Consort of A Thousand Faces
Chapter 31 : Tidak Dapat Menangani
Pukul 4.30 pagi, Su Xi-er dan Ruo Yuan telah selesai menggosok semua pispot hingga bersih sebelum memindahkan mereka ke pondok kayu di sudut barat daya.
Setelahnya, mereka berdua kembali ke kamar mereka
masing-masing. Ruo Yuan menggoyangkan bokong berisinya selagi ia menghilang di
dalam cahaya bulan. Saat Su Xi-er melihat penampilannya, sudut mulutnya agak
terangkat.
Ketika ia menyadari suasana hatinya sendiri,
tatapan Su Xi-er jadi menerawang. Sudah berapa lama semenjak suasana hatiku sebaik ini. Bersama dengan Ruo Yuan, mirip seperti memiliki Lü
Liu di sisiku.
***
Di pagi berikutnya, Su Xi-er terbangun oleh suara
para dayang yang bergosip di depan kamarnya.
"Rumah kayu di sudut barat daya terbakar
dengan api yang membara semalam. Aku penasaran, kapan rumah kayu itu mulai
terbakar."
"Benar sekali! Bahkan, tiang utama pondok itu
pun hangus. Tidak ada petir kemarin, dan cuacanya pun tidak begitu kering.
Dengan semua itu, aku penasaran mengapa rumah kayunya mendadak terbakar begitu
saja tanpa alasan?"
"Liu Ye-er mati di sana, meninggalkan begitu
banyak kepedihan yang terakumulasi. Oleh karenanya, rumah itu mulai
terbakar!"
Dengan begitu berisiknya para dayang itu, Su Xi-er
tidak bisa meneruskan tidurnya, tak peduli seberapa pun inginnya ia. Pada
akhirnya, ia bangun dan memejamkan matanya selagi ia bersandar di sisi
ranjangnya.
Rumah kayu di sudut barat daya itu menghilang
akibat kebakaran besar. Meja kayu itu juga habis terbakar. Satu-satunya benda
yang tersisa yang menguatkan koneksi antara Liu Ye-er dan Commandery Prince Xie
adalah kain sutra tenun yang sudah kuambil.
Ia tidak membawa kain sutra tenun itu bersamanya,
sebaliknya, malah menyembunyikannya di dalam lemari.
Pengawal Kekaisaran Wu pastinya meletakkan tubuh
Liu Ye-er di rumah kayu itu semalam, menghilangkan keduanya dengan satu
lemparan obor. Mulai sekarang, Liu Ye-er benar-benar sudah menghilang.
Liu Ye-er mempunyai hubungan yang sangat dekat
dengan Commandery Prince Xie, tetapi menghadapi akhir seperti ini. Kalau
begitu, apa yang akan menjadi akhir dari He Xiang Yu? Dan apa yang akan menjadi
akhirku?
Ia merasa agak sakit kepala saat pemikiran ini
berlarian di kepalanya. Mengangkat tangan kirinya untuk memijat keningnya, ia
juga bisa melihat pergelangan tangan kirinya. Rasa sakit dan bengkaknya
sudah menghilang.
Keefektifan dari bubuk obatnya bahkan lebih baik
daripada yang kubayangkan, nyaris sepenuhnya menyembuhkan cederaku hanya
setelah dua kali pemakaian.
Pada saat itu, Su Xi-er tidak tahu apakah bubuk
obat yang diberikan Pangeran Hao padanya mirip dengan milik Pangeran Kekaisaran
Ketiga, terdapat tambahan tanaman obat di dalamnya. Jenis tanaman obat ini tak
berwarna dan tak berbau. Tanaman ini bisa menyembuhkan memar dengan cepat, dan
di seluruh Kerajaan Bei Min, hanya Pangeran Hao yang memilikinya.
"Su Xi-er, apa kau sudah bangun? Dayang Senior
Liu memintamu untuk ke kamarnya." Suara Hong Li dapat terdengar dari luar
pintu.
"Kebetulan aku baru saja terbangun. Aku akan
pergi sekarang." Su Xi-er segera merangkak dari ranjangnya, mengenakan
jubah luarannya, merapikan pakaiannya, dan menyisir rambutnya sebelum berjalan
keluar.
"Cepatlah pergi dan menyegarkan diri; aku
sudah menyisihkan sarapan," Hong Li memberitahunya sambil tersenyum.
Su Xi-er mengangguk. ia berlari ke arah area dimana
dayang istana menyegarkan diri dan dengan cepat mencuci mukanya.
Setelah menyantap sarapannya, ia menuju ke kamar
Dayang Senior Liu.
***
Setelah membuka pintunya, dapat dilihat Dayang
Senior Liu sedang minum teh di dalamnya.
Setelah ia melihat Su Xi-er, ia tersenyum dan
melambaikan tangannya ke arahnya. "Kau tidur sangat larut semalam, tetapi
kau dipanggil kemari olehku pagi-pagi sekali hari ini. Apakah kau
mengantuk?"
Su Xi-er berjalan masuk dan membungkuk hormat
selagi ia menyampaikan sapaannya, "Hamba tidak mengantuk. Terima kasih
banyak atas perhatiannya, Dayang Senior."
"Kemarilah dan minum secangkir teh. Ini adalah
teh musim semi yang diberikan oleh kerajaan lain tahun ini. Aku hanya punya
satu botol kecil, jadi aku tidak rela meminumnya." Wajah Dayang Senior Liu
dihiasi senyuman, menyebabkan kerutan di sebelah matanya jadi lebih jelas.
Su Xi-er tahu kalau teh musim semi yang ditetesi
dengan embun hujan biasanya adalah daun teh terbaik. Banyak pemanen teh memetik
teh musim semi, membuat mereka jadi daun teh, dan mengawetkannya dengan
menyegel mereka. Namun, bahkan tuan tanah saja tidak bisa meminum teh musim
semi ini. Mayoritas harus diserahkan ke istana, sementara sisanya dibeli oleh
keluarga bangsawan yang kaya raya.
"Dayang Senior, Anda harus menyimpan teh ini
untuk dinikmati perlahan-lahan. Hamba tidak memahami teh; sia-sia saja meski
aku meminumnya."
Senyum di mata Dayang Senior Liu semakin dalam,
tetapi pandangannya jatuh ke kantong parfum di pinggang Su Xi-er. "Di Istana Samping, dayang yang paling
memahami peraturan adalah dirimu. Kantong parfum di pinggangmu itu sulamannya sangat unik. Majikan mana yang
menganugerahkannya padamu?"
"Ibu Suri yang menganugerahkannya," Su
Xi-er menjawab perlahan.
Dayang Senior Liu mengangkat alisnya saat nada
suaranya jadi sedikit lebih tinggi. "Oh? Ini pertama kalinya Ibu Suri
menganugerahkan sesuatu kepada seorang dayang istana, terlebih lagi dayang dari
Istana Samping. Nona He, yang melayani di sisinya, bahkan ia saja tidak
menerima banyak hadiah."
"Hamba juga tidak tahu mengapa Ibu Suri ingin
menganugerahkan ini padaku." Su Xi-er sengaja mengatakannya. Ia sudah
menyadari niatan Ibu Suri tepat di saat ia menerima kantong parfum itu.
"Lepaskan. Biarkan aku melihatnya."
Dayang Senior Liu masih tersenyum, tetapi mana mungkin ia tidak memahami
kepribadian Ibu Suri? Ia berhasil mendapatkan posisi Permaisuri hanya
dalam waktu setahun, dan sekarang adalah Ibu Suri termuda dalam sejarah. Bagaimana
mungkin orang semacam ini menganugerahkan sebuah kantong parfum kepada
seorang dayang di Istana Samping tanpa alasan?
Su Xi-er melepaskan kantong parfumnya dan
menyerahkannya kepada Dayang Senior Liu. Aroma safflowernya benar-benar sudah
tergantikan oleh aroma bubuk obat yang tercampur di dalam kainnya, membuat
Dayang Senior Liu tidak bisa membedakan apa
pun.
Dayang Senior Liu meletakkan kantong parfumnya dekat
hidungnya dan mengendusnya hati-hati. Setelahnya, ia mengerutkan keningnya dan
membuka kantong parfumnya untuk memeriksanya, hanya menemukan beberapa tanaman
obat-obatan herbal di dalamnya.
"Dayang Senior Liu, hamba menambahkan beberapa
obat-obatan herbal di dalam kantong parfumnya. Itu adalah yang sebelumnya Anda berikan pada hamba."
"Begitu rupanya." Dayang Senior Liu
mengikat kantong parfumnya dengan kencang dan mengembalikannya pada Su Xi-er.
Sebenarnya, Dayang Senior Liu mengenali bau yang
berbeda. Itu adalah bau bubuk obat, tetapi sekarang karena ia sudah melihat
kantongnya, ia tidak yakin.
Tepat saat ini, suara seorang dayang terdengar dari
luar. "Dayang Senior Liu, Nona He datang kemari."
"Ia benar-benar datang dengan cepat. Su Xi-er,
undur dirilah." Dayang Senior Liu agak merapikan pakaiannya dan berdiri
dari bangkunya.
Su Xi-er mengikatkan kantong parfumnya di
pinggangnya dan berjalan keluar dari kamar. Hanya dengan satu lirikan, ia
melihat Nona He yang mendekat.
"Hamba memberi hormat pada Nona He," Su
Xi-er menyapanya dengan hormat dengan menekuk lutut.
He Ying tidak melambaikan tangannya untuk
menyuruhnya berdiri, tetapi malah melihat ke arah pinggangnya. "Aku akan
menganggapmu bijaksana. Kau masih membawa kantong parfum ini."
Ia segera mengulurkan tangannya dan menarik Su
Xi-er dengan ganasnya, mencondongkan diri dekat ke telinganya. Nada suara He
Ying membawa sejejak kekejaman saat ia berbicara. "Perangkap yang kau
pasang, melukai Dayang Senior Zhao. Aku tidak menyangka kalau seorang wanita
yang tampak lemah tahu bagaimana caranya menjebak dengan sangat baik."
Su Xi-er berpura-pura bodoh. "Nona He, Dayang
Senior Zhao adalah Dayang Senior yang Bertugas di Istana Samping. Mengapa hamba
melukainya?"
"Hmph, berpura-pura bodoh." He
Ying menjatuhkan lengan Su Xi-er dengan ganas. Ia tidak lagi melihat ke arahnya
dan langsung memasuki kamar Dayang Senior Liu.
Saat Su Xi-er melihat ke pintu kamar yang tertutup,
kilatan halus melintas di matanya. Tujuan He Ying dengan mendatangi
Istana Samping sejelas siang hari. Ia melakukan hal yang sama seperti apa yang
dilakukannya dengan Dayang Senior Zhao lagi, menggunakan titah Ibu Suri untuk
menginstruksikan Dayang Senior Liu supaya membunuhku.
Ibu Suri sangat dendam padaku sampai-sampai ia
menganugerahkanku sebuah kantong parfum berisi safflower, semua itu hanya demi seorang pria.
Walaupun ia adalah Ibu Suri yang terhormat, ia
tetaplah seorang wanita di masa muda primanya, dan sangat mendambakan cinta.
Hanya saja, Pangeran Hao memiliki begitu banyak
wanita. Apakah Ibu Suri berhasil mengatasi mereka semua? Mengapa ia selalu
menargetkanku? Su Xi-er agak mengerutkan alisnya. Saat ini
aku sama sekali bukanlah wanita Pangeran Hao!
"Su Xi-er." Hong Li mendadak muncul dan
menariknya. Ia bertanya pelan, "Apakah kau merasa kalau Dayang Senior
Liu sangat aneh?"
Su Xi-er tidak menjawab. Hanya ketika mereka berdua
sudah berjalan menjauh, barulah ia bertanya, "Apa maksudmu dengan
aneh?"
Hong Li menggelengkan kepalanya. "Aku juga
tidak bisa menjelaskannya. Aku hanya merasa kalau ia aneh. Kau akurat dalam
pengamatanmu, jadi aku datang untuk menanyaimu."
Pada saat ini, mata Hong Li bersinar. "Pernah,
Dayang Senior Liu bertanya padaku, kapan kau dan Pangeran Hao saling
mengenal!"
0 comments:
Posting Komentar