Kamis, 24 Desember 2020

CTF - Chapter 56

Consort of A Thousand Faces

Chapter 56 : Menariknya


Tepat saat Su Xi-er berjalan keluar pintu, ia melihat segerombol dayang Biro Layanan Binatu mengenakan seragam istana berwarna coklat kekuningan berjalan ke arahnya. Bintik merah di wajah mereka sudah menghilang, dan ekspresi mereka tenang.

Dayang Senior Li berjalan tepat ke depan dan memandangi Su Xi-er. Setelahnya, ia berteriak pada para dayang Istana Samping yang sedang menikmati makanan mereka di dalam ruangan, "Para dayang yang dipindahkan kemari dari Istana Samping, kalian semua kembali ke Istana Samping setelah kalian selesai mencuci baju hari ini."

Dalam sekejap, para dayang yang sedang makan di dalam ruangan pun keluar, wajah mereka dipenuhi kegembiraan.

Kami hanya perlu bertahan satu hari lagi dan kami bisa kembali ke Istana Samping. Meskipun di Istana Samping juga ada banyak sekali pekerjaan, tetap saja jauh lebih baik ketimbang mencuci baju. Paling tidak, kami tidak perlu merendam tangan kami sepanjang hari di Istana Samping.

Dayang Senior Li menoleh memandangi Su Xi-er, berbicara dengan nada yang lebih lembut dan gaya yang ringan, "Yang lainnya boleh kembali, tetapi kau harus tetap tinggal. Departemen Rumah Tangga Istana sudah menginstruksikan agar kau tetap di Biro Layanan Binatu untuk mencuci baju."

Saat dayang-dayang lain dari Istana samping mendengar itu, beberapa merasa sedih dalam hati mereka, sementara yang lainnya mulai merasa simpati pada Su Xi-er.

Tampaknya nasib senang mempermainkan Su Xi-er. Kadang-kadang membuatnya menjadi objek amarah semua orang, sementara jadi sangat menyedihkan bagi orang lainnya. Di waktu bersamaan, kesuksesannya sudah menarik kecemburuan orang lain, dan beberapa bahkan merasa seakan ia pantas menerima segala kesialan yang menimpanya.

Suara Dayang Senior Li terdengar lagi saat ia melambaikan tangannya pada para dayang Istana Samping. "Beberapa dari kalian, kemari. Cucilah bajunya bersama dayang-dayang Biro Layanan Binatu yang sudah sembuh. Su Xi-er, pergi rebuskan obat untuk para dayang yang masih belum sembuh."

Pagi itu, Kasim Zhang sudah memberitahu Dayang Senior Li agar tidak dengan gampangnya menyuruh Su Xi-er mencuci baju di Biro Layanan Binatu. Sebaliknya, ia akan mencuci baju yang dikirimkan secara khusus.

Dayang Senior Li langsung memahami kata-kata Kasim Zhang. Ia hanya akan bertugas mencuci baju-baju berharga.

Tugas ini tidak mengharuskannya untuk mencuci banyak baju, tetapi ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Dayang biasa dari Biro Layanan Binatu menganggapnya sebagai urusan keras kepala yang tak diinginkan siapa pun. Bahkan ada kasus dayang istana yang dipukuli sampai mati karena mereka merusak baju mahal ketika mencuci mereka.

Sekarang, karena Su Xi-er akan menggantikan mereka, semua orang mengembuskan napas lega.

Para dayang menuruti instruksi Dayang Senior Li dan dengan patuh berjalan ke arah beberapa lusin baskom penuh baju itu. Mereka mengisinya dengan air, berjongkok, dan mulai mencuci baju-baju itu dengan sungguh-sungguh.

***

Di lain pihak, Su Xi-er berjalan ke arah ruangan yang digunakan untuk merebus obat. Ia membersihkan ramuan obatnya satu kali, memasukkan mereka ke dalam toples gerabah kecil, dan menambahkan sedikit air sebelum meletakkannya di atas tungku yang arangnya sudah dinyalakan. Setelahnya, ia memegangi sebuah kipas tangan bundar dan mulai mengipasinya.

Merebus obat biasanya lebih mudah daripada mencuci baju.

Su Xi-er memegangi saja kipas tangan itu, mengayunkannya ke depan dan belakang.

Mungkin, karena ia tidak benar-benar tidur nyenyak semalam. Ditambah aroma obat-obatan yang menyerbu lubang hidungnya di pagi hari, seiring berjalannya waktu, ia pun jadi mengantuk.

Tidak lama sebelum kipas bundar di tangannya jatuh ke tanah, kelopak matanya menutup selagi ia duduk di atas bangku kayu kecil.

Cahaya keemasan dari sinar mentari mengalir masuk ke dalam ruangan, terhenti di atas wajahnya yang ditopang oleh tangan kanannya. Sudut bibirnya bahkan agak melengkung ke atas, seolah ia tengah bermimpi indah.

Pemandangan dari penampilan lembut inilah yang menyambut mata Pei Qian Hao saat ia masuk ke dalam ruangan.

Secara tidak sadar, ia melambatkan langkahnya, nyaris tak menimbulkan suara. Meski ia bisa melakukan apa pun semaunya dengan status bangsawannya, ia berkompromi dengan dirinya sendiri agar tidak mengganggu mimpi indah gadis itu.

Akhirnya, ia berhenti di hadapan Su Xi-er dan hanya memandanginya, tidak menyadari berapa lamanya waktu berlalu.

Baru saat suara ekstrak obatnya mendidih yang mengganggu ketenangan pemandangan tadi, Su Xi-er agak bergerak.

Langsung saja, Pei Qian Hao menurunkan toples gerabahnya dari atas tungku dan meletakkannya di atas meja kayu di samping.

Tatapannya perlahan bergerak turun dari wajahnya, matanya menggelap saat tatapannya jatuh di lengan Su Xi-er.

Berjongkok, ia mengangkat lengan pakaian Su Xi-er untuk memperlihatkan bekas luka yang ditinggalkan akibat cambukan. Selagi perlahan mereka mulai lenyap, tetap belum sepenuhnya menghilang. Kalau ia dicambuki beberapa tahun lagi, tak akan ada bubuk obat yang bisa membantu.

Tangan Pei Qian Hao perlahan bergerak menuruni lengannya. Meskipun begini, tetap tak ada reaksi dari Su Xi-er.

Ia tertawa kecil. Tidur dengan cara seperti ini. Bagaimana kalau ada seseorang yang melabuhkan pikiran jahat masuk ke dalam? Walaupun ia ditindas, ia hanya bisa pasrah saja.

Di saat ini, Pei Qian Hao tidak menyadari bahwa ialah orang yang kerap kali memasuki kamar Su Xi-er dan menindasnya.

Ia menggenggam tangan kiri Su Xi-er dan mengelusnya dengan saksama. Intuisiku selalu akurat. Orang yang ada di hutan sebelah Istana Samping adalah dia. Malam itu, aku mematahkan pergelangan tangannya. Apakah ia mengembalikan sendiri letak tulangnya yang patah itu? Ataukah ia pergi mencari seseorang untuk memperbaikinya? Mungkinkah orang yang dicarinya adalah Situ Li?

Tepat saat ini, Su Xi-er menjerit keras, "Jangan!" Ia langsung terbangun kaget setelah itu.

Tatapan kosong di mata Su Xi-er membuatnya tampak benar-benar tersesat, membuat Pei Qian Hao merasa ragu.

Akhirnya, ia mengangkat tangan untuk menepuk wajah Su Xi-er. "Kau bermimpi buruk?"

Suara dalam dan rendahnya, bersamaan dengan tepukan di wajahnya, menyebabkan Su Xi-er langsung waspada.

Ia ingin bangun dan memberi salamnya, tetapi menyadari bahwa pergelangan tangan kirinya sedang dipegangi olehnya. Alis rampingnya agak mengerut. Tempat ini ... adalah yang sebelumnya dipatahkan olehnya. Akulah orang yang menggertakkan gigiku selagi memperbaiki posisinya.

"Ada apa? Matamu tampak kosong bahkan selagi kau memandangi pergelangan tangan kirimu."

Su Xi-er mendongak menatapnya, "Pangeran Hao, mengapa Anda datang ke Biro Layanan Binatu?" Ia mencoba sedikit menggerakkan tangan kirinya selagi berbicara.

Pei Qian Hao tidak mempersulitnya dan melepaskan pergelangan tangannya begitu saja. "Apakah kau sudah mengenakan korset Cina yang kuberikan padamu kemarin?"

Ia mengajukan pertanyaan semacam itu tanpa rasa malu sama sekali, menyebabkan Su Xi-er kehabisan kata-kata. Tentu saja aku tidak mengenakannya. Apabila aku mengenakannya, aku harus mencucinya. Dayang istana mana yang akan berani menggantungkan korset merah menyolok untuk dikeringkan?!

Alis Pei Qian Hao agak tertaut, tetapi ekspresinya kembali normal dengan sangat cepat. Ia mengangkat tangannya dan ingin melepaskan pakaiannya. "Pangeran ini akan tahu apakah kau mengenakannya atau tidak hanya dengan satu lirikan."

Su Xi-er langsung menghentikannya. "Pangeran Hao, bukan hanya Anda punya hobi diam-diam menyimpan korset Cina wanita, Anda bahkan ..."

Pada saat ini, Pei Qian Hao menembakkan tatapan dinginnya dan Su Xi-er langsung berhenti. Ia mulai mengamati ekspresi Pei Qian Hao, mencoba memahami pemikirannya.

Ia merupakan keberadaan tertinggi di Bei Min, tak ada seorang pun yang berani berkata 'tidak' padanya. Kalau aku benar-benar menyinggungnya, ia sungguh punya kekuasaan untuk memenggalku kapan pun ia merasa tidak senang.

Sulit bagi Su Xi-er untuk mengakui poin ini. Kebencian terhadap wanita di Bei Min bahkan lebih merajalela daripada di Nan Zhao. Bahkan, Ibu Suri saja diabaikan oleh Pei Qian Hao.

"Su Xi-er, Pangeran ini bersikeras untuk melihatnya hari ini. Apakah kau ingin mengatakan kalau Pangeran ini punya hobi mengintipi wanita?" Sebenarnya Pei Qian Hao tertawa. Biarpun demikian, tawanya aneh hingga menyebabkan orang gemetar ketakutan, hanya merasakan kalau ini agak mengerikan.

"Anda sendiri yang mengatakan bagian mengintipi wanita, Pangeran Hao. Hamba tidak mengatakan itu."

"Pandai bicara." Lalu, Pei Qian Hao mengerahkan kekuatan di tangannya.

Dalam sekejap, pakaian Su Xi-er ...

Saat ia melihat korset Cina abu-abu terbuat dari kain kasar, Pei Qian Hao bertanya dingin, "Kau tidak mengenakan yang kuberikan padamu?"

Su Xi-er menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak mau, tetapi aku tidak berani."

"Di seluruh dunia, tak seorang pun mengatakan 'tidak' pada Pangeran ini. Kenakan itu saat aku menyuruhmu melakukannya. Korset ini bahkan ..." Pei Qian Hao tidak meneruskan.

Ketika ia menyingkap lengan pakaiannya malam itu, mata Su Xi-er berkedip-kedip dengan sinar tak terduga. Terasa mirip harapan dan keputusasaan bercampur dalam satu tatapan. Segera setelahnya, ia melihat lengan Su Xi-er dipenuhi bekas luka.

Itu adalah kali pertama ia merasa kalau wanita ini agaknya patut dikasihani. Memberikannya pakaian bisa dianggap sebagai mengasihaninya.

Namun, Su Xi-er membuat Pei Qian Hao merasa ia membuatnya benci sekarang. Pepatah orang bijak memang benar. Orang yang menyedihkan pasti punya bagian memuakkan dari mereka, untuk keadaan menyedihkan seseorang pastilah dikarenakan mereka tidak bertobat dari kesalahan masa lalu mereka.

(T/N: ungkapan ini digunakan untuk mendeskripsikan orang yang tampak menyedihkan yang hidupnya tidak sesuai dengan harapannya karena kesalahan yang dibuat di masa lalu dan bagaimana ia tidak mencoba untuk mengubah mereka. Agak mirip dengan 'kau memanen apa yang kau tanam', dan 'kau membuat ranjangnya, sekarang berbaringlah di dalamnya.)

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar