Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 113

Consort of A Thousand Faces

Chapter 113 : Kerumunan yang Kaget

Wei Guang mengangkat lengannya dan mengusap air matanya. Putriku yang malang; mereka bahkan tidak bisa langsung dimakamkan setelah meninggal. Aku harus meminta koroner untuk mencari tahu siapa pembunuhnya.

"Pergi dan laporkan pada tuanmu. Katakan padanya, ia harus mendapatkan keadilan demi putriku; mereka tidak boleh mati sia-sia!" Wei Guang merengek. Ia sudah setua seratusan tahun, dan tak lama lagi akan mati. Kehilangan kedua putrinya, tidak akan ada orang yang akan mengantarnya pergi sewaktu meninggal nanti.

Petugas kehakiman itu mengangguk serius. "Tuan Tanah Wei, mohon jangan cemas. Hakim Provinsi tahu posisimu di ibu kota, dan pasti akan memeriksa hingga ke akarnya."

Setelah itu, petugas kehakiman membawa jenazah ke dalam kereta kuda dan dengan cepat kembali ke Kantor Pemerintahan Provinsi.

Tatapan beberapa warga sipil mengikuti perputaran roda kereta, tersadar dari keadaan terguncang mereka hanya ketika kereta itu sudah menghilang dari pandangan. Beberapa orang menggelengkan kepala mereka, sementara yang lainnya mendesah dan memperlihatkan simpatinya.

"Para Nona dari Keluarga Wei memang cukup tidak masuk akal, tetapi mereka tidak berbuat apa pun yang melukai orang lain. Aku tidak percaya kalau mereka dibunuh begitu saja."

"Apakah mereka menyinggung seseorang?"

"Aku menduga, mereka pasti mengatakan sesuatu yang parah dengan mulut berbisa mereka dan dibunuh karena hal itu." Kerumunan langsung setuju dengan pendapat si pemuda.

Orang harus berhati-hati akan apa yang mereka ucapkan dan mengumpulkan beberapa jasa bagi diri mereka sendiri.

Su Xi-er terus memerhatikan pergerakan di depan kedai teh, sementara Pei Qian Hao mengamati setiap pergerakannya. Tampaknya, ia sangat mempedulikan apa yang terjadi di kedai teh, tetapi mengapa demikian jika ia tidak terlibat?

Setelah Su Xi-er menurunkan tirai kereta kudanya, Pei Qian Hao memerintahkan satu pengawal, "Bubarkan semua orang yang ada di depan kedai teh, Pangeran ini akan memesan seluruh kedai tehnya untuk malam ini."

Si pengawal menyetujui dengan menjawab hormat dan berjalan ke arah kedai teh. Terlatih sebagai pengawal di Kediaman Pangeran Hao, tentu saja ia jauh lebih bugar ketimbang orang biasa, membuatnya berhasil menerobos kerumunan.

Semua orang memandangi si pengawal, tatapan mereka mengikuti arah datangnya. Saat mereka melihat kereta kuda, banyak orang merasa kaki mereka lemas, hampir secara insting ingin berlutut. Mereka yang berhasil menghindari kondisi itu masih membeku di tempat, nyaris seakan mereka berhenti bernapas.

Ini adalah kereta kuda Pangeran Yun .... Pangeran Yun ada di dalam.

Petugas kehakiman yang tetap tinggal untuk mengatasi buntut kejadian ini semuanya langsung berlutut dan serempak berteriak. "Memberi hormat kepada Pangeran Yun!"

Bereaksi serupa, semua warga sipil pun berlutut dan mengucapkan bersama-sama, "Memberi hormat kepada Pangeran Yun!"

Di dalam kereta, Pei Qian Hao bersandar di dinding dan mengabaikan kerumunan di luar sana. Jika ini terus berlanjut, semua orang akan mengira kalau orang yang ada di dalam kereta kuda ini adalah Yun Ruo Feng.

Su Xi-er mengangkat tirai kereta kuda saat ia melihat pria itu tak berniat bicara. Suara halus seorang wanita datang dari dalam kereta kudanya. "Bukan Pangeran Yun yang ada di dalam sini, melainkan Pangeran Hao dari Bei Min."

Suara yang masuk ke dalam telinga semua orang terdengar cukup merdu untuk dikatakan datang dari Langit. Tepat saat semua orang terkesima dalam suara indah itu, mereka tiba-tiba tersadar apa yang didengarnya. Pangeran Hao dari Bei Min.

Bei Min .... Pangeran Hao, pria paling berkuasa di Bei Min dan pria paling terhormat di dunia, sedang duduk di dalam kereta kuda tepat di depan kami!

Seolah udaranya mendadak membeku. Semua orang menegang, bahkan sampai melupakan bicara dan menyampaikan salam mereka.

Tepat di adegan inilah, yang ditemui pengawal Pangeran Hao saat ia keluar dari kedai tehnya. Semua orang bengong, mata mereka terbuka lebar seraya berdiri kaku di tempat, entah membeku ketakutan, atau memang tercengang sampai jadi tolol.

Hingga suara indah si wanita terdengar lagi barulah semua orang tersadar dari keterguncangan mereka. "Pangeran Hao menginstruksikan agar semua orang segera meninggalkan tempat ini."

Saat semua orang mendengar kata 'segera meninggalkan tempat ini', tubuh mereka bereaksi lebih cepat ketimbang kepala mereka. Beberapa orang langsung ambruk di tanah lagi sementara mereka mencoba bangkit, dan harus dipapah oleh orang lain sebelum akhirnya mereka bangkit dan pergi.

Melihat para pejalan kaki sudah menghilang dalam waktu singkat, pengawal mengambil alih kereta kuda dan memandunya menuju kedai teh.

Pengurus dan pelayan kedai tehnya berdiri hormat di satu sisi dengan kepala mereka tertunduk, tak berani mendongak. Mereka merasa sulit bernapas sewaktu mendengarkan langkah kaki stabil dan kuat yang mendekat.

Pei Qian Hao berjalan masuk ke dalam kedai tehnya secara perlahan. Ada tiga lantai. Melihat dekorasinya, lantai ketiga adalah yang paling mewah.

Si pengurus mengikuti, suaranya gemetaran sewaktu berbicara. "Pangeran Hao, apa ... yang ingin Anda makan ... dan apa yang ingin Anda minum?"

Tatapan Pei Qian Hao mengitari sekitar sebelum akhirnya ia duduk di atas bangku di bagian paling kiri pojok lantai pertama.

Tindakannya membuat jantung si pengurus terasa tenggelam dengan cepat. "Pangeran Hao .... Pelayan ini akan membawa Anda ke sebuah ruang pribadi di lantai tiga."

Pengurusnya amat ketakutan akan aura Pei Qian Hao, dan tidak tahu bagaimana harus menyebut dirinya sendiri di hadapan pria itu. Bawahan ini? Orang rendahan ini? Setelah memikirkannya, ia memutuskan untuk menggunakan kata 'pelayan ini'.

Jemari ramping Pei Qian Hao mengetuk mejanya pelan. "Kau bukan bawahan Pangeran ini, jadi mengapa kau menyebut dirimu sebagai seorang pelayan?"

Jantung si pengurus pun berdebar kencang dan berlutut. "Hamba pantas mati; Pangeran Hao, mohon hilangkan amarah Anda." Ia sungguh tidak tahu bagaimana menyebut dirinya sendiri sekarang. Aku tidak boleh menyebut diriku sebagai seorang pelayan, jadi aku harus menyebut diriku apa? Orang rendahan ini?

Su Xi-er melihat kalau si pengurus sedang dalam kesulitan dan menyela, "Bawakan semua makanan dan minuman terbaik dari kedai teh ini kemari."

Mendengar ini, si pengurus pun mengiyakan dengan hormat. Ia langsung bergerak untuk memenuhi perintahnya, seolah ia baru saja diampuni atas suatu kejahatan besar.

Ia baru saja mengambil tiga langkah saat ia mendengar suara tenang dan dalam dari belakang. "Bawakan satu guci anggur kualitas tertinggi."

Pengurusnya berbalik dan mengangguk sebelum buru-buru kembali mengerjakan tugas sebelumnya.

Su Xi-er menatap Pei Qian Hao. "Anda sudah minum banyak anggur di istana kekaisaran, tetapi Anda tetap ingin anggur lagi?"

Tangan Pei Qian Hao terus mengetuk-ngetuk meja selagi ekspresi nakal muncul di matanya. "Kali ini, kau akan minum dengan Pangeran ini."

"Hamba tidak tahu caranya minum anggur." Aku tahu caranya minum, tetapi aku tidak ingin.

"Kalau kau tidak mencobanya, bagaimana kau bisa tahu?" Pei Qian Hao menggeser pandangannya untuk mengamati dekorasi di dalam kedai teh.

"Apakah kau melihat-lihat kedai teh ini saat kau menyelinap keluar untuk berjalan-jalan?"

Su Xi-er menjawab jujur, "Iya."

Pada saat ini, seorang pelayan dengan kepala tertunduk membawakan satu guci anggur kualitas terbaik ke atas meja. Walaupun ini hanya sebuah kedai teh, beberapa pelanggan akan meminta anggur, jadi sudah biasa bagi mereka untuk menyiapkan beberapa guci anggur.

"Pangeran Hao, silakan dinikmati." Si pelayan meletakkan guci anggurnya di atas meja, satu beban berat terangkat dari pundaknya.

Berada sedekat ini dengan Pangeran Hao, seluruh tubuhnya terasa ditekan oleh rasa gugup serta ketakutan. Ia akan mulai gemetaran jika ia tetap berada di sana terlalu lama.

Pei Qian Hao mengambil dua cangkir teh dan mengisi mereka dengan anggur. Kemudian, ia mengambil satu cangkir dan menyerahkannya pada Su Xi-er. "Minum." Suaranya terdengar dingin menusuk.

"Hamba tidak tahu caranya minum."

Si pelayan menyadari sesuatu yang familier dari suaranya, tetapi ia tidak berani mendongak dengan adanya Pangeran Hao di sini. Dengan kepala yang tertunduk, ia melihat baju kasar familier yang dikenakan wanita itu.

Wanita ini ... Si pelayan jadi curiga. Mendadak, ia teringat akan kasus pembunuhannya.

Dalam sekejap, si pelayan mengangkat kepalanya horor dan langsung menatap Su Xi-er. "Kau ...."

Su Xi-er mengenalinya. Ia adalah pelayan yang membawakan nampan berisi makanan ke ruangan pribadi putri Keluarga Wei.

"Kau ... kau, kan ..." Si pelayan tak berani mempercayai matanya sendiri dan tergagap.

Tiba-tiba saja, suara keras datang dari arah luar kedai teh. Saat si pengurus pergi memeriksanya, ia menemukan kalau mereka adalah sekelompok petugas kehakiman.

"Dengan perintah dari Hakim Provinsi, semua orang yang ada di kedai teh harus dibawa ke Kantor Pemerintahan Provinsi untuk diinterogasi."

Si pengurus pun dilema. Ada tamu penting di sini, di kedai teh ini, dan pengawal kekaisaran di luar sana. Apakah para petugas kehakiman ini buta? Tidak bisakah mereka melihat kalau sedang ada orang berpengaruh di sini?

"Ini ...."

Si kepala petugas kehakiman tidak sabar. "Jika kau mengganggu kasusnya, hati-hati saja kehilangan kepalamu."

Si pengurus pun gemetaran. Tepat ketika petugas kehakiman bergegas masuk, mereka dihadang oleh pedang perak berkilauan.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar