Sabtu, 05 Desember 2020

CTF - Chapter 27

Consort of A Thousand Faces

Chapter 27 : Siapa yang Memberikan Kepadanya

"Su Xi-er, aku akan bekerja. Kau harus beristirahat dengan benar. Hanya dengan begitulah kau baru mempunyai tenaga untuk melakukan tugasmu dengan baik. Mungkin di masa depan, setelah kau di sini sekian lama, kau tidak perlu lagi menggosok pispot," Hong Li memberitahunya sembari tersenyum. Lalu, ia berbalik dan menuju keluar ruangan.

Pintunya terbuka dan tertutup sekali lagi. Kedatangan Hong Li kali ini tanpa sengaja memberikanku sedikit informasi.

Apakah benar-benar hanya suatu kebetulan kalau Liu Ye-er dan Pure Consort memiliki marga yang sama?

Sekarang, karena Liu Ye-er sudah gila dan Dayang Senior Zhao sudah dipukuli hingga mati dengan papan, aku harus pergi dan mencari tempat persembunyian Liu Ye-er. Hanya saja, belum ada waktu yang cocok sekarang.

Su Xi-er berbaring di ranjangnya lagi selagi ia merenung, pandangannya sekali lagi terjatuh pada pergelangan tangan kirinya. Efektifitas dari bubuk obat hijau ini cukup bagus. Memarnya sudah jauh lebih samar.

Ia mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh pergelangan tangan kirinya. Sudah tidak sakit lagi. Aku bisa benar-benar sembuh, paling lama dalam dua hari.

Penampakan seorang pria muncul dalam benaknya tanpa disadarinya. Pria ini keras kepala dan sulit diatur, bermalas-malasan dengan arogansinya yang biasa.

Su Xi-er memejamkan matanya tetapi tidak ada gunanya. Masih tetap mustahil menyingkirkan bayang-bayang wajah Pangeran Hao.

Ia mengepalkan tinjuannya erat. Pria ini terlalu berbahaya. Ia sudah meninggalkan sebuah kesan di dalam benakku hanya dengan berinteraksi satu kali dengannya, belum lagi jika aku menghadapinya selama beberapa kali.

Ada satu jenis orang di dunia yang mampu menanamkan impresi tak terhapuskan dalam benak orang hanya dalam satu lirikan.

Pei Qian Hao seperti itu, dan sama seperti Yun Ruo Feng ...

Saat ia memikirkan Yun Ruo Feng lagi, ekspresinya berubah. Ia cepat-cepat mengangkat tangan kanannya dan memukuli papan ranjangnya dengan ganas.

Semua orang yang penuh dengan cinta yang tergila-gila itu akan dikecewakan! Ia mengacaukan Rumah Tangga Kekaisaran Ning, menyebabkan Lian Chen menjadi seorang kaisar boneka kecil, dan berselingkuh dengan Ning An Lian. Aku pasti akan membuatnya membayar semuanya!

***

Su Xi-er tidak meninggalkan kamarnya seharian. Hong Li membawakan makan siang dan makan malam untuk disantapnya.

Hong Li agak cerdas. Ia memberitahu yang lainnya kalau Su Xi-er tidak enak badan; oleh karenanya, ia akan makan di kamarnya dan memulihkan diri di siang hari agar ia bisa menggosok pispot di malam hari.

Mulanya, setelah dayang istana lainnya mengetahui hal ini, dalam hati, mereka menjadi sangat tidak puas. Akan tetapi, ketika mereka mendengarkan perkataan Hong Li yang selanjutnya, akhirnya mereka berhasil mengeluarkan amarah yang ditahan oleh mereka.

Untuk apa ia menjaga jarak? Bukankah ia tetaplah seseorang yang menggosok pispot? Dayang istana dengan posisi terendah di Istana Samping.

***

Malam pun tiba segera setelah Su Xi-er menghabiskan makan malamnya.

Ia meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju ke arah barat daya. Di perjalanan, ada beberapa dayang yang menyebar berjauhan yang masih menyapu jalanan istana. Ketika mereka melihat Su Xi-er lewat, mereka semua akan membeku di tempat tanpa terkecuali, hanya memperhatikannya saat ia menghilang di kejauhan.

Cahaya bulannya bertaburan di atas Su Xi-er dan mirip dengan seperti lingkaran keramat yang menyelimutinya dengan lapisan cahaya keperakan.

Dipasangkan dengan wajah mungilnya, fitur indahnya, mata cerahnya, dan gigi putihnya, ia sangat cantik!

Kecantikan semacam itu tidaklah glamor. Kecantikan itu seolah terlahir dari langit dan bumi, dan matahari serta bulannya, dianugerahkan oleh alam itu sendiri. Tidak peduli dimana ia berada, ia akan selalu memancarkan kecantikan dinamis yang unik dan tak tertandingi.

Seorang dayang hanya mampu terkesiap penuh kekaguman, "Dulu, aku merasa kalau ia mirip seekor rubah betina. Sekarang, kalau aku melihatnya, aku merasa ... ia sangat cantik, dari lubuk hatiku yang paling dalam."

Ada dayang lain yang pernah tinggal di kamar yang sama dengan Su Xi-er dulu. Ia segera menyela, "Ia akan segera kehabisan keberuntungannya cepat atau lambat. Ia bukan terlahir di keluarga bangsawan dan berpengaruh, tetapi mempunyai penampilan yang menyebabkan kecemburuan orang lain. Ia akan mengalami kesulitan di masa mendatang!"

"Apa yang kau bilang itu benar juga."

Pada akhirnya, semua dayang meletakkan sapu mereka dan bersiap kembali ke kamar untuk beristirahat.

***

Su Xi-er tiba di kabin kayu di sisi barat daya dan meletakkan semua pispotnya di atas kasur jerami dari bilah bambu. Kemudian, ia menarik talinya dan menyeret kasur jeraminya menuju sisi sumur.

Su Xi-er baru mengambil beberapa langkah ketika ia melihat si dayang gemuk yang sebelumnya ditertawakan oleh semua orang di siang hari, berdiri agak jauh di ujung jalannya, seakan-akan ia sedang menunggunya.

"Su Xi-er, aku kuat. Aku akan membantumu." Si dayang gemuk pun segera berlari menghampiri. Ia bertubuh bulat, berbokong montok, dan berwajah bundar.

Namun, Su Xi-er tidak menanggapinya dengan penghinaan sama sekali. Sebaliknya, ia merasa kalau orang ini agak sedikit berbeda karena ia sungguh-sungguh tulus ingin membantu.

Si dayang gemuk merebut talinya dari tangan Su Xi-er dalam sekejap. "Ada begitu banyak pispot. Kapan kau akan selesai memindahkan mereka dengan bentuk tubuh kecilmu itu? Aku gemuk, jadi aku kuat."

Su Xi-er tersenyum padanya. "Siapa namamu?"

Si dayang gemuk jelas sekali kaget, terdiam sejenak sebelum menjawab pelan, "Aku Ruo Yuan. Yuan dari kata bundar dan gemuk."

(T/N : 'Yuan' adalah 'bundar'.)

"'Yuan' dari 'lingkaran' dan 'yuan' dari 'reuni'," Su Xi-er menerangkan lagi.

(T/N : Kedua kata ini mengandung 'yuan' di dalamnya.)

Kadang-kadang, kita bisa mengetahui bagaimana orang memandang diri mereka sendiri dari cara mereka menjelaskan nama mereka.

Ruo Yuan tercengang lagi. Ia bergumam goyah, "Aku ... tidak pernah mendengar siapa pun mengintepretasikan namaku seperti ini."

"Kau sendiri yang tidak bisa melepaskannya. Di Istana Samping, tidak ada orang yang akan mempedulikan tentang apakah seorang dayang itu gemuk atau kurus, hanya jika mereka bisa menyelesaikan pekerjaan mereka tepat waktu, mengerjakan tugas mereka dengan baik, mendengarkan instruksi dari dayang senior, dan jika mereka melanggar peraturan."

Kata-kata Su Xi-er menyadarkan Ruo Yuan. Apa yang dikatakannya benar.

Ketika aku baru masuk ke dalam istana, memang ada banyak orang yang mencemoohku. Namun, setelah beberapa tahun, jumlah orang-orang yang mengejekku karena gemuk memang berkurang.

Akulah yang tidak bisa melepaskannya. Akulah yang merasa diriku menjijikkan.

Su Xi-er memberi petunjuk padaku dan memberikanku pencerahan.

"Su Xi-er, kau jadi berbeda." Ruo Yuan menatapnya, wajah bulatnya penuh keheranan.

"Aku akan memindahkan pispot bersamamu. Jika kita terus mengobrol, aku tidak akan selesai menggosok pispot tepat waktu." Su Xi-er tersenyum.

"Benar, ayo pindahkan mereka lebih dulu!" Ruo Yuan mengerahkan tenaganya untuk menyeret mereka.

Tak lama setelahnya, semua pispot sudah sampai di sisi sumur, dan Ruo Yuan mulai menimba air dari sumurnya.

Hanya ada lima belas pispot malam ini, lebih sedikit dari biasanya.

Di tengah jalan menggosok pispot, rasa kantuk Ruo Yuan menyerangnya, ia berjalan ke batang pohon terdekat, bersandar di sana, dan tertidur.

Saat Su Xi-er memandangi wajah tertidurnya, tiba-tiba saja ia teringat oleh Lü Liu.

Dulu, ketika aku adalah Ning Ru Lan dan terjebak di kamp militer, Lü Liu berjalan beberapa mil untuk mencari sayuran segar untukku. Bukan hanya itu, setelah menyiapkan mereka menjadi satu hidangan untukku, ia tidak mencicipinya sama sekali; tertidur begitu saja di meja makan selagi aku menyantapnya.

Sungguh Lü Liu yang luar biasa. Tetapi, ia mati dengan cara yang tragis demi diriku.

Kesedihan melandanya seperti sungai yang mengalir selamanya, menyebabkan air matanya tanpa disadari pun berhamburan turun.

"Ini bukan hari pertamamu menggosok pispot. Baru menangis sekarang?" Suara pria yang jernih dan penuh mendadak terdengar. Segera setelah itu, sehelai saputangan putih muncul di depan matanya.

Saat itulah, baru Su Xi-er menyadari kalau air matanya sudah berjatuhan. Ia segera mendongakkan kepalanya dan memaksa air matanya berhenti.

Lalu, ia membungkuk dan mengucapkan sapaannya. "Hamba memberi hormat kepada Pangeran Kekaisaran Ketiga."

Ia mengenali suaranya ketika pria itu berbicara.

Meskipun suaranya jernih dan penuh, terasa sedingin es.

Bicara dari sudut pandang tertentu, suaranya sangat mirip dengan warna kulitnya, sangat pucat pasi tanpa fluktuasi emosi.

Situ Li menjejalkan saputangannya ke dalam tangannya dan pandangannya jatuh ke pergelangan tangan kirinya. "Apakah sudah mendingan?"

Su Xi-er mengangguk. "Terima kasih banyak karena menganugerahkan obat itu, Pangeran Kekaisaran Ketiga. Hamba sudah jauh lebih baik."

"Bubuk obat yang ini baru saja dioleskan, tetapi aku tidak memberikanmu bubuk obatnya. Darimana kau mendapatkannya?"

Su Xi-er mengatupkan bibirnya. Bolehkah aku mengatakan kalau Pangeran Hao yang memberikannya padaku?

"Bubuk obat ini berasal dari Kerajaan Xi Liu, dan eksklusif untuk rumah tangga kekaisaran Bei Min. Selain orang-orang di rumah tangga kekaisaran, hanya ada dua orang lagi yang memilikinya. Salah satu dari mereka adalah Pangeran Hao, sementara yang lainnya adalah Commandery Prince Xie. Su Xi-er, siapa yang memberikannya padamu?" Situ Li menganalisa perlahan. Suaranya tidak mengancam tetapi saat ia mendengarnya ... terdapat sebuah perasaan yang tidak bisa digambarkan.

Karena ia tidak bisa lolos dari mata Situ Li, ia hanya bisa berkata jujur. "Menjawab Pangeran Kekaisaran Ketiga, Pangeran Hao yang memberikan obat ini pada hamba."

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar