Consort of A Thousand Faces
Chapter 27 : Siapa yang Memberikan Kepadanya
"Su Xi-er, aku akan bekerja. Kau harus
beristirahat dengan benar. Hanya dengan begitulah kau baru mempunyai tenaga
untuk melakukan tugasmu dengan baik. Mungkin di masa depan, setelah kau di sini
sekian lama, kau tidak perlu lagi menggosok pispot," Hong Li
memberitahunya sembari tersenyum. Lalu, ia berbalik dan menuju keluar ruangan.
Pintunya terbuka dan tertutup sekali lagi. Kedatangan
Hong Li kali ini tanpa sengaja memberikanku sedikit informasi.
Apakah benar-benar hanya suatu kebetulan kalau Liu
Ye-er dan Pure Consort memiliki marga yang sama?
Sekarang, karena Liu Ye-er sudah gila dan Dayang
Senior Zhao sudah dipukuli hingga mati dengan papan, aku harus pergi dan
mencari tempat persembunyian Liu Ye-er. Hanya saja, belum ada waktu yang cocok
sekarang.
Su Xi-er berbaring di ranjangnya lagi selagi ia
merenung, pandangannya sekali lagi terjatuh pada pergelangan tangan
kirinya. Efektifitas dari bubuk obat hijau ini cukup bagus. Memarnya
sudah jauh lebih samar.
Ia mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh
pergelangan tangan kirinya. Sudah tidak sakit lagi. Aku bisa
benar-benar sembuh, paling lama dalam dua hari.
Penampakan seorang pria muncul dalam benaknya tanpa
disadarinya. Pria ini keras kepala dan sulit diatur, bermalas-malasan dengan
arogansinya yang biasa.
Su Xi-er memejamkan matanya tetapi tidak ada
gunanya. Masih tetap mustahil menyingkirkan bayang-bayang wajah Pangeran Hao.
Ia mengepalkan tinjuannya erat. Pria ini
terlalu berbahaya. Ia sudah meninggalkan sebuah kesan di dalam benakku hanya
dengan berinteraksi satu kali dengannya, belum lagi jika aku menghadapinya
selama beberapa kali.
Ada satu jenis orang di dunia yang mampu menanamkan
impresi tak terhapuskan dalam benak orang hanya dalam satu lirikan.
Pei Qian Hao seperti itu, dan sama seperti Yun Ruo
Feng ...
Saat ia memikirkan Yun Ruo Feng lagi, ekspresinya
berubah. Ia cepat-cepat mengangkat tangan kanannya dan memukuli papan
ranjangnya dengan ganas.
Semua orang yang penuh dengan cinta yang
tergila-gila itu akan dikecewakan! Ia mengacaukan Rumah Tangga Kekaisaran Ning,
menyebabkan Lian Chen menjadi seorang kaisar boneka kecil, dan berselingkuh
dengan Ning An Lian. Aku pasti akan membuatnya membayar semuanya!
***
Su Xi-er tidak meninggalkan kamarnya seharian. Hong
Li membawakan makan siang dan makan malam untuk disantapnya.
Hong Li agak cerdas. Ia memberitahu yang lainnya
kalau Su Xi-er tidak enak badan; oleh karenanya, ia akan makan di kamarnya dan
memulihkan diri di siang hari agar ia bisa menggosok pispot di malam hari.
Mulanya, setelah dayang istana lainnya mengetahui
hal ini, dalam hati, mereka menjadi sangat tidak puas. Akan tetapi, ketika
mereka mendengarkan perkataan Hong Li yang selanjutnya, akhirnya mereka
berhasil mengeluarkan amarah yang ditahan oleh mereka.
Untuk apa ia menjaga jarak? Bukankah ia tetaplah
seseorang yang menggosok pispot? Dayang istana dengan posisi terendah di Istana
Samping.
***
Malam pun tiba segera setelah Su Xi-er menghabiskan
makan malamnya.
Ia meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju ke
arah barat daya. Di perjalanan, ada beberapa dayang yang menyebar berjauhan yang
masih menyapu jalanan istana. Ketika mereka melihat Su Xi-er lewat, mereka
semua akan membeku di tempat tanpa terkecuali, hanya memperhatikannya saat ia
menghilang di kejauhan.
Cahaya bulannya bertaburan di atas Su Xi-er
dan mirip dengan seperti lingkaran keramat yang menyelimutinya dengan lapisan
cahaya keperakan.
Dipasangkan dengan wajah mungilnya, fitur indahnya,
mata cerahnya, dan gigi putihnya, ia sangat cantik!
Kecantikan semacam itu tidaklah glamor. Kecantikan
itu seolah terlahir dari langit dan bumi, dan matahari serta bulannya,
dianugerahkan oleh alam itu sendiri. Tidak peduli dimana ia berada, ia akan
selalu memancarkan kecantikan dinamis yang unik dan tak tertandingi.
Seorang dayang hanya mampu terkesiap penuh
kekaguman, "Dulu, aku merasa kalau ia mirip seekor rubah betina. Sekarang,
kalau aku melihatnya, aku merasa ... ia sangat cantik, dari lubuk hatiku yang
paling dalam."
Ada dayang lain yang pernah tinggal di kamar yang
sama dengan Su Xi-er dulu. Ia segera menyela, "Ia akan segera kehabisan
keberuntungannya cepat atau lambat. Ia bukan terlahir di keluarga bangsawan dan
berpengaruh, tetapi mempunyai penampilan yang menyebabkan kecemburuan orang
lain. Ia akan mengalami kesulitan di masa mendatang!"
"Apa yang kau bilang itu benar juga."
Pada akhirnya, semua dayang meletakkan sapu mereka
dan bersiap kembali ke kamar untuk beristirahat.
***
Su Xi-er tiba di kabin kayu di sisi barat daya dan
meletakkan semua pispotnya di atas kasur jerami dari bilah bambu.
Kemudian, ia menarik talinya dan menyeret kasur jeraminya menuju sisi sumur.
Su Xi-er baru mengambil beberapa langkah ketika ia
melihat si dayang gemuk yang sebelumnya ditertawakan oleh semua orang di siang
hari, berdiri agak jauh di ujung jalannya, seakan-akan ia sedang menunggunya.
"Su Xi-er, aku kuat. Aku akan
membantumu." Si dayang gemuk pun segera berlari menghampiri. Ia bertubuh
bulat, berbokong montok, dan berwajah bundar.
Namun, Su Xi-er tidak menanggapinya dengan
penghinaan sama sekali. Sebaliknya, ia merasa kalau orang ini agak sedikit
berbeda karena ia sungguh-sungguh tulus ingin membantu.
Si dayang gemuk merebut talinya dari tangan Su
Xi-er dalam sekejap. "Ada begitu banyak pispot. Kapan kau akan selesai
memindahkan mereka dengan bentuk tubuh kecilmu itu? Aku gemuk, jadi aku
kuat."
Su Xi-er tersenyum padanya. "Siapa
namamu?"
Si dayang gemuk jelas sekali kaget, terdiam sejenak
sebelum menjawab pelan, "Aku Ruo Yuan. Yuan dari kata bundar dan gemuk."
(T/N : 'Yuan' adalah
'bundar'.)
"'Yuan' dari 'lingkaran' dan 'yuan' dari 'reuni',"
Su Xi-er menerangkan lagi.
(T/N : Kedua kata
ini mengandung 'yuan' di dalamnya.)
Kadang-kadang, kita bisa mengetahui bagaimana orang
memandang diri mereka sendiri dari cara mereka menjelaskan nama mereka.
Ruo Yuan tercengang lagi. Ia bergumam goyah,
"Aku ... tidak pernah mendengar siapa
pun mengintepretasikan namaku seperti ini."
"Kau sendiri yang tidak bisa melepaskannya. Di
Istana Samping, tidak ada orang yang akan mempedulikan tentang apakah seorang
dayang itu gemuk atau kurus, hanya jika mereka bisa menyelesaikan pekerjaan
mereka tepat waktu, mengerjakan tugas mereka dengan baik, mendengarkan
instruksi dari dayang senior, dan jika mereka melanggar peraturan."
Kata-kata Su Xi-er menyadarkan Ruo Yuan. Apa
yang dikatakannya benar.
Ketika aku baru masuk ke dalam istana, memang ada
banyak orang yang mencemoohku. Namun, setelah beberapa tahun, jumlah
orang-orang yang mengejekku karena gemuk memang berkurang.
Akulah yang tidak bisa melepaskannya. Akulah yang
merasa diriku menjijikkan.
Su Xi-er memberi petunjuk padaku dan memberikanku pencerahan.
"Su Xi-er, kau jadi berbeda." Ruo Yuan menatapnya,
wajah bulatnya penuh keheranan.
"Aku akan memindahkan pispot bersamamu.
Jika kita terus mengobrol, aku tidak akan selesai menggosok pispot tepat waktu." Su
Xi-er tersenyum.
"Benar, ayo pindahkan mereka lebih dulu!" Ruo Yuan
mengerahkan tenaganya untuk menyeret mereka.
Tak lama setelahnya, semua pispot sudah sampai
di sisi sumur, dan Ruo Yuan mulai menimba air dari sumurnya.
Hanya ada lima belas pispot malam ini, lebih
sedikit dari biasanya.
Di tengah jalan menggosok pispot, rasa kantuk Ruo
Yuan menyerangnya, ia berjalan ke batang pohon terdekat, bersandar di sana, dan
tertidur.
Saat Su Xi-er memandangi wajah tertidurnya,
tiba-tiba saja ia teringat oleh Lü Liu.
Dulu, ketika aku adalah Ning Ru Lan dan terjebak di
kamp militer, Lü Liu berjalan beberapa mil untuk mencari sayuran
segar untukku. Bukan hanya itu, setelah menyiapkan mereka menjadi satu hidangan
untukku, ia tidak mencicipinya sama sekali; tertidur begitu saja di meja makan
selagi aku menyantapnya.
Sungguh Lü Liu yang luar biasa. Tetapi,
ia mati dengan cara yang tragis demi diriku.
Kesedihan melandanya seperti sungai yang mengalir
selamanya, menyebabkan air matanya tanpa disadari pun berhamburan turun.
"Ini bukan hari pertamamu menggosok pispot.
Baru menangis sekarang?" Suara pria yang jernih dan penuh mendadak
terdengar. Segera setelah itu, sehelai saputangan putih muncul di depan
matanya.
Saat itulah, baru Su Xi-er menyadari kalau air
matanya sudah berjatuhan. Ia segera mendongakkan kepalanya dan memaksa air
matanya berhenti.
Lalu, ia membungkuk dan mengucapkan sapaannya.
"Hamba memberi hormat kepada Pangeran Kekaisaran Ketiga."
Ia mengenali suaranya ketika pria itu berbicara.
Meskipun suaranya jernih dan penuh, terasa sedingin
es.
Bicara dari sudut pandang tertentu, suaranya sangat
mirip dengan warna kulitnya, sangat pucat pasi tanpa fluktuasi emosi.
Situ Li menjejalkan saputangannya ke dalam
tangannya dan pandangannya jatuh ke pergelangan tangan kirinya. "Apakah
sudah mendingan?"
Su Xi-er mengangguk. "Terima kasih banyak
karena menganugerahkan obat itu, Pangeran Kekaisaran Ketiga. Hamba sudah jauh
lebih baik."
"Bubuk obat yang ini baru saja dioleskan,
tetapi aku tidak memberikanmu bubuk obatnya. Darimana kau mendapatkannya?"
Su Xi-er mengatupkan bibirnya. Bolehkah aku
mengatakan kalau Pangeran Hao yang memberikannya padaku?
"Bubuk obat ini berasal dari Kerajaan Xi Liu,
dan eksklusif untuk rumah tangga kekaisaran Bei Min. Selain orang-orang di
rumah tangga kekaisaran, hanya ada dua orang lagi yang memilikinya. Salah satu
dari mereka adalah Pangeran Hao, sementara yang lainnya adalah Commandery
Prince Xie. Su Xi-er, siapa yang memberikannya padamu?" Situ Li
menganalisa perlahan. Suaranya tidak mengancam tetapi saat ia mendengarnya ...
terdapat sebuah perasaan yang tidak bisa digambarkan.
Karena ia tidak bisa lolos dari mata Situ Li, ia
hanya bisa berkata jujur. "Menjawab Pangeran Kekaisaran Ketiga, Pangeran
Hao yang memberikan obat ini pada hamba."
0 comments:
Posting Komentar