Chapter 20 : Kediaman Marquis Lin An
Rebirth of The Malicious Empress of Military Lineage: Chapter 20
Kediaman
Marquis Lin An di ibu kota Ding
memang bagus sekali. Ini terutama karena istri Marquis adalah Putri Yu Qing yang paling disayangi oleh mendiang
Kaisar. Awalnya, setelah ia menjadi Fu Ma, kekuasaan militer Marquis Lin An harus dikembalikan. Mendiang Kaisar tidak tahan
dengan amukan dan rengekan Putri Yu Qing, dan membiarkan semuanya berlalu. Ini
cukup untuk menunjukkan posisi Putri Yu Qing dalam hati mendiang Kaisar.
(T/N: Fu Ma : Sebutan untuk suami Putri Kaisar.)
Putri
Yu Qing adalah seorang wanita cantik yang luar biasa dan memiliki temperamen
yang paling lemah lembut. Setelah menikah ke kediaman Marquis, ia juga disayangi oleh Marquis
Lin An. Sayang sekali, Marquis Lin An
tetap membawa masuk seorang selir, yang merupakan Nyonya Fang yang sekarang.
Apabila Putri Yu Qing
adalah seorang gadis alami dari keluarga bangsawan, yang memiliki uang dan
kekuasaan untuk membantu dalam pekerjaan apa pun, maka Nyonya Fang ini adalah
seorang putri cantik dari keluarga sederhana. Ayah Nyonya Fang-lah yang
membantu Marquis, dan selanjutnya,
ketika keluarganya runtuh, Ayah Fang menggunakan utang budi ini untuk memaksa Marquis menikahi Nyonya Fang sebagai Liang qie.
Liang
qie dan selir biasa berbeda, dan tidak bisa
dibunuh sesuka hati. Selain itu, Nyonya Fang bersedia menjadi seorang selir dan
tidak menampilkan sikap kecemburuan, oleh sebab itu, Marquis tidak keberatan. Kemungkinan besar, karena pria bangsawan
biasanya memiliki tiga istri dan empat selir dan Marquis Lin An hanya membawa seorang Liang qie, yang sudah jarang terlihat. Karena itu, Marquis merasa tidak ada yang salah.
Sayang sekali, ketika
pria dan wanita memandang suatu persoalan, terutama menyangkut masalah selir,
mereka akan menjadi kutub yang terpisah. Marquis
merasa bahwa memiliki seorang Liang qie
bukan masalah yang serius semenjak seorang selir hanyalah mainan dan orang yang
ada dalam hatinya tetap Putri Yu Qing, tetapi Putri Yu Qing tidak merasakan hal
yang sama.
Putri Yu Qing tumbuh
dewasa dengan kasih sayang mendiang Kaisar dan juga dimanjakan sepanjang hari
setelah menikah ke kediaman Marquis.
Suaminya hanya memiliki dirinya, istri resminya, sehingga ia sudah terbiasa
dengan gaya hidup semacam itu. Siapa yang tahu bahwa akan ada kemunculan
seorang selir yang tiba-tiba. Pada waktu itu, Putri Yu Qing baru saja
melahirkan Xie Jing Xing dan sedang dalam masa persalinan ketika ia mengetahui
berita itu.
Nyonya Fang memberi
salamnya kepada Putri Yu Qing setiap hari dan memakai pakaian sesuai dengan
aturan. Akan lebih baik apabila ia tidak datang, karena itu hanya membuat Putri
Yu Qing merasa semakin menderita. Kalau Putri Yu Qing adalah Putri biasa, ia
akan mencari cara untuk membuat Nyonya Fang tersandung karena bukan tidak
mungkin untuk mengirimnya pergi. Tetapi Putri Yu Qing dilindungi dengan sangat
baik sepanjang waktu dan naif soal cara kerja dunia, jadi bagaimana bisa ia
mengetahui cara untuk menggunakan trik-trik kotor itu.
Namun demikian, mo mo yang menjadi bagian dari mas kawin
sang Putri yang memikirkan sebuah ide untuk mengusir Nyonya Fang keluar dari
rumah dan melakukannya tanpa sepengetahuan Putri. Siapa sangka bahwa itu bukan
hanya berakhir dengan kegagalan, tetapi juga diketahui oleh Marquis Lin An.
Meski Marquis Lin An biasanya adalah orang
yang tidak patuh, di lubuk hatinya, ia memiliki temperamen yang terhormat dan
tidak tahan dengan segala tipuan kecil yang dimainkan wanita, jadi ia menegur
Putri Yu Qing dengan keras kala itu.
Itu adalah pertama
kalinya semenjak Putri Yu Qing menikah, ia bertengkar dengan Marquis Lin An. Ia juga merupakan orang
yang tidak akan menelan keluhan apa pun, jadi ia tidak menyebutkan soal mo mo dan hanya menentang Marquis Lin An dengan kekerasan yang
sama, sedemikian rupa hingga Marquis
berbalik dan pergi secara tiba-tiba.
Semula, ia mengira
kalau Marquis Lin An akan
mengunjunginya setelah beberapa hari, tetapi siapa sangka bahwa setelah sebulan
berlalu, Marquis hanya beristirahat
di tempat Nyonya Fang. Seorang wanita selama masa persalinan tidak boleh merasa
kesal, dan Putri Yu Qing memendam amarah di dalam hati, membawanya ke penyakit
serius.
Jauh di lubuk
hatinya, Marquis Lin An sangat
mencintai istrinya dan ingin mengunjungi Putri Yu Qing, tetapi malam itu juga,
ia menerima titah kekaisaran agar pergi berperang, bahkan tidak bisa mengabari
Putri Yu Qing sebelum ia pergi.
Tak lama setelah Marquis Lin An pergi, Nyonya Fang
mengetahui ia mengandung.
Sebagai keluarga
utama, ketika Marquis tidak ada,
Putri Yu Qing tidak bisa membuat masalah untuk Nyonya Fang, bahkan harus
melindungi anak dalam kandungannya. Apabila ada kecelakaan tak terduga, gosip
di ibu kota adalah bagaimana ia membunuh si selir sementara suaminya pergi.
Seiring waktu, lelah
secara fisik dan mental, kesehatan Putri Yu Qing berangsur diabaikan dan berada
di ambang kehancuran. Ketika si mo mo
melihat itu, ia dipenuhi dengan kecemasan, tetapi Putri Yu Qing tidak
mengizinkan si mo mo untuk melapor
kembali ke keluarga kekaisaran. Ia bangkit untuk menuliskan sepucuk surat
kepada Marquis Lin An, memintanya
agar pulang untuk menemuinya.
Ia menunggu dan
menunggu, tetapi pada akhirnya ia tidak sanggup menuggu kepulangan Marquis Lin An.
Putri Yu Qing
meninggal dunia.
Tiga hari setelah
pemakaman, Marquis Lin An kembali
penuh kemenangan, tetapi karena gagal bertemu istri tercintanya, ia sangat
berduka. Sayang sekali, si cantik telah tiada, hanya meninggalkan sebuah makam.
Pada waktu itu,
mendiang Kaisar marah besar, dan menurunkan pangkat resmi Marquis Lin An. Hingga Kaisar baru mengambil posisinya dan
menyayangkan hilangnya bakatnya, ia kemudian dipromosikan kembali menjadi Marquis Lin An. Sayang sekali, tidak ada
lagi anekdot mengenai pasangan yang ideal.
Marquis
Lin An tidak menikahi istri kedua dan hanya ada Nyonya Fang di seluruh kediaman
Marquis. Nyonya Fang juga menundukkan
kepalanya selama lebih dari satu dekade untuk bersikap lebih rendah hati. Meski
Marquis Lin An peduli dengan
anak-anaknya, ia mencurahkan seluruh energinya kepada putra Di-nya, Xie Jing Xing.
Tetapi Xie Jing Xing
tidak menghargainya. Saat ia berangsur-angsur menjadi peka, ia mulai
mengasingkan diri dari Marquis Lin
An—perselisihan cinta dan benci Putri Yu Qing dan Marquis Lin An adalah analogi keluarga, jadi jika seseorang ingin
mengetahuinya, itu akan diketahui.
Marquis
Lin An merasa sangat bersalah kepada putranya dan selalu melakukan yang terbaik
untuk memuaskannya. Namun, Xie Jing Xing sangat suka mengadopsi gaya konfrontatif
dengan ayahnya, yang membuat kepala Xie Ding sakit karena marah. Bagaimanapun
juga, ia mewarisi keindahan dan talenta Putri Yu Qing dan merupakan seorang
pria yang luar biasa dan brilian, kecuali temperamennya yang sulit diatur. Ini
secara alami membuatnya menjadi pria ideal nona muda dari keluarga aristokrat.
***
Hari ini masih sama.
Xie Jing Xing
melangkah masuk ke ruang bacanya.
Tempat tinggalnya
merupakan halaman dimana Putri Yu Qing dulunya memulihkan diri. Itu jauh dari
halaman utama dan sangat tenang serta terpencil. Xie Ding selalu mendesaknya
agar pindah lebih dekat ke halaman utama, tetapi selalu ditolak oleh putranya.
Alasannya karena ia tidak mau melihat orang tertentu.
Sikapnya terhadap Marquis Lin An selalu sangat dingin.
Pelayan lelakinya
membuka pintu dan masuk sambil membawa satu mangkuk keramik bunga-bunga
berwarna putih salju, “Fang yi niang
sudah memasak bubur biji teratai untuk Tuan, guna menghangatkan tubuh dan
mengatakan bahwa itu sudah direbus selama beberapa shi chen.”
Ia tidak suka
orangnya memanggilnya ‘tuan muda’ atau ‘pewaris’ dan menyuruh mereka
memanggilnya ‘tuan’ saja. Tampaknya dengan ini, ia ingin dipisahkan dari
kediaman Marquis.
Xie Jing Xing melirik
mangkuk itu. Buburnya berkilauan dan supnya kental dan segar, benar-benar butuh
banyak waktu untuk membuatnya. Bubur itu memancarkan aroma ringan dan mampu
menggugah nafsu makan seseorang.
Ia menjawab dengan
dingin, “Buang keluar.”
Pelayan lelaki itu
menjawab iya dan mundur.
Tepat ketika si
pelayan pergi, satu orang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Ia menundukkan
kepalanya dan berkata pelan, “Tuan, orang ini sudah menginvestigasinya secara
menyeluruh. Itu adalah Nona Kelima dari keluarga Pertama di kediaman Jenderal,
putri Di Shen Xin, Shen Miao.”
“Shen Xin?” Xie Jing
Xing mengerutkan kening.
Shen Xin dan Xie Ding
memiliki perbedaan politik selama bertahun-tahun dan kediaman Shen dan kediaman
Marquis masing-masing merasa bahwa
satu sama lainnya tidak sedap dipandang. Sementara untuk pengimbangan kekuasaan di kemiliteran, itu melibatkan banyak kepentingan.
Kediaman Marquis dan keluarga Su adalah teman
baik, jadi bagi keluarga Shen untuk memperingatkan keluarga Su, barangkali itu
juga untuk mengingatkan keluarga Xie. Tetapi, bagi lawan yang tiba-tiba
mengingatkan, apa artinya itu?
Terlebih lagi, Shen
Miao adalah gadis kecil, apa yang akan diketahuinya. Tentu saja keluarga Shen
yang sengaja membuatnya memberikan peringatan itu. Shen Xin saat ini berada di
wilayah Timur Laut yang jauh, mungkinkah keluarga Kedua atau Ketiga?
Shen Gui dan Shen Wan
adalah orang-orang yang sangat ambisius, dan sekarang situasi di mahkamah
kekaisaran menunjukkan sejumlah pergerakan, mereka mungkin mengambil keuntungan
dari krisis itu untuk kepentingan pribadi.
“Keluarga Shen dan
Xie sama berbedanya seperti sungai Jing dan Wei. Bagi si gadis Shen untuk
mendadak menunjukkan niat baik, ia sudah jelas punya niat jahat.”
Ia mengangkat alisnya selagi suaranya menjadi sedingin besi, “Lanjutkan penyelidikan!”