Selasa, 08 Desember 2020

CTF - Chapter 41

Consort of A Thousand Faces

Chapter 41 : Ketahuan

Tubuh Dayang Senior Li gemetaran saat kakinya jadi lemas. Pangeran Hao tidak pernah datang ke Biro Layanan Binatu, jadi kenapa ia kemari malam ini? Jangan bilang kalau ....

Ia melihat ke arah anak kecil yang berdiri di sebelahnya. Ia benar-benar adalah Kaisar yang sedang berkuasa. Jika memang benar begitu, setiap kata yang kuucapkan adalah pelanggaran terhadap penguasa. Bahkan nyawaku saja tidak akan cukup.

Namun, Situ Lin pun tidak dalam keadaan yang lebih baik daripada Dayang Senior Li. Ia agung, tetapi di saat bersamaan, segan pada Pangeran Hao.

Ibu kandungnya meninggal di hari ia melahirkannya. Setelahnya, ia mengikuti ibu pengasuhnya bersama-sama ke istana seorang Noble Lady. Kemudian, Noble Lady itu juga meninggal, hasilnya, ia dibesarkan oleh Ibu Suri yang sekarang.

(T/N: Noble Lady adalah salah satu peringkat selir kekaisaran. Peringkat Noble Lady ini lebih tinggi dari Lady of Talent, yang mana merupakan peringkat ibu kandung Situ Lin.)

Karena Ibu Suri dan Pangeran Hao adalah saudara, jumlah pertemuannya dengan Pangeran Hao tentu saja meningkat. Di hadapan orang dan di balik pintu, ia harus memanggil Pangeran Hao dengan sebutan 'Paman Kekaisaran', walaupun marga Pangeran Hao adalah Pei.

Situ Lin jadi gugup. Kalau aku ketahuan, apakah Pangeran Hao akan menghukumku?

Wajah manisnya dipenuhi kepanikan saat terpikirkan akan ketahuan. Ketika ia ingin mengambil inisiatif untuk mengakui kesalahannya, ia melihat Dayang Senior Li berlutut dengan bunyi celepuk dan bersimpuh di tanah, seluruh tubuhnya gemetaran.

"Hamba memberi hormat pada Pangeran Hao!"

Situ Lin menundukkan kepalanya dan tak lagi berbicara. Langsung saja setelah itu, ia melihat sepatu hitam bersulam awan hitam milik Pangeran Hao, muncul dalam pandangannya.

Ia mengangkat tangan besarnya dan mengelus bagian atas kepala kecil Situ Lin. Perkataannya yang dipenuhi aura bermartabat pun memasuki telinganya.

"Aku tidak mengatakan apa pun saat Anda menyelinap keluar dari istana peristirahatanmu dulu. Akan tetapi, kali ini, Anda menciptakan gangguan di Biro Layanan Binatu. Menurut Anda, bagaimana aku harus menghukum Anda?"

Suara lembut Situ Lin terdengar lagi, "Paman Kekaisaran, maafkan aku. Aku bersalah. Tidak semestinya aku menyelinap keluar, dan tidak seharusnya aku datang ke Biro Layanan Binatu. Paman Kekaisaran, kau pukuli saja aku."

Tersembunyi di hutan, Su Xi-er merasakan kesakitan di hatinya saat ia melihat adegan ini. Apakah adik kekaisaranku, Ning Lian Chen, seperti Kaisar kecil Bei Min ini? Dikendalikan oleh orang lain, tidak punya kebebasan sama sekali, dan dihukum dengan pukulan hanya karena kesalahan kecil?

Lian Chen hanya sedikit lebih tua daripada Kaisar kecil ini. Ia pasti merasa marah akan kepedihan seperti ini di hatinya. Ia menjalani kehidupan dengan penderitaan dan kesakitan seperti ini, tetapi tidak ada seorang pun yang ada di sisinya untuk menolongnya.

Rasa sakit di hatinya meningkat saat memikirkan ini. Ketika ia melihat mata tenang dan tak beriak milik Pei Qian Hao, ekspresi di matanya mulai berubah dingin selagi tanpa sadar ia mengepalkan tangannya.

Pei Qian Hao melambaikan tangannya dan menginstruksikan Wu Ling, "Cambuk."

Wu Ling kaget, ekspresinya menunjukkan kalau ia tidak sampai hati melakukannya. Ia hanyalah seorang anak kecil. Tidak peduli apakah ia dipukuli dulunya, ia baru berusia sepuluh tahun. Jika Pangeran Hao masih terus memukulinya, bukankah itu tidak terlalu baik?

"Cambuk." Nada suaranya jadi lebih dingin lagi. Wu Ling hanya bisa mengeluarkan cambuknya dan memberikannya pada Pangeran Hao.

Situ Lin memejamkan matanya dan berlutut dengan sendirinya. "Aku bersalah, Paman Kekaisaran. Silakan saja pukuli aku. Aku bersedia menerima hukumannya."

"Anda hanya mempedulikan soal bermain. Bagaimana Anda akan memikul beban tanggung jawab menjaga rakyat Bei Min di masa depan? Aku harap, Anda sungguh benar-benar bersedia menerima hukumannya," Pei Qian Hao membalas dingin. Cambuk hitam di tangannya dengan cepat mendarat di atas punggung kecil dan lemah Situ Lin.

Suara cambukannya terdengar lagi dan lagi, memasuki telinga Su Xi-er. Ia memandangi Situ Lin yang disinari cahaya bulan dan mengigiti bibirnya.

Pangeran Hao sama sekali tidak menahan tenaganya ketika mengayunkan cambuk yang berulang kali mendarat di tubuh kecil Situ Lin.

Setelah lima cambukan, baju Situ Lin pun sobek, sementara tangannya terkepal erat. Meskipun begini, ia mengigit bibirnya dengan kuat, tak berani bersuara.

Setelah melihat ini, hati Su Xi-er tak sanggup lagi menonton lebih lama. Wajah kecil Lian Chen muncul dalam benaknya. Setelah aku pergi, apakah Yun Ruo Feng juga memukulinya seperti ini? Sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan walaupun dagingnya akan terkoyak dan babak belur?

Tidak! Mana mungkin? Hal yang wajar bagi seorang anak kecil untuk suka bermain. Tidak apa-apa selama membimbing anak kecil itu dengan sabar dan sistematis. Masih belum terlambat untuk mendisiplinkan anak itu dengan pukulan setelahnya jika mereka masih tidak juga mendengarkan.

Selalu memukul, konsekuensinya ...

Mata terpejam Su Xi-er cepat-cepat terbuka, sejejak resolusinya menyala dalam matanya.

Dengan cepat ia keluar dari hutan dan berteriak kencang, "Hentikan! Akulah orang yang membuatnya datang!"

Jeritan seorang wanita terdengar di halaman Biro Layanan Binatu. Tubuh kecil Situ Lin gemetaran. Ia benar-benar keluar untuk melindungiku.

Tangan Pei Qian Hao yang sedang mengacungkan cambuknya pun terhenti. Ia tidak menyangka kalau Su Xi-er akan berada di sini.

Saat Wu Ling melihat roman wajah Pangeran Hao, ekspresinya mulai jadi rumit. Urusan ini jadi semakin merepotkan. Tidak akan selesai hanya karena kemunculan dari orang yang tak terduga.

"Paman Kekaisaran, aku tidak mengenalnya. Aku kemari karena keinginanku sendiri." Situ Lin berpura-pura memandang Su Xi-er dengan penghinaan. Pipinya digembungkan saat ia mencoba tampak sombong dan keras kepala.

"Paman Kekaisaran, ia mengenakan baju kasar. Mengapa aku mendengarkannya? Ia hanyalah seorang dayang istana biasa. Hmph."

Tepat setelah ia selesai berbicara, cambuknya mengenainya lagi. Pei Qian Hao memandangnya dingin. "Ingatlah perkataan dan tindakan Anda. Setelah pemukulan ini, Anda masih harus pergi dan menyalin perkataan-perkataan klasik."

Su Xi-er mengerti makna mendalam perkataan Situ Lin. Ia cepat-cepat berjalan maju, menatap lurus ke arah Pei Qian Hao, dan membungkuk. "Hamba memberi hormat pada Pangeran Hao."

Tidak ada seorang pun yang menyuruhnya bangun. Pei Qian Hao terus menatapnya dalam diam seperti itu.

Hanya setelah beberapa saat, barulah Pei Qian Hao menanggapi. "Bangunlah. Bagaimana kalau kau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi? Jika Pangeran ini merasa penjelasanmu tidak memuaskan, kau harus terus berlutut."

"Hamba mencemaskan Ruo Yuan, jadi aku meninggalkan Istana Samping. Hanya saja, aku tidak mengetahui jalan mana yang harus kuambil setelahnya. Lalu, kebetulan aku bertemu dengan Yang Mulia selagi berjalan kesana-kemari; mengira kalau beliau adalah seorang kasim kecil, hamba memintanya untuk membawa hamba kemari. Pangeran Hao, hanya setelah Anda muncul, barulah aku mengetahui kalau beliau adalah Yang Mulia."

Mau tak mau, Situ Lin pun mengaguminya. Ia hanyalah seorang dayang istana, tetapi benar-benar sanggup tetap tak terpengaruh saat menghadapi aura kuat Paman Kekaisaran di situasi menegangkan ini. Ia sungguh adalah seorang wanita yang ajaib!

Tepat saat ia berseru pada diri sendiri, ia menyadari kalau paman kekaisarannya menembakkan tatapan dinginnya padanya. Ia panik, dan jantungnya mendadak melompat.

"Su Xi-er, kau bodoh atau tolol? Mana mungkin kau tidak tahu jika ia adalah seorang kasim? Kau sudah lama mengetahui identitas Yang Mulia, kan?" Pei Qian Hao mengangkat sebelah alisnya saat membiarkan senyum mencemooh menggantung di mulutnya.

Wajah Situ Lin langsung merona merah. Ia tidak pernah tahu kalau paman kekaisarannya yang serius dan dingin masih bisa bercanda dan menggoda orang lain. Di saat bersamaan, ia mengetahui nama wanita yang berdiri di depannya adalah Su Xi-er. Nama ini sungguh enak didengar.

"Menjawab Pangeran Hao, hamba benar-benar tidak mengetahui identitas Yang Mulia. Terlebih lagi, wanita mana yang akan melihat ke tempat itu? Hanya Anda yang bisa memikirkan itu, Pangeran Hao." Walaupun nada bicaranya hormat, siapa pun yang memperhatikan perkataannya akan merasa ada sesuatu yang lain.

Seseorang hanya perlu melihat ke antara kaki seorang pria untuk memeriksa apakah ia adalah seorang kasim. Jika itu tidak cukup, seseorang akan mengetahuinya dengan baik untuk mencari tahu. Terlebih lagi, Situ Lin hanya seorang anak kecil dan sekarang ini tidak bisa dianggap sebagai seorang pria.

Bukankah, berkata seperti itu tentang Pangeran Hao, secara tidak langsung, mengatakan, "Tidak seperti dirimu, aku tidak cukup mesum untuk memikirkan tindakan ini."

Wu Ling diam-diam mengamati di satu sisi. Menyadari pesan tersembunyi dalam ucapan Su Xi-er, ia benar-benar ingin tertawa terbahak-bahak. Namun, saat ia menyadari ekspresi dingin Pangeran Hao, ia tidak berani melakukannya.

Tidak ada seorang pun, terutama seorang wanita, yang mengatakan pada Pangeran Hao, "Kau orang mesum! Pikiranmu tidaklah suci ..."

Pei Qian Hao memandanginya agak lama sebelum akhirnya menanggapi, "Tidak buruk juga. Ada makna tersembunyi dalam ucapanmu. Kau tahu bagaimana caranya mengumpati orang lain dengan cara yang bertele-tele. Sesuai dengan apa yang kau katakan, kau mengira kalau Yang Mulia adalah kasim kecil dan memintanya membawamu ke Biro Layanan Binatu."

Di saat ini, ia menjeda dan melihat ke arah Ruo Yuan yang pingsan. "Dayang gemuk ini, apakah kau berencana untuk meminta Pangeran ini memindahkannya kembali ke Istana Samping?"

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar