Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 6 Part 1

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 6 Part 1

Sungai lebar mengalir hingga ke timur. Sungai ini bernama Si’xing, dan di arah timurlah dimana ibu kota berada. Karena mereka sedang menuruni hilir kali ini, perjalanan pulang pun jadi lebih lancar. Hanya dalam tiga atau empat hari mereka sudah tiba di Gunung Patah Hati.

Teluk Mingxi di Gunung Patah Hati—bagaimana mungkin Fengjiu melupakan perjalanannya dengan Xize ketika mereka bersama-sama menikmati bunga Yueling bermekaran di sana.

Tetapi ini sudah hari ketiga dimana Xize tidak muncul semenjak malam hari mereka berbincang di kamar Fengjiu. Ia menganggap dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab; setelah memakan ikan dan meminum sirup dari Xize, ia ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya secara langsung.

Di saat bersamaan, Fengjiu bertanya-tanya apakah keadaan Xize sudah lebih baik dan apakah Xize telah menemukan kembali kesadarannya. Tidak dapat bertemu dengan Xize membuatnya merasa sedikit menyesal.

Terima kasih atas perhatian Mo Shao, Fengjiu makan lalu tidur, makan lalu tidur, makan lalu tidur, hidup nyaman selama beberapa hari belakangan ini. Lupakan soal luka luar akibat Kurungan Jiuqu yang sudah sembuh semuanya, baru-baru ini ia bahkan mendapatkan perut seperti kue muffin. Ketika menyadarinya, ia terkadang mencubiti perutnya putus asa ditambah dengan tidur dan makan.

Chacha mengingat apa yang dilihatnya. 

“Yang Mulia tampaknya merindukan Pangeran Qing,” ia melaporkan dengan cemas pada Mo Shao. 

“Yang Mulia sering memegangi perutnya setiap hari dan terus saja menghela napasnya. Beliau mungkin mengetahui kalau Pangeran Qing telah tertidur semenjak Tuan Xize datang mengunjunginya. Mengetahui rasa sayang beliau pada Pangeran Qing, Yang Mulia Aranya pasti takut aku akan menyalahkan diri sendiri, sehingga beliau menahan dirinya menanyakan padaku soal keadaan Pangeran Qing. Akulah yang paling bertanggung jawab pada Pangeran Qing tetapi aku malah membiarkan masalah seserius ini terjadi ...” 

Mata Chacha berkaca-kaca. 

“Putri kita yang baik hati selalu memikirkan orang lain.”

Su Moye mamandang ke luar jendela dan berpikir pada dirinya sendiri, ‘belakangan ini putrimu yang berbahagia sudah lama melupakan apakah Pangeran Qing adalah daun bawang dan dari sisi bukit mana Pangeran Qing berasal. Fengjiu hanya sedang meratapi lemak yang didapatnya.’

Namun dari mulut Su Moye keluarlah kata-kata ini: “Tidak heran kau adalah pembantu kepercayaan Aranya. Pintar dan cerdas sesuai dugaan, dan dapat melihat niatnya. Jika kau sudah tahu apa yang diinginkannya maka ikutilah keinginannya; inilah tugas dari seorang pelayan yang setia. Jika Aranya tidak bertanya padamu, ia pasti akan bertanya padaku, saat itu, aku akan memberinya penjelasan yang lengkap.”

Ditenangkan dengan pujian yang berlimpah ruah, Chacha menunjukkan rasa terima kasihnya dan dengan senang hati beranjak pergi, meninggalkan Su Moye seorang diri dalam ramalannya.

Dijun telah bertindak dengan teliti dan penuh perhatian. Sebelum Dijun pergi, ia bahkan ingat Fengjiu takut ular dan langsung turun tangan menangani Pangeran Qing. Kasihan Pangeran Qing. Su Moye bertanya-tanya apakah Pangeran Qing masih bisa terbangun dari tidurnya.

Su Moye mendesah sedih.

***

Di kabin lainnya. Kecewa karena kebakaran, sang Raja jengkel selama berhari-hari, sekarang ia sudah bosan terus berlayar. Pada saat ini, pejabat ritus yang berada di sisinya memperkirakan langit yang dipenuhi dengan bintang malam ini, dan memberitahu Raja bahwa itu akan jadi malam yang indah.

Minat Yang Mulia Raja langsung menyala mendengarkan ini. Ia memerintahkan pejabat ritus untuk membersihkan teras pertunjukkan di dek kapal untuk sebuah perjamuan malam segera dimulai.

Fengjiu tidak berminat dengan pesta makan malam ini, tetapi selama beberapa hari hanya ada dua tempat yang dapat dikunjunginya: kamarnya dan haluan kapal; hanya ada dua orang yang dapat ditemuinya: Chacha dan Su Moye.

Kesana kemari, kembali dan sebagainya, Fengjiu bosan sampai mau menangis rasanya. Itulah mengapa untuk pertama kalinya ia pergi untuk menghadiri makan malam itu lebih cepat.

Saat Shangjun, Ratunya, dan kedua Putri mengikuti susuran tangga untuk menaiki teras, Fengjiu sudah minum dua cangkir teh, makan tiga piring penganan, dan mengotori lantai dengan kulit kacang kenari.

Mata Changdi menyapu untuk menemukan Fengjiu, secercah kebencian dan ejekan terkilat dari matanya. Ia dengan tenang mencemplungkan separuh kue ke dalam mulutnya dan berpura-pura tidak melihat Changdi.

Changdi mendandani dirinya dengan cantik hari ini. Di tangannya terdapat sebuah kecapi, di tubuhnya melekat gaun putih berkibar terkena angin sungai, dan di wajahnya dandanan pun teliti sekali.

Namun, tak peduli seberapa pentingnya sebuah acara makan malam, tetap saja hanya makan malam. Tidak perlu bagi seorang putri untuk mempertunjukkan musik.

Pada awalnya, Fengjiu tidak paham. Kemudian ia menajamkan telinganya dan mendengarkan para bangsawan yang duduk di kejauhan.

Ternyata, Tuan Xize cenderung menyukai musik. Salah satu bangsawan bahkan menambahkan secara misterius kalau Putri Changdi dan Tuan Xize cukup cocok dalam minat mereka.

Akan tetapi, hingga pembukaan perjamuan, si pecinta musik, Tuan Xize masih belum muncul juga, meninggalkan Changdi yang berwajah kaku memegangi kecapinya di atas panggung layaknya sebongkah batu. Fengjiu separuh ternganga gembira tetapi juga separuh merasa kasihan padanya.

Meski begitu, Tuan Xize terbukti memang seorang yang dinanti. Bukan hanya Changdi yang merindukan keberadaannya, bahkan sang Ratu saja menanyakannya.

Setelah semua hadir di teras dan tarian pembukaan selesai, suara moderat Ratu menemukan jalannya hingga ke telinga Fengjiu: “Sudah berhari-hari semenjak aku terakhir kal melihat Xize. Bukankah seharusnya ia kembali hari ini? Perjamuan telah dimulai, mengapa aku masih belum melihatnya?”

Fengjiu mendengarkan perkataannya sambil melamun. Selagi ia tidak bertemu Xize belakangan ini, ia hanya mengira kalau Xize tidak berada di kapal dan telah pergi ke suatu tempat.

Fengjiu tidak tahu kapan Xize pergi terlebih lagi kapan ia akan kembali. Untuk sesaat, Fengjiu tidak tahu bagaimana harus berbohong dan hanya dapat ikut bersandiwara samar menyesuaikan dengan perkataan Ratu.

“Tampaknya ada hal yang menunda kepulangannya, hal semacam ini bukan hal aneh. Aku merasa tidak enak hati telah membuat Ibu jadi mencemaskan hal semacam ini.”

Ada banyak orang pandai di teras ini, akankah Ratu menerima jawaban ambigunya?

“Di dalam pegunungan Kongshan yang curam dan sempit terdapat berbagai monster ganas yang menjaga ramuan pemelihara-jiwa,” sela Changdi, tiba-tiba saja.

“Jika mengumpulkan ramuan ini untuk Kakak Junuo menyebabkan Yang Mulia Xize terluka, aku rasa aku harus memohon maaf pada Kakak Aranya. Aku menduga, karena Yang Mulia Xize pergi terburu-buru, ia tidak sempat berpamitan padamu. Kau pasti tidak tahu dimana keberadaannya, bukan?”

Setelahnya, berbalik menghadap Ratu, Changdi berkata, “Akulah yang meminta Yang Mulia Xize untuk mengambil Huhuncao dari Kongshan. Aku mengkhawatirkan Kakak Junuo, takut ia mengalami syok di malam terjadinya kebakaran dan mengganggu kesehatannya. 

"Setelah berkata ia akan mengabulkan permohonanku karena aku jarang meminta sesuatu darinya, Yang Mulia Xize pergi keesokan harinya. Tetapi sekarang aku mulai khawatir melihat Yang Mulia Xize masih belum kembali juga. Tampaknya aku salah telah memintanya pergi ...”

Ratu menatap Changdi terkejut, Fengjiu juga sedikit syok. 

Di kejauhan, terdengarlah suara Su Moye: “Xize belum bertemu dengan kedua saudari itu setelah kita menaiki kapal ini, jangan dengarkan kebodohannya.”

Membalikkan cangkir di tangannya geli, Fengjiu memperhatikan Changdi berpura-pura memasang tampang cemas dan malu-malu di matanya. Tampaknya ini jadi sedikit menarik.

Walaupun Fengjiu selalu lamban dalam berpikir, saat masih kecil, ia sering bekerja sama dengan bibinya untuk menipu ayahnya, dan jadilah ia hanya merasa terlalu familier dengan apa yang terjadi. Ia tahu dengan jelas bagaimana semua seluk-beluknya.

Ketika Mo Shao berkomentar kalau ucapan Changdi adalah kebodohan sembrono, ia menunjukkan bahwa Changdi menyembunyikan sebuah motif. Dan apakah motif terbesar Changdi?

Perkataan Changdi dengan jelas menyindir bahwa ada perselisihan antara Xize dengan Aranya, juga bahwa hubungan mereka tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang dimiliki Xize untuk Junuo dan Changdi.

Untuk menyanyikan kecemburuan picik semacam ini di bawah meja, baik-baik saja sebagai sebuah kisah yang lucu. Akan tetapi, meneriakkanya di atas meja, tidak dapat dianggap sebuah tampilan yang menyenangkan.

Namun, jika Fengjiu mengatakan kalau Changdi menyampaikan pidato itu hanya untuk membuatnya marah ... maka Changdi tidak sebodoh itu.

Fengjiu merenung sejenak kemudian ia mendadak ingat perkataan dari bangsawan muda beberapa waktu yang lalu. Ia langsung memahami situasinya.

Dari kata-kata dan tindakan Changdi, tampaknya ia sungguh putus asa ingin menikahi Xize, makanya merencanakan ini.

Menikahkan dua orang putri pada seorang pria bukannya belum pernah terjadi sebelumnya. Xize tampaknya memiliki perasaan pada Junuo, tetapi Junuo bukanlah putri kandung Shangjun. Terlebih lagi, Junuo dikatakan telah bertunangan dengan Chen Ye.

Meskipun mereka saling menyukai, itu semua tidak lebih dari hubungan pendek dan tidak akan pernah berhasil. Selain itu, perasaan Changdi untuk Xize tidak berkembang dalam sehari atau dua hari saja. Dengan kepribadian Changdi, ia pasti sudah memohon pada sang Raja. Entah Raja tidak membahasnya pada Xize atau ia telah ditolak.

Meskipun Xize telah pensiun dari posisinya, hubungannya dengan Istana Qinan berabad-abad lamanya. Dibandingkan dengan Chen Ye, nama Xize masih lebih terkemuka. Karena Raja selalu menghormati Xize, tentu saja ia menginginkan dukungan Xize.

Apa yang dapat dilakukan seseorang untuk menikahi Xize? Berkompromi dengan diri sendiri merupakan cara tercepat... Mungkin Zixe selalu berhati-hati, oleh karena itu Changdi belum berhasil menjalankan rencananya. Sebagai usaha terakhir, Changdi akan mengkompromikan dirinya sendiri di depan semua orang.

Hal cerdas dari rencana ini adalah Xize tidak ada di sini. Ia harus membersihkan nama baiknya setelah mendengar soal ini di lain waktu. Namun, membersihkan nama baik adalah usaha keras yang tak berguna kecuali dilakukan saat itu juga.

Mengklarifikasi setelah kenyataan hanya akan membuatnya tampak seolah sedang berusaha menyembunyikan ekornya.

Ketika pembicaraan selanjutnya jadi lebih intens dan menjadikan Changdi juga Xize sebagai gosip menggemparkan, demi reputasi Changdi, Raja pasti akan mencari cara untuk menikahkannya dengan Xize.

Di hadapan taktik cerdas ini, hal yang dapat dilakukan Fengjiu hanyalah mengakui kekagumannya yang terdalam.

Meskipun beberapa kelompok bawahannya akan mengikuti keinginan Raja, mereka semua menatap ke arah Fengjiu simpati dengan penuh arti. Tetapi, dibandingkan dengan masalah jika Xize meminta untuk berbagi kamar dan ranjang suatu saat nanti, Xize menikahi Changdi, entah bagaimana, sebenarnya merupakan hal yang bagus.

Hati Fengjiu bernyanyi dengan musik. Jika seseorang memperhatikan hingga ke detailnya, memang benar Fengjiu telah kehilangan muka; tetapi jika seseorang melihat gambaran yang lebih besar, rencana Changdi ini sebenarnya meratakan jalan terbuka lebar bagi Fengjiu.

Fengjiu juga tidak perlu lagi ambil bagian dalam hubungan ini. Balik modal, balik modal; rencana yang luar biasa; selamat, kerja bagus haha.

Setelah beberapa kata menyesatkan dari Changdi, beberapa bisikan mulai menemukan jalan mereka di sekitar meja-meja makan. Namun, semua yang hadir cukup pintar. Tidak peduli bagaimana perasaan di dalam hati mereka, tampilan luar mereka tetap natural dan mudah, tenang dan teduh.

Seperti dugaan Fengjiu, Raja tidak menyetujui ini. Mengikuti pernyataan Changdi, Raja hanya berkata enteng bahwa apa yang bisa dilakukan Gunung Shuikong pada Xize?

Bukankah ia mendengar kalau tabib istana punya sesuatu yang berharga untuk ditunjukkan? Hanya dengan beberapa perkataan simpel, Raja langsung mengalihkan pembicaraannya.

Dengan satu lirikan, seorang tabib tua langsung berdiri dan melaporkan bahwa memang benar ada sebuah harta yang akan ditunjukkan.

Si tabib tua membungkuk menyembah dan berkata, “Hamba pernah mendengar bahwa Yang Mulia pernah menyebutkan, ada penyakit dingin pada susunan tubuh ketiga Putri. Hamba kebetulan menemukan beberapa Jibaiguo hari ini. 

"Buah-buah ini harus dikonsumsi selama titik musim semi matahari agar mereka dapat mengeluarkan efek terbaik mereka. Hamba telah menginstruksikan murid hamba untuk merebus mereka jadi bubur sebagai pengobatan untuk kondisi dingin para Putri. Yang Mulia, haruskah hamba mempersembahkan mereka sekarang juga?”

Sementara Raja mengangguk, tangga kayu menimbulkan bunyi klik-klak dari langkah kaki yang mantap. 

Suara lainnya tepat waktu memasuki arena tempat duduk: “Jibaiguo? Sekarang ini Aranya tidak boleh memakan buah ini.”

Fengjiu menoleh. Di atas tangga muncul tubuh dari bagian pinggang ke atas. Bukankah penampilan jubah ungu dan rambut perak ini milik Xize Shenjunyang menghilang berhari-hari, orang yang paling dinanti yang baru saja digosipkan di atas meja barusan ini? Seluruh hadirin pesta melemparkan pandangan mereka ke arah sumber suara.

Pegunungan hijau bersembunyi di kejauhan, angin berlalu di atas permukaan air. Sebuah mantel terlihat bergantung di lengan Xize, debu sisa perjalanan jauh masih tampak di tubuhnya, tetapi tak tampak sedikit pun ketergesaan muncul di wajahnya.

Dengan ketenangan dan kesantaian luar biasa, Xize berdiri tegak di atas teras dan menyapa para bangsawan itu sambil lalu. 

Kemudian tanpa tergesa ia menghampiri sisi Fengjiu, meletakkan sewadah sup di atas meja, menyampirkan mantel di lengannya ke atas kepala Fengjiu dan berkata, “Pesisir ini begitu berangin, kenapa kau tidak tahu mengenakan lebih banyak pakaian  ketika kau keluar?”

Sebelum Fengjiu dapat menyembulkan kepalanya keluar dari mantel, Xize mengambil kesempatan untuk duduk, mengambil cangkir teh di depan Fengjiu, mengangkatnya ke bibirnya dan meminum habis teh itu dalam satu tegukan. Di sekitar mereka, suara terkesiap tak jelas pun terdengar.

Fengjiu berhasil mengeluarkan kepalanya dari balik mantel dan melihat cangkirnya berada di bibir Xize. Sebuah ledakan terjadi di kepalanya selagi ia menyadari kenapa ada suara terkesiap. 

Fengjiu cepat-cepat mengulurkan tangannya untuk menghalangi Xize: “Berhenti, Tuan. Itu cangkirku!”

Xize menolehkan kepalanya, terlihat agak bingung. 

“Apa bedanya saat apa yang jadi milikmu adalah milikku?”

Kepala Fengjiu berdenyut kuat lagi. 

Menghindari tatapan dari yang lainnya, Fengjiu menutupi satu sisi wajahnya dan bertanya sungguh-sungguh, “Hei, apakah kau salah minum obat? Kau tidak pernah begini sebelumnya ...”

Xize berhenti sejenak kemudian berkata singkat, “Justru karena aku salah minum obat sebelumnya.” 

Berikutnya, Xize menuangkan semangkuk sup panas dan menyerahkannya pada Fengjiu: “Nah, minum ini.”

Hari ini Xize secara keseluruhan tidak dapat diprediksi, dari perkataan hingga tindakannya. Fengjiu sama sekali tidak bisa melihatnya. Ia menerima sup itu kebingungan.

“Apa ini? Kau yang membuatnya?” 

Fengjiu membaui sejenak kemudian berkata penuh pujian, “Kau sebenarnya menghabiskan waktu di dapur juga? Aku tidak pernah menyangka. Aku menyimpan kekaguman tertinggi bagi orang-orang yang masuk ke dapur, mari kita bertukar ide kapan-kapan.”

Cangkir di tangan Xize bergetar, tetapi dengan ekspresi yang tak berubah, ia menjawab, “Mmm, aku ... ke dapur untuk melihat Chacha memasak.”

Karena ini bukanlah makan malam yang formal, atmosfernya tak terkekang. Tarikan kecapi para musisi dan nada-nada dari alat musik kayu yang ditiup melayang dari balik gorden, percakapan pun tercipta di antara para tamu yang duduk.

Tidak ada seorang pun memperhatikan Fengjiu dan pertukaran teman bicara yang tak terduga terjadi di meja ini.

Bagaimanapun juga, Changdi sebelumnya sudah membangun jalan bagi orang-orang untuk bergosip.

Sebaris kalimat darimu: ‘Terakhir kali aku meminjam sebuah buku komentar darimu dan melihat betapa luar biasanya penjelasanmu. Memang, setiap perkataanmu mendapatkan kekagumanku.’

Sebaris kalimat dariku: ‘Bagaimana bisa pengetahuan kampunganku dibandingkan denganmu. Aku tidak berani mengatakan kalau aku terpelajar hanya dari mengetahui beberapa kata-kata yang sedikit ini, kalau tidak aku akan jadi lelucon bagimu.’

Mereka tampak seolah menikmati obrolan kecil dan acara minum-minum yang hidup, tetapi nyatanya, baik mata dan telinga mereka semuanya tertuju ke arah meja pasangan Xi-Feng.

0 comments:

Posting Komentar