Kamis, 24 Desember 2020

CTF - Chapter 59

Consort of A Thousand Faces

Chapter 59 : Kenakan atau Tidak


Su Xi-er langsung duduk tegak segera setelah ia mendengarnya, sangat menyadari kehadirannya. Ia seenaknya masuk ke kamarku dan menanyakan apakah aku sudah mengenakan si korset Cina merah. Jangan bilang padaku kalau ia ingin menarik bajuku lagi untuk memeriksanya?

"Tegang sekali. Karena Pangeran ini sudah menariknya satu kali hari ini, aku tidak akan menariknya lagi untuk kedua kalinya."

Su Xi-er ingin sekali menjawab cepat, "Siapa yang tahu apakah kau akan menelanjangiku?"

"Beritahu aku yang sejujurnya. Apakah kau sudah memakainya?" Pei Qian Hao mendekat perlahan hingga akhirnya ia berdiri di samping ranjangnya sementara menunduk menatapnya.

"Pangeran Hao, hamba sungguh tidak paham mengapa Anda terus-menerus datang ke kamarku."

Nada suara Pei Qian Hao meninggi, membalas, "Terus-menerus? Kalau begitu, biar Pangeran ini tanyakan padamu, berapa kali totalnya aku sudah datang kemari?"

Su Xi-er tidak menjawab lagi. Ia tidak menghitung berapa kali pria itu datang. Ia hanya merasa kalau pria ini sudah datang terlalu sering.

"Kau tidak bisa memberikan jawabannya? Kalau begitu, kenapa kau bilang 'terus-menerus'? Selain itu, tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikan kemana Pangeran ini pergi." Suaranya mendominasi dan arogan.

Itu benar, aku tidak bisa mengendalikan kemana ia pergi.

"Karena kau tidak bersedia untuk mengatakannya, Pangeran ini tentu saja punya caranya." Pei Qian Hao membungkuk hingga mata mereka sejajar.

Secara tak sadar, Su Xi-er mundur ke belakang saat wajah tampan di hadapannya mendadak membesar. Tepat ketika ia melakukannya, tangan besar meraih pinggangnya. Ia bisa merasakan kehangatan dari telapak tangan Pei Qian Hao melalui pakaiannya.

Selagi bibirnya baru saja akan menempel di bibir Su Xi-er, tiba-tiba saja ia berhenti, sudut bibirnya melengkung dan matanya agak menyipit. Tidak ada penekanan, tetapi gaya nakal dan tak terkendalinya itu membuat orang tak mampu memahami niatannya.

"Katakan pada Pangeran ini sejujurnya, apakah kau pernah memakainya, dan Pangeran ini akan melepaskanmu."

Su Xi-er memandanginya. Masalahnya adalah karena aku tidak pernah memakainya sama sekali. Terlebih lagi, kenapa jadi urusannya apakah aku memakainya atau tidak?

"Pangeran Hao, mengapa Anda menyuruh hamba untuk memperbaiki korset Cina itu? Dan lagi, mengapa Anda menganugerahkan korset Cina itu kepada hamba?"

Pei Qian Hao tersenyum. "Darimana datangnya begitu banyak 'mengapa' ini? Tak bisakah Pangeran ini tiba-tiba saja ingin melakukannya?

"Bolehkan hamba memberanikan diri untuk bertanya, apakah Anda juga membawa masuk ke-72 wanita cantik di Istana Kecantikan karena tiba-tiba saja Anda terbawa suasana ingin melakukannya?"

Pei Qian Hao menatapnya. Tidak ada satu pun yang pernah mengajukan pertanyaan sepertinya ini sebelumnya. Sebaliknya, tidak ada satu pun yang berani melakukannya. Tetapi, ia sekarang adalah orang pertama yang punya keberanian untuk menanyakannya.

"Apakah kau menyinggung soal Istana Kecantikan karena kau menyesalinya? Kau ingin masuk ke sana?" Sebelum ia bisa menjawab, Pei Qian Hao meneruskan.

"Masuk akal; bagaimana pun juga, dibandingkan menggosok pispot di Istana Samping dan mencuci baju di Biro Layanan Binatu, hari-hari di Istana Kecantikan penuh kenikmatan. Namun, sudah terlambat bagimu untuk menyesalinya sekarang. Pangeran ini tidak akan membawamu masuk Istana Kecantikan."

Su Xi-er senang sekali dalam hatinya, tetapi tidak menunjukkan apa pun di wajahnya. Ia memandanginya dan memancingnya, "Benarkah?"

"Orang-orang tidak bisa membedakan apakah perkataan Pangeran ini tulus atau palsu, tetapi kali ini, biarkan Pangeran ini memberitahumu dengan jelas: itu benar."

Dalam sekejap, Su Xi-er lega sekali seolah batu besar di hatinya akhirnya terlepas.

Tiba-tiba saja, Pei Qian Hao melepaskannya, berbalik, dan berjalan ke arah lemari pakaiannya.

Membukanya, matanya tertuju bolak-balik sebelum akhirnya mendarat pada dua botol porselen putih.

Pei Qian Hao mengambil mereka secara terpisah, membuka penutupnya dan membaui mereka. Ia bisa menentukan botol mana pemberiannya dan botol mana yang pemberian Situ Li dalam sekali percobaan.

Alisnya mengerut ketika ia menemukan kesenjangan jumlah bubuk obat yang tersisa di masing-masing botolnya. Di botol pemberian Situ Li, hanya tersisa sedikit bubuk obat, yang artinya itu lebih sering digunakannya.

Dalam hati, ia merasa tidak senang. Ia memandang hina barang-barang yang kuberikan?

Pei Qian Hao memasukkan botol porselen putih pemberian Situ Li ke dalam lengan bajunya tanpa mengatakan apa-apa.

Su Xi-er bangun dari ranjang dan berdiri di satu sisi. Dari tempatnya, ia tidak bisa melihat botol mana yang diambil pria itu.

Pei Qian Hao memandanginya. "Kau hanya menggunakan sedikit dari botol yang Pangeran ini berikan padamu, tetapi begitu banyak dari botol yang diberikan oleh Pangeran Kekaisaran Ketiga. Apakah kau benar-benar sebegitu bencinya pada benda-benda yang Pangeran ini berikan padamu?"

Botol pemberian Situ Li sebenarnya lebih kosong dikarenakan Su Xi-er menggunakannya untuk dibubuhkan ke luka-luka Ruo Yuan. Itu, dan fakta bahwa Situ Li lebih dulu memberikan itu padanya.

"Pangeran Hao, mohon padamkan amarah Anda. Hamba membubuhkan banyak obatnya untuk Ruo Yuan. Ia dipukuli dengan gada dan tubuhnya diselimuti dengan memar."

Namun, klarifikasi yang dikiranya bisa menenangkannya malah menyebabkan ekspresinya kian menggelap.

"Setelah kau habis membubuhkan obat dari botol pemberian Pangeran Kekaisaran Ketiga, apakah kau berencana untuk membantu si dayang gemuk itu dengan membubuhkan obat yang Pangeran ini berikan padamu?"

Su Xi-er merasa kalau Pei Qian Hao ini picik. Karena ia sudah memberikan itu padaku, kenapa juga ia harus mempedulikan bagaimana aku menggunakannya?

"Pangeran ini memerintahkanmu, hanya kau yang boleh menggunakan barang-barang yang Pangeran ini anugerahkan kepadamu. Jika kau membiarkan Pangeran ini mengetahui sebaliknya, bersiaplah menerima akibatnya." Kemudian, ia mengalihkan pandangannya dan terus mencari di dalam lemari.

Melihat ke rak terakhir, Pei Qian Hao membungkuk dan mengeluarkan korset Cina yang ditumpuk tepat di bagian bawah.

"Kau tetap begitu bencinya akan barang yang Pangeran ini anugerahkan padamu."

Su Xi-er menggelengkan kepala. "Mana mungkin hamba berani memandang rendahnya? Ini hanya karena hamba tidak punya kesempatan untuk memakainya sebagai seorang dayang istana. Hanya seorang wanita berstatus yang pantas mengenakan korset Cina merah. Seorang dayang tidak boleh."

Pei Qian Hao berjalan mendekatinya selagi memegangi korset Cina merah itu, suaranya dalam dan rendah. "Apakah maksudmu itu adalah ... kau ingin menjadi seorang wanita berposisi tinggi?"

"Hamba tidak mengatakan itu."

Jawabannya memancing kekehan Pei Qian Hao. "Katakan saja semaumu. Apa yang kau takutkan? Berada di posisi yang unggul, sebenarnya sangatlah mudah ..." Pada saat ini, tatapannya mengisyaratkan makna yang lebih dalam.

Su Xi-er pun langsung waspada. Apakah perkataan selanjutnya akan sangat tidak tahu malu?

Melihat betapa waspada dirinya, Pei Qian Hao menenangkan ekspresinya dan berkata pelan-pelan, "Kau tak akan melakukannya meskipun aku mengatakannya. Kau tidak perlu setegang itu. Akan tetapi, kenakan ini untuk Pangeran ini sekarang juga."

Lalu ia memberikan korset Cina merah itu pada Su Xi-er.

Su Xi-er tidak mau mengambilnya, jadi Pei Qian Hao melemparkan korset itu padanya.

Ia memandanginya dengan sikap tenang dan sabar. "Pakai."

Su Xi-er merasa tak berdaya. Kalau aku tidak memakainya, ia akan terus berada di sini dan tidak pergi. Akan lebih baik jika aku mengambil langkah mundur dan menyerah.

"Pangeran Hao, mohon berbalik."

Pei Qian Hao tidak membalas dan berbalik ke arah lain. Su Xi-er berjalan ke pojok ruangan dan juga berbalik untuk berpakaian.

Setelah ia selesai mengenakan si korset Cina itu dan juga baju atasannya, ia sedikit merapikan pakaiannya dan berputar.

Di saat ia berputar, matanya melebar. Ia ... Kapan ia berbalik?!

Bukankah itu artinya ia sudah melihat semuanya barusan ini? Ia terlalu tidak tahu malu! Ia sama sekali tidak merasa bersalah ataupun malu!

Su Xi-er tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Aura arogan bawaan serta dingin menyelimuti seluruh tubuhnya selagi ia memandangnya dingin. "Pangeran Hao, apakah Anda tahu bagaimana caranya menulis kata 'tidak tahu malu'?"

"Aku tidak tahu. Bagaiamana kalau kau menuliskannya untuk dilihat oleh Pangeran ini?" Ia bisa membedakan aura dingin dan arogansi yang tertanam dalam yang bersinar dari bola matanya. Mengapa ia punya aura seperti ini padahal ia berada di posisi yang rendah?

Pasti ada kisah di baliknya. Namun, aku sudah pernah memeriksa latar belakangnya. Saat ia masih sangat muda, ibunya meninggal dan ayahnya menjualnya. Setelahnya, ia masuk ke istana kekaisaran dan menjadi seorang dayang di Istana Samping karena berbagai faktor mengerikan.

"Pangeran Hao, hamba harap agar Anda tidak mempersulitku." Su Xi-er menarik aura dinginnya dan memberitahunya.

Pei Qian Hao baru saja akan membalas saat ada suara yang terdengar dari luar pintu. Itu adalah He Ying.

"Su Xi-er, keluar. Berani-beraninya kau membunuh Bunga milik Ibu Suri! Pengawal, kemari, dan seret dia keluar dari kamar."

Ternyata, Bunga tetap mati.

Pei Qia Hao memandanginya. "Apa yang terjadi?"

"Ceritanya panjang. Pangeran Hao, bersembunyilah sementara waktu. Tidak baik jika orang lain melihat Anda berada di kamar hamba."

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar