Selasa, 08 Desember 2020

CTF - Chapter 39

Consort of A Thousand Faces

Chapter 39 : Si Manis Kecil


Setelah meninggalkan Departemen Rumah Tangga Kekaisaran, Su Xi-er tidak berjalan menuju Istana Samping, sebaliknya, malah menuju ke sudut timur laut. Ia memutuskan kalau ia akan melihat ke Biro Layanan Binatu malam ini. Sementara untuk pispotnya, Dayang Senior Liu akan mengatur orang lain untuk mencuci mereka.

Setelah berjalan sekitar dua hingga tiga ratus meter, ia masih belum menemukan pintu masuk Biro Layanan Binatu tetapi setelahnya tiba di sebuah perempatan.

Hm? Kasim Zhang jelas-jelas mengatakan kalau aku hanya perlu berjalan menuju ujung timur laut istana ini. Ia tidak menyebutkan apa pun mengenai perempatan.

Jalan di depannya terbagi dua. Jalan mana yang harus kuambil? Selagi ia ragu-ragu, suara pelan seorang anak lelaki pun terdengar, "Aku sedang berpikir, apakah itu seekor anak kucing atau anak anjing, tetapi ternyata ini adalah manusia. Bukan hanya manusia biasa, tetapi seorang wanita cantik."

Anak lelaki itu mendecakkan lidah. Ia mengenakan terusan panjang kecil berwarna biru kehijauan dan sepasang sepatu hitam kecil. Saat ia berbicara, pipinya naik turun, tampak manis sekali.

Su Xi-er memandangi anak lelaki ini yang mendadak muncul di tengah malam. Ia tidak tampak seperti seorang kasim kecil. Siapa dia?

"Gadis cantik, dari istana manakah dirimu?" Mata anak lelaki itu mengamatinya selagi tangannya menarik tepian lengan baju Su Xi-er, menggoyangkan mereka ke kiri dan kanan.

Ia sudah memanggil 'gadis cantik' dengan sesantai ini di usia semuda ini. Aku penasaran, siapakah yang mengajarinya.

Su Xi-er melepaskan tangan kecilnya. "Seharusnya, akulah yang bertanya kepadamu. Dari istana manakah dirimu? Kenapa kau berkeliaran di tengah malam, bukannya beristirahat?"

Anak lelaki itu agak mengernyitkan alisnya. Ia mencondongkan diri untuk membaui Su Xi-er dengan hati-hati dan ekspresi penghinaan muncul di wajahnya. "Bau apa ini yang ada pada dirimu? Ada aroma tanaman obat dan juga bau mengerikan yang saling bersilangan satu sama lain."

"Aku menggosok pispot di Istana Samping, jadi tentu saja aku akan bau. Menjauhlah dariku dan cepatlah kembali ke istana peristirahatanmu." Su Xi-er langsung berbalik. Kurasa aku tidak akan bisa ke Biro Layanan Binatu hari ini.

Namun, ia baru saja berjalan dua langkah ketika anak lelaki itu menyusulnya lagi. Seperti permen, ia menempel padanya dan tidak mau melepaskannya. Ia terus berbicara dengan suara lembutnya, "Apabila tubuhmu bau, kau hanya perlu membersihkannya. Tidak masalah selama kau cantik. Beberapa orang jelek, dan akan tetap begitu tidak peduli berapa banyak pemerah pipi dan bedak yang mereka pakai."

Su Xi-er berhenti di jalurnya dan mengamatinya saksama. Apakah ia menarik kesimpulannya sendiri, atau apakah seseorang yang memberitahukan padanya? Hanya berdasarkan penampilan manisnya, aku tidak menduga kalau ia akan begini dewasa.

Siapa sebenarnya anak lelaki ini?

"Mengapa kau memandangiku seperti ini? Apakah aku tampak sangat tampan? Kau ingin menjanjikan dirimu padaku?" Anak lelaki ini menyeringai. Ia memajukan mulut kecilnya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.

"Berapa usiamu? Kau baru seusia ini, tetapi kau sudah memikirkan tentang para gadis. Apakah kau mengikutiku seperti ini karena kau ingin kembali ke Istana Samping denganku? Sebenarnya dari istana manakah dirimu?" Su Xi-er mempercepat langkah kakinya dan mencoba melepaskan diri darinya.

Namun, anak lelaki ini gesit sekali kakinya. Ia menyusulnya dan terus menarik lengan bajunya. "Bagaimana aku menjawabmu jika kau menanyakan banyak pertanyaan sekaligus. Aku tidak akan kembali ke Istana Samping denganmu, aku juga tidak berasal dari istana mana pun."

Su Xi-er berhenti lagi dan memperhatikannya lekat.

Saat anak lelaki ini dipandangi dengan cara seperti ini, sepertinya ia merasa agak malu. Ia menundukkan kepalanya dan berkata pelan, "Aku adalah seorang ... kasim kecil."

"Benarkah?" Su Xi-er terus menilainya dengan matanya.

Anak lelaki itu mengangguk berulang-ulang. "Mengapa aku harus berbohong padamu?"

Ia baru saja selesai bicara saat pandangan Su Xi-er tertuju di antara kaki anak lelaki itu. Apakah ia adalah seorang kasim, aku hanya perlu mengintip sekali untuk mengetahuinya.

Anak lelaki itu merasakan pandangannya sebelum mendadak ia tersipu saat merapatkan kedua kakinya bersamaan. "Kau melihat kemana?!"

Su Xi-er tertawa saat ia melihat betapa intens reaksinya. "Kau masih begitu muda, tetapi sudah pandai berbohong. Siapa yang mengajarimu?" Lalu, ia mendadak teringat sesuatu. Di Istana Kekaisaran, jika ada seorang anak lelaki yang bukan kasim ... hanya mungkin adalah Kaisar yang sedang berkuasa.

Di saat ini, ia langsung memancingnya dengan membungkuk hormat. "Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia."

Kekaguman muncul di wajah anak lelaki itu sebelum ia kembali ke penampilan manisnya dan mengibaskan tangannya. "Aku bukanlah Kaisar. Jangan bicara omong kosong. Aku hanyalah seorang ..." Ia tidak bisa memikirkan apa-apa setelah ini. Aku tidak bisa mengatakan kalau aku adalah seorang kasim karena aku punya benda itu!

Ekspresi licik anak lelaki itu tidak lolos dari mata Su Xi-er. "Yang Mulia, jangan menggoda hamba lagi. Mohon segeralah kembali ke istana Anda untuk beristirahat."

"Aku tidak menyangka kalau aku akan ketahuan secepat ini. Jangan memanggilku 'Yang Mulia'. Nantinya, kau akan bermain denganku." Situ Lin berdeham, tetapi suaranya masih tetap lembut.

"Hamba harus menggosok pispot. Bagaimana mungkin aku bermain dengan Anda?"

Situ Lin mendengus. "Kau begitu cantik. Mengapa kau menggosok pispot dan membuat dirimu jadi bau? Kebetulan sekali, ibu pengasuhku ada di sana. Aku akan memintanya untuk menukarkan pekerjaanmu."

Su Xi-er teringat kalau ia harus mengubah pekerjaannya sebelum cuacanya jadi dingin. Akan tetapi, meskipun ia tidak menggosok pispot, ia tidak bisa bermain dengan Kaisar dan menarik gosip dari orang lain.

"Apakah kau akan bermain?" Mata Situ Lin terbuka lebar saat ia memandanginya dengan wajah penuh harap.

Langsung saja, Su Xi-er teringat akan adik lelaki kekaisarannya, Ning Lian Chen. Saat ia muda, ia juga sering mengajaknya bermain bersamanya. Namun, sebelum Ning Lian Chen benar-benar tumbuh dewasa, ia sudah tewas dan meninggalkannya.

"Apakah kau mau bermain?" Situ Lin bertanya lagi dan bahkan ada kesedihan di wajahnya.

Su Xi-er tergerak. "Aku bisa, tetapi harus di malam hari. Terlebih lagi, tidak bisa setiap hari. Anda bisa menyelinap ke tempat Dayang Senior Liu, tetapi aku tidak bisa selalu meninggalkan Istana Samping."

Situ Lin mengangkat kepalanya. "Aku akan pindahkan saja kau ke Istana Naga Langit."

"Tidak boleh. Anda tidak boleh melakukannya dengan keriuhan besar begitu. Kalau tidak, aku tidak akan bermain dengan Anda," ancam Su Xi-er.

Situ Lin menundukkan kepalanya dan menjawab pelan, "Baiklah."

Setelahnya, ia bertanya keheranan, "Jelas-jelas kau sedang berjalan maju barusan ini. Kau mau pergi kemana? Aku familier dengan istana kekaisaran ini karena aku kadang-kadang menyelinap keluar diam-diam di malam hari untuk bermain."

Sekarang, karena aku sudah mengetahui identitas sebenarnya, watak bawaan seorang anak kecil seharusnya tidak buruk.

Oleh karena itulah, ia memberitahunya, "Biro Layanan Binatu. Apakah Anda tahu dimana itu?"

"Biro Layanan Binatu, tempat dimana baju dicuci. Tentu saja aku tahu. Dulu, aku bahkan pergi ke sana dan dengan sengaja merobek baju-bajunya!" Situ Lin terkikik.

Ketika Su Xi-er mendengar itu, ekspresinya berubah. Tanpa mengatakan apa pun, ia menarik wajah Situ Lin. "Baju yang dengan sengaja Anda robek itu akan menyebabkan kematian seseorang."

"Memangnya kenapa? Aku hanya merobek baju. Tidak seperti aku meminta nyawa seorang dayang istana." Situ Lin tidak menganggapnya sama sekali.

Su Xi-er jadi sangat serius. "Apabila seorang dayang istana di Biro Layanan Binatu merusak baju mahal selagi mencuci mereka, mereka akan langsung kehilangan kepala mereka jika mereka disalahkan!"

Situ Lin pun jelas ketakutan. "Tidak mungkin benar, kan? Aku tidak menginginkan nyawa mereka."

"Nanti, Anda akan menunjukkan jalannya dan membawaku ke Biro Layanan Binatu. Bicara pelan-pelan, dan sembunyikan diri Anda setelah kita sampai. Kita tidak tahu apakah ada seorang dayang yang sedang dihukum."

Ekspresi Situ Lin pun ragu-ragu, tetapi di saat bersamaan, ia takut kalau tindakan tanpa tujuannya itu telah menyakiti seseorang.

Oleh sebab itu, dengan patuh ia mengarahkan Su Xi-er.

Saat mereka tiba di pintu gerbang Biro Layanan Binatu, Situ Lin mengikuti apa yang dikatakan Su Xi-er dan bersembunyi di di lokasi tersembunyi.

Akan tetapi, Situ Lin baru saja menyembunyikan dirinya saat ia mendengar suara gada memukuli seseorang. Jantungnya berdebar kencang seiring dengan suara tiap pukulan.

Walaupun ia adalah Kaisar yang mulia, ia tidak suka menghukum orang.

Su Xi-er memberi tanda diam ke arah Situ Lin bersembunyi. Lalu, ia berjalan ke depan perlahan-lahan.

Suara gadanya jadi lebih jelas saat ia mendekat hingga akhirnya, ia bisa melihat orang yang sedang dipukuli di bawah cahaya bulan. Itu adalah Ruo Yuan!

Seorang dayang yang lebih tua sedang memukuli Ruo Yuan tanpa ampun. "Lihatlah, betapa gendutnya dirimu! Meskipun aku memukuli seratus kali, kulitmu mungkin tidak akan sobek! Wanita gendut, wanita jelek, apa artinya kau hidup!" 


Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar