Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 5 Part 3

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 5 Part 3

Diterangi cahaya lilin, Xize tidak terlihat baik malam ini. Xize menatap Fengjiu dalam diam. Namun, ia tidak membuat pergerakan, dan Fengjiu tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Dengan penuh pertimbangan, Fengjiu mengangkat selimut tipisnya untuk beranjak dari ranjang dan berkata pada Xize, “Aku sudah cukup tidur. Kau tampak lelah. Apakah kau terlalu malas mencari ruanganmu jadi kau datang kemari untuk duduk di ranjangku sebentar? Aku akan keluar untuk menikmati angin. Jika kau pergi, ingat untuk membiarkan pintunya terbuka untukku ...”

Ucapan Fengjiu, sebenarnya, bertujuan untuk menghindari skandal dan rumor. Bahkan meskipun secara teknis Aranya dan Xize adalah pasangan, Fengjiu bukanlah Aranya.

Tidak ada hal yang perlu dibicarakan antara Fengjiu dan Xize. Di tengah malam, jika sesuatu dapat dihindari, maka lebih baik dihindari.

Fengjiu baru setengah jalan mengangkat selimutnya sebelum Xize mengulurkan tangannya, dengan aman menarik Fengjiu kembali. Xize memberengut selagi ia mengenakan sebuah jubah di atas bahu Fengjiu dan menyerahkan secangkir sirup panas yang beruap.

“Apakah rasa sakitnya sudah hilang? Minum ini,” Xize menyuruh Fengjiu dengan suara yang dilembutkan. 

Meskipun ekspresi Xize tidak berubah, Fengjiu dapat mendengar rasa perhatian dalam ketujuh kata ini.

Kebingungan, Fengjiu mengambil sirup itu ke tangannya. Wajah dan sikap ini seharusnya disimpan untuk kelingking Junuo yang terluka. Sebaliknya, sekarang ini, Xize berada di dalam kamar Fengjiu, bahkan merepotkan dirinya sendiri untuk merawat Fengjiu. Apakah seseorang telah menguna-gunai Xize?

Fengjiu menaikkan cahaya lilin hingga ke wajah Xize dan menatapnya tulus penuh kekhawatiran. 

“Yang Mulia ... apakah kau tidak salah orang? Aku Aranya, bukan Junuo. Ataukah mungkin ... aku benar-benar mirip Junuo bagi orang-orang yang kesurupan seperti kalian. Tetapi, aku sungguh, benar-benar adalah Aranya. Kau sedang melihat seolah aku Junuo hanya karena kau sedang kerasukan ...”

Xize manatap Fengjiu lama sekali dalam diam. 

“Aku tidak kerasukan.”

Fengjiu jadi semakin ragu mendengarkan perkataan Xize. 

“Kalau begitu, biasanya, bukankah seharusnya kau merawat Junuo saat ini?” Fengjiu bertanya.

Mata Xize terhenti pada wajah Fengjiu. 

“Apakah bukan suatu hal yang baik kalau aku merawatmu?”

Fengjiu mengambil waktu sejenak untuk berpikir. Akhirnya pemahaman menghampiri Fengjiu. 

“Ah, apakah Junuo memintamu menjagaku untuk menebus apa yang dilakukan Changdi? Betapa manisnya mereka satu sama lain. Aku tidak pernah berpikir untuk mengungkit masalah ini di hadapan Raja. 

"Untukmu menghabiskan perhatianmu padaku, tetapi aku tidak yakin apakah aku pantas menerimanya. Sebenarnya, aku punya Chacha untuk membantuku dengan air minum serta teh dan hal sejenisnya. Ketika Chacha tidak di sini, aku bisa mengurus diriku sendiri. Sungguh, tidak perlu lagi tambahan bantuan.”

Fengjiu menyerahkan sirup manis itu kembali pada Xize kemudian berkata hati-hati, “Aku tahu kita tidak saling mencintai, tetapi kau selalu membantu mereka berdua. Aku rasa itu agak ... tidak pantas.”

Fengjiu berkata ‘tidak pantas’ tetapi sesungguhnya itu jauh lebih daripada tidak pantas. Ia merasa sangat tersinggung untuk Aranya, tetapi dengan identitasnya, ia hanya dapat mengatakan sebanyak ini.

Dengan tenang Fengjiu membawa kembali pandangannya pada Xize, dan terkejut mendapati Xize tertegun menatap sirup di tangan Fengjiu. 

Pada akhirnya Xize menjawab, “Ini tidak ada hubungannya dengan mereka.”

Kemudian, Xize menengadahkan kepalanya untuk menatap Fengjiu. 

“Hari ini aku hanya memberikanmu secangkir air tetapi kau bahkan tidak mau meminumnya?”

Sudah jelas tidak ada ekspresi di wajah Xize, tetapi ketika perkataan ini masuk ke telinga Fengjiu, ia dibuat merasa sedikit kecewa. 

Awalnya, Fengjiu tidak meminumnya karena ia tidak ingin Xize mengganti rugi padanya atas nama Changdi, tetapi karena Xize bilang kalau itu bukan masalahnya, menolak Xize lagi tampaknya tak bisa dilakukan.

Fengjiu menerima cangkir itu dan tergagap, “Aku tidak haus sebelumnya, sekarang aku haus,” kemudian menelan air manis itu.

Sirup itu sudah jelas manis, tetapi Fengjiu dapat langsung merasakan darah segar di dalamnya. Ia tidak yakin apakah indra perasanya jadi rusak gara-gara penyiksaan beberapa hari yang lalu.

Bicara soal penyiksaan beberapa hari yang lalu, Fengjiu ingat kalau meminum obat Chen Ye hanya mengurangi separuh dari rasa sakitnya. Semalam, selagi bercakap-cakap dengan Mo Shao di kebun aprikot, tubuhnya masih mengalami rasa sakit yang konstan.

Tetapi, saat ini, kenyamanan yang tak dapat dijelaskan menyelimuti Fengjiu. Memang benar, ketika seseorang masih muda, tulangnya kuat dan tidur nyenyak dapat menyembuhkan segala penyakit ringan.

Selagi Fengjiu melamun, Xize telah mengambil cangkir porselen dari tangan Fengjiu dan meletakkanya di atas meja. 

Lalu, Xize membantu Fengjiu berbaring dan berkata, “Masih ada waktu sebelum matahari terbit. Tidurlah lagi.”

Fengjiu memang merasa sedikit mengantuk setelah meminum sirup itu, tetapi tindakan Xize malam ini benar-benar membuat Fengjiu kebingungan. Ketika Xize merendahkan kepalanya dalam jarak dekat, Fengjiu juga dapat menghirup aroma samar cendana putih.

Aroma itu memberikan Fengjiu rasa nostalgia yang familier. Namun, jika Xize tidak kerasukan dan tidak berusaha menebus kelakuan Changdi, mungkinkah kepalanya terjepit di pintu?

Dupa ringan mengerumuni kamar itu. Kondusif untuk istirahat, membantu Fengjiu dengan sangat baik. Ia punya begitu banyak pertanyaan untuk diajukan, tapi mereka tidak ada bandingannya dengan tidurnya sekarang.

Selagi Fengjiu baru akan menyerah untuk tidur, ia mendadak mendengar suara Xize dalam kegelapan: “Malam itu, kau bilang kau pernah mencintai seseorang?” Jeda. “Orang itu telah membuatmu sangat kecewa, kan?”

Jantung Fengjiu berdegup kencang. Malam ketika ia salah mengira Xize sebagai Su Moye dan membawanya melihat bunga Yueling. Sesudah itu, ia memberitahu Xize ada seseorang yang dicintainya tapi ia termasuk pria yang buruk.

Lebih dari sepuluh hari telah berlalu. Sekarang karena Xize mendadak bertanya, Fengjiu tidak tahu apa yang dimaksudkan olehnya. Biar bagaimanapun, tidak seperti Xize untuk menanyakan pertanyaan ini.

Dalam pandangan Fengjiu, Xize adalah seorang dewa yang memiliki banyak sekali sifat ilahi. Bukan hanya dalam klan Biyiniao, bahkan para tetua galak yang dikenal Fengjiu saja akan kesulitan menyamakan aura kebatinan Xize.

Setelahnya, ketika Fengjiu mengetahui kalau Xize menyimpan perasaan pada Junuo, ia masih merasa bahwa hal itu tidak benar. Ia selalu punya kesan kalau perasaan Xize terhalang oleh selapis keilahian.

Sejujurnya, tidak terasa seperti cinta di dunia, jadi Fengjiu tidak menyangka Xize akan mengajukan pertanyaan duniawi macam itu. Meskipun Xize bersikeras bahwa ia tidak sedang dalam pengaruh sihir hitam, Fengjiu khawatir kalau ia mungkin saja memang terkena sihir hitam.

Melihat Fengjiu yang terdiam lama, Xize berkata, “Dia memang sudah membuatmu sangat kecewa.”

Fengjiu mendesah di bawah selimutnya dan berkata canggung, “Sungguh tidak jadi masalah apakah aku dikecewakan atau tidak. Hanya saja, terkadang cinta butuh kehadiran dari takdir juga. Aku menghabiskan banyak waktu bertaruh untuk takdir ini, tetapi pada akhirnya aku tidak memenangkannya. 

"Baru belakangan ini aku memahami tragedi dari bersikeras memaksakan takdir yang tidak kami miliki, dan cukup mendapatkan sedikit pencerahan. Jika ada sesuatu yang tidak dapat dipahami Yang Mulia, kita bisa mendiskusikannya.”

Malam begitu gelap dan hening, tetapi Fengjiu dapat merasakan mata Xize menatap intens padanya. 

“Jika sekarang ia muncul di hadapanmu, akankah kau masih ragu kalau ada takdir di antara kalian berdua?”

Fengjiu tertawa, merasa sangat mengantuk sekarang. 

“Kata ‘takdir’ tidak pernah ada di antara kami berdua. Aku telah mempertaruhkan diriku terlalu lama, sudah waktunya untuk melepaskannya. Jadi, kau lihat, apakah ia muncul atau tidak kali ini sungguh tidak akan membuat perbedaan. Akan lebih baik kalau ia tidak datang, aku tidak benar-benar ingin bertemu dengannya.”

Lama waktu berlalu sebelum Fengjiu mendengar Xize berkata: “Benarkah?”

“Benar,” Fengjiu membalas tenang. 

Kemudian ia menggumam, “Aku sebenarnya paham mengapa Yang Mulia mengatakan hal-hal ini padaku malam ini. Aku tahu kau selalu enggan dengan pernikahan ini, dan takut aku akan menggelayutimu. Kau berharap aku dapat segera mencari orang lain? 

"Kau tidak perlu khawatir soal ini, semua orang punya takdirnya masing-masing dalam hidup. Aku merasa sangat mengantuk, jika tidak ada hal lain lagi, mari bicarakan besok pagi. Saat kau pergi, tolong tutup pintunya untukku.”

Xize tidak bicara lagi. Fengjiu kira Xize mungkin saja malu karena Fengjiu berhasil menebak pikirannya. Ia merasa ia begitu hebat malam ini, dapat membaca hati seseorang.

Namun, untuk beberapa alasan, kamar ini dipenuhi kesedihan yang mengambil alih dirinya. Xize tetap di dalam kamarnya bahkan setelah Fengjiu tertidur; ia tidak mendengar pintu tertutup setelah Xize keluar. Aroma cendana putih diselingi dengan aroma dupa, tetap ada di dalam sana.

***

Fengjiu tertidur hingga lewat siang hari. Ia begitu lapar hingga tidak sanggup tidur lagi dengan perut kosong. Secara kebetulan, di balik pintu, Chacha sedang menerima perintah Su Moye untuk mengundang Fengjiu ke haluan kapal untuk makan ikan panggang.

Kantuk Fengjiu langsung menghilang mendengar kabar ini. Ketika ia melihat sekitar sebelum menutup pintu, ia melihat perabotan dalam kamarnya telah dirapikan. Bangku kecil bersulam yang dipindahkan Xize ke pinggir ranjangnya semalam untuk diduduki sekarang sudah berada di kaki ranjang. Cangkir sirup yang diminum Fengjiu juga menghilang tanpa jejak.

Seolah Fengjiu tidak pernah terbangun di tengah malam semalam, dan percakapannya dengan Xize hanyalah potongan mimpinya.

***

Fengjiu pergi ke haluan kapal dan melihat ke sekeliling. Su Moye sedang memegangi tusukan ikan seraya bediri di samping sebuah tungku rusak, melihat ke belakang ke arah Fengjiu dengan wajah belepotan.

Mo Shao yang selalu elegan, jagonya menyeduh teh dengan arang terbaik. Mo Shao mungkin mengira api yang digunakan untuk menyeduh teh sama dengan yang digunakan untuk memanggang ikan, tidak mengetahui bahwa keduanya jauh berbeda.

Perut Fengjiu dirayapi serangga kelaparan, ia memperhatikan Mo Shao membuat berantakan dan janji yang didengarnya mendadak berubah jadi awan yang menguap di angkasa.

Mo Shao mengundang Fengjiu untuk makan ikan, tapi kalau melihat situasi ini, Mo Shao benar-benar meminta Fengjiu untuk memanggangkan ikan untuknya.

Mo Shao menunjuk kotak mahogani di sebelahnya, dan meskipun malu-malu, tersenyum menawan ke arah Fengjiu. 

“Aku tahu kau akan terburu-buru kemari karena kau kelaparan dan tidak ada yang dapat dimakan. Aku sengaja menyiapkan semangkuk bubur untukmu.”

Fengjiu senang melihat Mo Shao masih memiliki sedikit hati nurani yang tersisa. Ia melahap buburnya tanpa memperhatikan sopan santun lagi. Itu adalah bubur manis, cukup lembut dan harum, tapi untuk beberapa alasan, setiap kali bubur itu memasuki tenggorokannya, ada setitik rasa darah di ujung lidah Fengjiu. Selain rasa darah, rasa bubur ini akan luar biasa.

Su Moye memperhatikan Fengjiu menghabiskan buburnya kemudian menunjuk bagian bawah tong, masih menyajikan senyuman menawannya. 

“Kalau kau sudah selesai makan, ajari aku bagaimana caranya memanggang ikan-ikan ini. Mereka sulit didapatkan. Xize sendiri yang mengatakan bahwa memanggang mereka akan sangat berguna bagimu. Sayang sekali, meskipun aku cukup berpengetahuan dalam buku dan berpedang, memanggang ikan itu agak ...”

Mendengar nama Xize, Fengjiu langsung tersedak tegukan terakhir buburnya tepat saat bubur itu masuk ke dalam mulutnya. Dengan cekatan Mo Shao memberikannya minum. Apa pun itu, masih terasa seperti sirup manis dari malam sebelumnya.

Fengjiu menelan sirup itu kesusahan untuk menurunkan buburnya dan menatap Su Moye berkabut. 

“Ikan-ikan ini dari Xize juga? Aku kira ada yang salah dengannya semalam, seolah ia sedang kerasukan. Tampaknya ia memang benar-benar terkena sihir jahat jika ia masih belum kembali seperti semula hingga sekarang. Daripada memberikan ikan ini untuk koki istana, ia memberikannya padamu. Sejak kapan kalian berdua punya hubungan semacam ini?”

Su Moye tampak terkejut. 

“Memangnya Xize tidak mengatakan apa pun padamu setelah ia membawamu kembali ke kapal semalam?”

Fengjiu tampak lebih terkejut lagi. 

Ia menatap sirup di tangannya dan berkata, “Aku sedang dalam suasana hati yang buruk semalam jadi aku tetap berada di kebun aprikot untuk menangis ... Umm, setelah aku tertidur akibat menangis, bukankah kau yang membawaku kembali ke kapal?”

Su Moye dengan tenang menyerahkan tusukan ikan itu pada Fengjiu: “Sama sekali bukan begitu.”

***

Yah, semalam.

Semalam terjadi beberapa hal. Di detik Fengjiu membiarkan air matanya bercucuran tak terkendali, embusan angin datang dari arah kebun aprikot yang hening. Su Moye tidak yakin apakah itu berasal dari emosi Donghua Dijun yang sedang bersembunyi di belakang.

Embusan demi embusan kekacauan, embusan demi embusan dingin. Kadangkala, pangeran Laut Barat ini mengunjungi Jiuchongtian sekadar bertegur sapa. Meski demikian, Su Moye diberitahu mengenai reputasi Donghua Dijun sebagai dewa yang tak berperasaan dan tak bernafsu.

Untuk pertama kalinya, Su Moye mengetahui kalau penguasa dunia, juga, selama ini memiliki perasaan.

Tangisan Fengjiu berubah dari tangisan kencang tersedu-sedu menjadi seperti rengekan, lalu secara perlahan menurun hingga tidak terdengar. Fengjiu bersandar pada pohon dengan jubah Su Moye menyelimutnya dan tertidur kelelahan.

Su Moye memang berencana membawa Fengjiu ke dalam dan baru saja akan bangkit dari kursi batu ketika dewa berjubah ungu telah menghampiri pohon aprikot, membungkuk, dan menggendong Fengjiu, semuanya seolah ia telah menunggu saat ini ketika Fengjiu akhirnya tertidur.

Su Moye pernah bertemu Donghua Dijun satu kali ketika ia masih kecil. Manusia hidup dalam duniawi mereka sementara para dewa dewi tinggal di langit. Tetapi saja, Su Moye mengira bahwa di atas dunia manusia, raja yang luar biasa juga melampaui Three Purities.

Dalam mata Donghua ada ketidakacuhan, seolah langit dan bumi tidak membawa arti apa pun selain kekosongan belaka. Dulu, Su Moye berpikir, ‘ah, mungkin inilah aura dari seseorang yang pernah menguasai dunia.’

Sekalinya di dunia ini, Su Moye menyadari ada yang berbeda dari Donghua, tetapi karena mereka begitu jauh, Su Moye tidak dapat benar-benar melihat apa bedanya.

Sekarang, Donghua berdiri dihadapan Su Moye, lengannya yang menggendong Fengjiu yang sedang tertidur, matanya menunjukkan kelembutan yang langka, Su Moye akhirnya paham apa bedanya Donghua yang dulu. Sesuatu ada di mata Dijun sekarang.

Hubungan yang dimiliki Su Moye dengan Xize yang dimaksudkan Fengjiu hanyalah sebuah bentuk pertanyaan Dijun, diajukan sebelum ia pergi: “Aranya punya seorang guru bernama Su Moye. Kau bukanlah Su Moye dari dunia ini, tetapi dari Lembah Fanyin. Apakah kau datang dan menggantikan yang asli?”

Sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat disembunyikan Su Moye dari Donghua karena ia terlalu merisaukan Fengjiu hingga tidak menyadari yang lainnya. Sekarang karena identitas Fengjiu telah ketahuan, Su Moye tahu ia tidak dapat lagi menyembunyikan kenyataan dan sudah pasti mengakuinya.

Dijun kemudian bertanya, “Apakah Liansong yang memintamu masuk kemari mencari Xiao Bai dan diriku?”

Mulanya, tentu saja Su Moye harus berpura-pura ia tidak tahu kalau Xize adalah Donghua. Tetapi kemudian ia mengakui kalau Liansong memintanya untuk membantu mereka berdua keluar dari tempat ini.

Su Moye sudah melakukan apa pun yang ia bisa untuk menghalangi Donghua dan Fengjiu dari mengenali satu sama lain hanya demi motif egoisnya sendiri. Kali ini, ketika Su Moye melihat mereka sudah akan mengenali satu sama lain, Su Moye tidak menghentikan mereka karena ia merasa bersalah pada Fengjiu.

Jika Donghua ingin segera membawa Fengjiu kembali, tidak ada yang dapat dilakukannya. Sementara, untuk masalah karma Aranya, Su Moye hanya akan memutar jalan saja.

Tanpa diduga, kebaikan memberi Su Moye penghargaan. 

Dijun menatap ke kejauhan di balik kebun dan berkata padanya, “Akulah yang lebih dulu merahasiakan kenyataan ini dari Fengjiu. Untuk saat ini, jangan beritahu Fengjiu siapa aku. Energi mistik di sini lebih murni dibandingkan dengan di dunia luar, sangat cocok baginya untuk memulihkan diri. Kita tidak akan pergi untuk sementara waktu, kau juga tidak perlu kembali dulu. Bantu aku menjaganya ketika aku sedang tidak ada.”

***

Suara bersin membawa Su Moye kembali dari lamunannya. 

Fengjiu mengusap hidungnya dan bertanya pada Su Moye, “Kau bertanya padaku apakah Xize mengatakan sesuatu ketika ia membawaku kembali ke kapal. Aku sudah memikirkannya cukup lama, tetapi apa yang dikatakan olehnya tampaknya lebih banyak soal omong kosong yang tidak bisa benar-benar kuingat. Apakah ia mengatakan sesuatu padamu?”

Su Moye mempertimbangkannya dan tersenyum kriptik. 

“Sama sekali tidak ada.”

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar