahkan, "Sampaikan titah lisan Putri ini. Wei Mo Hai masuk
istana."
"Pelayan ini mematuhi perintah." Piao Xu
membungkuk seraya undur diri, membawa titah lisan Ning An Lian bersamanya.
Ning An Lian mengangkat tangan dan memijat pilipisnya
lembut. Wanita ini sebanding dengan Ning Ru Lan dalam hal kecantikan,
belum lagi, ia pun terkait secara tak terjelaskan dengan kematian kedua Nona
Wei.
Ia sangat penasaran. Siapakah sebenarnya wanita
ini?
Sangat tenang di dalam istana peristirahatan itu. Tak ada
satu pun dayang yang berani masuk ke aula utama, dan menyapu halaman dengan
hati-hati. Tadinya, ini merupakan istana peristirahatan tempat tinggal Ning Ru
Lan.
Sebelum Ning An Lian pindah, ia melepaskan semua dekorasi
di dalam kamar dan mempekerjakan pengrajin untuk merenovasi aula tersebut
sesuai dengan seleranya. Dayang istana yang sebelumnya bertugas juga
dipindahkan, dan sekelompok dayang baru dibawa masuk.
Piao Xu masuk ke dalam kamar setelah beberapa saat.
"Yang Mulia, Komandan Wei tidak sedang berada di istana kekaisaran.
Pangeran Yun mengirimnya keluar untuk melakukan tugas. Pelayan ini juga
mendapatkan dua informasi, tetapi tidak yakin apakah aku harus mengatakannya
atau tidak."
"Katakan." Wajah Ning An Lian mengeras, dan
tanpa sadar ikut terproyeksikan dalam suaranya.
Piao Xu bimbang. Jika aku mengatakannya, Putri
Pertama Kekaisaran pasti akan mengamuk. Tetapi jika aku menyembunyikan darinya,
ia tetap akan mengetahuinya juga.
"Cepat katakan." Ning An Lian jadi tidak
sabaran dan mendesak Piao Xu.
"Pangeran Yun disergap oleh orang misterius ketika
ia sedang dalam perjalanannya menyambut Pangeran Hao dari Bei Min. Ia digigit
oleh ular krait berbisa sewaktu kereta kudanya tersasar masuk ke dalam
semak-semak."
Ning An Liang langsung menegang dan menggebrak meja.
"Apa? Ular krait berbisa? Ia sungguh menyembunyikannya dari Putri
ini!"
Ning An Lian tak bisa duduk diam lagi. Ia mencemaskan
kesehatannya, dan langsung bangkit, pergi meninggalkan istana peristirahatan.
Piao Xu mengikutinya dan meneruskan, "Putri Pertama
Kekaisaran, Pangeran Hao dari Bei Min sudah pergi ke area memanah dini hari
pagi tadi tanpa membawa satu pun pengawalnya."
Langkah kaki Ning An Lian langsung terhenti, napasnya
tertahan. Pangeran Hao sudah pergi ke area panahan. Yun Ruo Feng pasti
mengetahui ini, jadi mengapa ia tetap menuju ke rumah pos?
Hanya ada pengawal dari Kediaman Pangeran Hao dan juru
masak wanita yang ada di rumah pos. Untuk apa Yun Ruo Feng pergi ke sana? Untuk
menemui pengawal? Mustahil!
Mungkinkah ada orang lain di rumah pos selain para
pengawal dan si juru masak wanita? Siapa sebenarnya yang ia temui?
Jantungnya berdebar seperti genderang, sekali lagi, Ning
An Lian merasakan keresahan samar melanda dirinya.
Aku harus pergi dan menemui Yun Ruo Feng secepatnya dan
menanyainya dengan benar. Mengapa ia tidak memberitahuku kalau ia terkena
racun? Kenapa ia pergi ke rumah pos?
Ning An Lian mempercepat
langkahnya dan meninggalkan istana peristirahatannya.
Piao Xu cepat-cepat mengejarnya dan menginformasikan,
"Yang Mulia, Pangeran Yun sedang berada di Institut Tabib
Kekaisaran."
0 comments:
Posting Komentar