Sabtu, 05 Desember 2020

CTF - Chapter 31

Consort of A Thousand Faces

Chapter 31 : Tidak Dapat Menangani


Pukul 4.30 pagi, Su Xi-er dan Ruo Yuan telah selesai menggosok semua pispot hingga bersih sebelum memindahkan mereka ke pondok kayu di sudut barat daya.

Setelahnya, mereka berdua kembali ke kamar mereka masing-masing. Ruo Yuan menggoyangkan bokong berisinya selagi ia menghilang di dalam cahaya bulan. Saat Su Xi-er melihat penampilannya, sudut mulutnya agak terangkat.

Ketika ia menyadari suasana hatinya sendiri, tatapan Su Xi-er jadi menerawang. Sudah berapa lama semenjak suasana hatiku sebaik ini. Bersama dengan Ruo Yuan, mirip seperti memiliki Lü Liu di sisiku.

***

Di pagi berikutnya, Su Xi-er terbangun oleh suara para dayang yang bergosip di depan kamarnya.

"Rumah kayu di sudut barat daya terbakar dengan api yang membara semalam. Aku penasaran, kapan rumah kayu itu mulai terbakar."

"Benar sekali! Bahkan, tiang utama pondok itu pun hangus. Tidak ada petir kemarin, dan cuacanya pun tidak begitu kering. Dengan semua itu, aku penasaran mengapa rumah kayunya mendadak terbakar begitu saja tanpa alasan?"

"Liu Ye-er mati di sana, meninggalkan begitu banyak kepedihan yang terakumulasi. Oleh karenanya, rumah itu mulai terbakar!"

Dengan begitu berisiknya para dayang itu, Su Xi-er tidak bisa meneruskan tidurnya, tak peduli seberapa pun inginnya ia. Pada akhirnya, ia bangun dan memejamkan matanya selagi ia bersandar di sisi ranjangnya.

Rumah kayu di sudut barat daya itu menghilang akibat kebakaran besar. Meja kayu itu juga habis terbakar. Satu-satunya benda yang tersisa yang menguatkan koneksi antara Liu Ye-er dan Commandery Prince Xie adalah kain sutra tenun yang sudah kuambil.

Ia tidak membawa kain sutra tenun itu bersamanya, sebaliknya, malah menyembunyikannya di dalam lemari.

Pengawal Kekaisaran Wu pastinya meletakkan tubuh Liu Ye-er di rumah kayu itu semalam, menghilangkan keduanya dengan satu lemparan obor. Mulai sekarang, Liu Ye-er benar-benar sudah menghilang.

Liu Ye-er mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Commandery Prince Xie, tetapi menghadapi akhir seperti ini. Kalau begitu, apa yang akan menjadi akhir dari He Xiang Yu? Dan apa yang akan menjadi akhirku?

Ia merasa agak sakit kepala saat pemikiran ini berlarian di kepalanya. Mengangkat tangan kirinya untuk memijat keningnya, ia juga bisa melihat pergelangan tangan kirinya. Rasa sakit dan bengkaknya sudah menghilang.

Keefektifan dari bubuk obatnya bahkan lebih baik daripada yang kubayangkan, nyaris sepenuhnya menyembuhkan cederaku hanya setelah dua kali pemakaian.

Pada saat itu, Su Xi-er tidak tahu apakah bubuk obat yang diberikan Pangeran Hao padanya mirip dengan milik Pangeran Kekaisaran Ketiga, terdapat tambahan tanaman obat di dalamnya. Jenis tanaman obat ini tak berwarna dan tak berbau. Tanaman ini bisa menyembuhkan memar dengan cepat, dan di seluruh Kerajaan Bei Min, hanya Pangeran Hao yang memilikinya.

"Su Xi-er, apa kau sudah bangun? Dayang Senior Liu memintamu untuk ke kamarnya." Suara Hong Li dapat terdengar dari luar pintu.

"Kebetulan aku baru saja terbangun. Aku akan pergi sekarang." Su Xi-er segera merangkak dari ranjangnya, mengenakan jubah luarannya, merapikan pakaiannya, dan menyisir rambutnya sebelum berjalan keluar.

"Cepatlah pergi dan menyegarkan diri; aku sudah menyisihkan sarapan," Hong Li memberitahunya sambil tersenyum.

Su Xi-er mengangguk. ia berlari ke arah area dimana dayang istana menyegarkan diri dan dengan cepat mencuci mukanya.

Setelah menyantap sarapannya, ia menuju ke kamar Dayang Senior Liu.

***

Setelah membuka pintunya, dapat dilihat Dayang Senior Liu sedang minum teh di dalamnya.

Setelah ia melihat Su Xi-er, ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke arahnya. "Kau tidur sangat larut semalam, tetapi kau dipanggil kemari olehku pagi-pagi sekali hari ini. Apakah kau mengantuk?"

Su Xi-er berjalan masuk dan membungkuk hormat selagi ia menyampaikan sapaannya, "Hamba tidak mengantuk. Terima kasih banyak atas perhatiannya, Dayang Senior."

"Kemarilah dan minum secangkir teh. Ini adalah teh musim semi yang diberikan oleh kerajaan lain tahun ini. Aku hanya punya satu botol kecil, jadi aku tidak rela meminumnya." Wajah Dayang Senior Liu dihiasi senyuman, menyebabkan kerutan di sebelah matanya jadi lebih jelas.

Su Xi-er tahu kalau teh musim semi yang ditetesi dengan embun hujan biasanya adalah daun teh terbaik. Banyak pemanen teh memetik teh musim semi, membuat mereka jadi daun teh, dan mengawetkannya dengan menyegel mereka. Namun, bahkan tuan tanah saja tidak bisa meminum teh musim semi ini. Mayoritas harus diserahkan ke istana, sementara sisanya dibeli oleh keluarga bangsawan yang kaya raya.

"Dayang Senior, Anda harus menyimpan teh ini untuk dinikmati perlahan-lahan. Hamba tidak memahami teh; sia-sia saja meski aku meminumnya."

Senyum di mata Dayang Senior Liu semakin dalam, tetapi pandangannya jatuh ke kantong parfum di pinggang Su Xi-er. "Di Istana Samping, dayang yang paling memahami peraturan adalah dirimu. Kantong parfum di pinggangmu itu sulamannya sangat unik. Majikan mana yang menganugerahkannya padamu?"

"Ibu Suri yang menganugerahkannya," Su Xi-er menjawab perlahan.

Dayang Senior Liu mengangkat alisnya saat nada suaranya jadi sedikit lebih tinggi. "Oh? Ini pertama kalinya Ibu Suri menganugerahkan sesuatu kepada seorang dayang istana, terlebih lagi dayang dari Istana Samping. Nona He, yang melayani di sisinya, bahkan ia saja tidak menerima banyak hadiah."

"Hamba juga tidak tahu mengapa Ibu Suri ingin menganugerahkan ini padaku." Su Xi-er sengaja mengatakannya. Ia sudah menyadari niatan Ibu Suri tepat di saat ia menerima kantong parfum itu.

"Lepaskan. Biarkan aku melihatnya." Dayang Senior Liu masih tersenyum, tetapi mana mungkin ia tidak memahami kepribadian Ibu Suri? Ia berhasil mendapatkan posisi Permaisuri hanya dalam waktu setahun, dan sekarang adalah Ibu Suri termuda dalam sejarah. Bagaimana mungkin orang semacam ini menganugerahkan sebuah kantong parfum kepada seorang dayang di Istana Samping tanpa alasan?

Su Xi-er melepaskan kantong parfumnya dan menyerahkannya kepada Dayang Senior Liu. Aroma safflowernya benar-benar sudah tergantikan oleh aroma bubuk obat yang tercampur di dalam kainnya, membuat Dayang Senior Liu tidak bisa membedakan apa pun.

Dayang Senior Liu meletakkan kantong parfumnya dekat hidungnya dan mengendusnya hati-hati. Setelahnya, ia mengerutkan keningnya dan membuka kantong parfumnya untuk memeriksanya, hanya menemukan beberapa tanaman obat-obatan herbal di dalamnya.

"Dayang Senior Liu, hamba menambahkan beberapa obat-obatan herbal di dalam kantong parfumnya. Itu adalah yang sebelumnya Anda berikan pada hamba."

"Begitu rupanya." Dayang Senior Liu mengikat kantong parfumnya dengan kencang dan mengembalikannya pada Su Xi-er.

Sebenarnya, Dayang Senior Liu mengenali bau yang berbeda. Itu adalah bau bubuk obat, tetapi sekarang karena ia sudah melihat kantongnya, ia tidak yakin.

Tepat saat ini, suara seorang dayang terdengar dari luar. "Dayang Senior Liu, Nona He datang kemari."

"Ia benar-benar datang dengan cepat. Su Xi-er, undur dirilah." Dayang Senior Liu agak merapikan pakaiannya dan berdiri dari bangkunya.

Su Xi-er mengikatkan kantong parfumnya di pinggangnya dan berjalan keluar dari kamar. Hanya dengan satu lirikan, ia melihat Nona He yang mendekat.

"Hamba memberi hormat pada Nona He," Su Xi-er menyapanya dengan hormat dengan menekuk lutut.

He Ying tidak melambaikan tangannya untuk menyuruhnya berdiri, tetapi malah melihat ke arah pinggangnya. "Aku akan menganggapmu bijaksana. Kau masih membawa kantong parfum ini."

Ia segera mengulurkan tangannya dan menarik Su Xi-er dengan ganasnya, mencondongkan diri dekat ke telinganya. Nada suara He Ying membawa sejejak kekejaman saat ia berbicara. "Perangkap yang kau pasang, melukai Dayang Senior Zhao. Aku tidak menyangka kalau seorang wanita yang tampak lemah tahu bagaimana caranya menjebak dengan sangat baik."

Su Xi-er berpura-pura bodoh. "Nona He, Dayang Senior Zhao adalah Dayang Senior yang Bertugas di Istana Samping. Mengapa hamba melukainya?"

"Hmph, berpura-pura bodoh." He Ying menjatuhkan lengan Su Xi-er dengan ganas. Ia tidak lagi melihat ke arahnya dan langsung memasuki kamar Dayang Senior Liu.

Saat Su Xi-er melihat ke pintu kamar yang tertutup, kilatan halus melintas di matanya. Tujuan He Ying dengan mendatangi Istana Samping sejelas siang hari. Ia melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukannya dengan Dayang Senior Zhao lagi, menggunakan titah Ibu Suri untuk menginstruksikan Dayang Senior Liu supaya membunuhku.

Ibu Suri sangat dendam padaku sampai-sampai ia menganugerahkanku sebuah kantong parfum berisi safflower, semua itu hanya demi seorang pria.

Walaupun ia adalah Ibu Suri yang terhormat, ia tetaplah seorang wanita di masa muda primanya, dan sangat mendambakan cinta.

Hanya saja, Pangeran Hao memiliki begitu banyak wanita. Apakah Ibu Suri berhasil mengatasi mereka semua? Mengapa ia selalu menargetkanku? Su Xi-er agak mengerutkan alisnya. Saat ini aku sama sekali bukanlah wanita Pangeran Hao!

"Su Xi-er." Hong Li mendadak muncul dan menariknya. Ia bertanya pelan, "Apakah kau merasa kalau Dayang Senior Liu sangat aneh?"

Su Xi-er tidak menjawab. Hanya ketika mereka berdua sudah berjalan menjauh, barulah ia bertanya, "Apa maksudmu dengan aneh?"

Hong Li menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak bisa menjelaskannya. Aku hanya merasa kalau ia aneh. Kau akurat dalam pengamatanmu, jadi aku datang untuk menanyaimu."

Pada saat ini, mata Hong Li bersinar. "Pernah, Dayang Senior Liu bertanya padaku, kapan kau dan Pangeran Hao saling mengenal!"

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar