Sabtu, 07 Agustus 2021

CTF - Chapter 115

Consort of A Thousand Faces

Chapter 115 : Sebuah Penjelasan


Pei Qian Hao mengabaikan aroma anggur yang melayang masuk ke dalam hidungnya, tampak tak terganggu sementara ia menurunkan cangkir anggurnya. "Tidak ada hal lain yang ingin kau beritahukan pada Pangeran ini?"

Ekspresi Su Xi-er sangat tenang. "Hamba keluar berjalan-jalan, melihat kedai teh yang ramai pengunjung, dan memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Setelah itu, seperti yang dijelaskan oleh si pelayan, ia melihat hamba."

Sudut mulut Pei Qian Hao terangkat sewaktu ia berbicara dengan nada mantap. "Pangeran ini yakin bahwa kedua Nona dari Keluarga Wei bukan dibunuh olehmu, tetapi barangkali, kau berpura-pura menjadi gadis pelayan mereka untuk memberi mereka pelajaran."

Apa yang dikatakannya benar; aku hanya ingin memberi mereka pelajaran.

"Sayangnya, seseorang ingin mengkambinghitamkan dirimu." Pangeran Hao memaparkan kesimpulan logisnya dengan suara rendah dan dalam.

Su Xi-er tidak mencoba menjilatinya kali ini, langsung membalasnya, "Pangeran Hao, Anda sungguh penuh perhatian, mampu menebak dengan akurat apa yang terjadi meskipun bukan seorang saksi."

"Pangeran ini yakin kalau kau tidak sedang mencoba menyanjungku kali ini, dan bahwa komentarmu itu berasal dari dalam hati."

Su Xi-er menatapnya keheranan. Ia bahkan bisa melihat itu. Aku benar-benar ingin menanyakan bagaimana ia bisa mengetahuinya.

"Jika Pangeran ini tidak mengatasi masalah ini, pasti akan terusut padamu cepat atau lambat. Ketika saat itu datang, meskipun kau punya ratusan mulut, kau tidak akan bisa menjelaskan dirimu sendiri."

"Pangeran Hao, tidak peduli dari segi mana mereka menginvestigasi masalah ini, urusan ini tidak ada kaitannya dengan hamba ...."

Sebelum ia bisa menyelesaikannya, ia diinterupsi oleh Pei Qian Hao. "Apabila Pangeran ini menanganinya, maka, bukankah itu namanya ikut campur dalam urusan orang lain? Kau sudah melanggar peraturan dengan menyelinap keluar. Terlebih lagi, kau adalah dayang Pangeran ini. Mengapa kau berbohong dan berpura-pura menjadi gadis pelayan Nona Wei saat kau bisa berpura-pura menjadi yang lainnya."

Su Xi-er tidak yakin mengapa ia marah. Apakah karena apa yang kukatakan, ataukah karena aku berpura-pura menjadi pelayan Nona Wei?

"Beritahu aku, mengapa kau pergi ke ruang pribadi di lantai kedua kedai teh ini. Bagaimana mereka memprovokasi dirimu?" Tiba-tiba saja, Pei Qian Hao berdiri dekat dengannya, aroma anggur memasuki hidungnya.

Su Xi-er menengadah guna menatapnya. "Hamba sudah memberitahu Anda sebelumnya. Kedua Nona Wei bertengkar satu sama lain di jalanan, memperebutkan tentang siapa yang akan menjadi Hao Wang Fei."

"Jadi, kau memutuskan untuk menghukum mereka karena apa yang mereka katakan?" Kilat ketertarikan muncul di mata Pei Qian Hao, tangannya melingkari dagunya, mengangkatnya.

Akan tetapi, mendadak Su Xi-er memalingkan kepala menghindarinya. "Jika hamba ingin menghukum mereka karena itu, aku pasti sudah menangani mereka di jalanan tadi. Ketika hamba datang ke kedai teh dan memeriksa sekitar, aku melihat seorang pria misterius di lantai dua. Karena hamba penasaran, aku berpura-pura menjadi pelayan kedua Nona Wei. Hamba tidak bisa naik ke lantai dua dengan statusku sekarang, jadi aku hanya bisa bersandiwara sebagai gadis pelayan. Tetapi, ketika aku pergi ke lantai dua, si pria misterius menghilang, dan aku dengar Nona-Nona Wei itu ...."

Tiba-tiba saja Su Xi-er merasakan sakit di pinggangnya. Ia berhenti berbicara sewaktu mata Pei Qian Hao melemparkan tatapan dinginnya.

"Penasaran tentang seorang pria misterius?" Pei Qian Hao terkekeh, tawanya mengandung sarkasme. "Kau begitu mudah ditipu, sama seperti anjing peliharaan yang akan mengibaskan ekornya dan menjilati siapa pun yang memberikanmu sedikit makanan enak. Malam ini, kau melihat si pria misterius dan mengejarnya karena penasaran; apakah kau juga akan mengejar seorang pria tampan besok jika kau melihatnya?"

Wajah Su Xi-er serius. "Pangeran Hao, Anda adalah pria tertampan dan paling berkuasa di seluruh dunia ini. Jika hamba punya niatan semacam itu, aku pasti sudah memusatkan konsterasiku hanya untuk menggoda Anda dari awal; mengapa aku harus menunjukkan ketertarikan pada seorang pria tak dikenal?"

"Kau salah menjilat kali ini." Pei Qian Hao sedikit menyipitkan matanya, tatapan dinginnya tertuju langsung pada Su Xi-er.

Su Xi-er mengangkat kedua tangannya dan mendorong dadanya kuat-kuat. "Hamba melanggar peraturan dan menyelinap keluar rumah pos. Aku siap menerima hukuman apa pun, Pangeran Hao."

Pei Qian Hao menjauh darinya. "Pangeran ini sudah sering sekali mendengarkan kalimat ini. Kalau aku sungguh ingin menghukummu dengan kejam, kau pasti sudah lama kehilangan nyawamu."

"Maka itu artinya Anda adalah orang yang hangat di bawah ekspresi dingin Anda, dan punya hati yang baik, Pangeran Hao."

Sebelum Pangeran Hao bisa menanggapi, Hakim Provinsi ibu kota, Tuan Zhang, tiba di pintu depan kedai teh bersama para petugas kehakiman. Ia tidak melihat ke dalam, tetapi membungkuk. "Hakim Provinsi Ibu kota memberi salam kepada Pangeran Hao."

Pei Qian Hao kembali duduk. Wajahnya tenang, seolah ia sudah tahu kalau Hakim Provinsi akan datang. "Masuklah."

Tuan Zhang masuk ke dalam kedai teh bersama beberapa petugas kehakiman. "Pangeran Hao, petugas koroner sudah menemukan penyebab kematiannya; kedua Nona dari Keluarga Wei dipaksa menghirup satu jenis bubuk obat yang memaksa orang berhenti bernapas, dan mereka mati lemas. Setelah menginterogasi beberapa pelayan, kami menemukan bahwa hanya ada satu orang yang memasuki ruangan mereka, itu adalah pelayan yang Pangeran Hao biarkan tetap berada di kedai teh ini."

Pei Qian Hao mengibaskan tangannya. "Pergi dan cari dia. Tak perlu menanyakan Pangeran ini soal masalah itu."

"Pangeran Hao memang bijaksana." Tuan Zhang memberi hormat lagi, kemudian menginstruksikan bawahannya untuk pergi ke dapur belakang, mencari si pengurus dan pelayan.

Pei Qian Hao tetap tenang, dan mengetuk ringan meja dengan jarinya. "Tuangkan anggurnya."

(T/N : suatu etika yang memperlihatkan rasa terima kasih pada orang yang menuangkan teh atau anggur.)

Su Xi-er berjalan maju, mengambil guci dan menuangkan secangkir anggur. "Pangeran Hao, Anda sudah banyak minum anggur dari istana. Anda tidak boleh minum lagi." Kemudian, ia meletakkan guci anggurnya ke atas meja lain di samping.

Aku bukannya mencemaskan dirinya, tetapi takut ia akan mabuk. Aku tak akan melupakan apa yang terjadi di hutan sebelah Istana Samping. Itu adalah malam ketika ia masuk ke Istana Samping setelah minum terlalu banyak dan berpapasan denganku.

"Anggur dari Nan Zhao sangat berbeda dari Bei Min, seperti embun nektar, dengan sejejak aroma bunga. Anggur dari kedai teh ini kuat, tetapi punya rasa bunga osmanthus." Pei Qian Hao tidak bilang apakah ia akan terus minum atau tidak, sebaliknya, malah mulai menceritakan rasa masing-masing anggur.

Tuan Zhang mengira Pei Qian Hao sedang berbicara padanya, dan menjawab dengan hormat. "Ada sebuah provinsi di Nan Zhao yang bernama Provinsi Bunga. Saat membuat anggur, nektar dari Provinsi Bunga selalu ditambahkan ke dalamnya. Belum lagi yang lainnya, anggur Nan Zhao memang adalah yang terbaik di dunia."

Pei Qian Hao menatap Tuan Zhao. "Anggur ini memang yang terbaik di dunia."

Di saat ini, si petugas kehakiman yang pergi ke dapur belakang kembali dengan tampang resah. "Yang Mulia, bawahan ini sudah memeriksa seluruh tempat ini satu kali, tetapi tak menemukan siapa pun."

Mata Tuan Zhang melebar sebelum ia sendiri yang pergi ke arah dapur belakang. Setelah ia selesai dengan dapur belakang, ia pergi ke halaman belakang, memeriksa setiap ruangan, tetapi ia tetap tidak menemukan siapa-siapa.

"Tampaknya si pengurus dan pelayan itu membunuh Nona dari Keluarga Wei, sekarang kabur karena takut akan hukuman. Semua petugas kehakiman, secepatnya, kejar mereka."

Setelah Tuan Zhang memberikan instruksinya, ia pun berbalik untuk membungkuk ke arah Pei Qian Hao. "Pangeran Hao, silakan nikmati waktu Anda. Pejabat rendahan ini akan pergi untuk menangkap penjahat."

Pei Qian Hao melambaikan tangannya. "Menangani kasus itu penting. Kau harus buru-buru."

Tuan Zhang mengangguk dan berjalan keluar dari kedai teh, semua petugas kehakiman pun mengikuti tepat di belakangnya.

Su Xi-er tahu bukan pengurus dan si pelayan yang membunuh kedua Nona Wei. Tetapi, mengapa mereka memutuskan untuk kabur?

"Minum bersama Pangeran ini." Pei Qian Hao menunjuk ke guci arak di meja lain. "Bawakan kemari."

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Pangeran Hao, Anda tidak boleh minum lagi malam ini."

"Bawakan kemari." Suara Pei Qian Hao terdengar dingin, tetapi Su Xi-er tidak merespon.

Pada akhirnya, Pei Qian Hao meliriknya sebelum bangkit berdiri untuk mengambil sendiri guci anggurnya. Ia tidak menyangka akan dihadang oleh Su Xi-er saat ia baru setengah jalan ke sana.

Su Xi-er memegangi guci anggur di tangannya dengan erat. "Pangeran Hao, Anda tidak boleh minum anggur lagi malam ini."

Bagaimana aku bisa tahu apakah ia akan mabuk atau tidak? Jika ia berbuat sesuatu yang tak terduga, maka akulah yang akan jadi orang 'tak beruntungnya'.

"Aku tidak boleh minum, hanya karena kau yang mengatakannya?" Pei Qian Hao menatapnya dengan mata menyipit, mengangkat tangan kanannya untuk mencengkeram tangan Su Xi-er yang sedang memegangi anggurnya.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar