Jumat, 06 November 2020

3L3W TMOPB - Chapter 1 Part 1

Ten Miles of Peach Blossoms

Chapter 1 Part 1


Putri sulung dari keluarga makhluk abadi Sungai Ruo menikahi anggota keluarga Laut Timur, dan dalam tiga tahun, ia telah memberikan seorang anak untuk Raja Laut Timur, putra pertama sekaligus pewarisnya. Kedua keluarga sangat senang.

Raja Laut Timur sangat bangga akan putranya sampai-sampai ia mengundang semua orang di antara langit dan bumi—bahkan diriku, Bai Qian dari Qing Qiu—untuk sebuah perjamuan, merayakan usia kesebulan anak itu.

Ayah dan Ibu telah meninggalkan Qing Qiu selama ratusan tahun sekarang, berkelana kemana-mana. Dan Kakakku—Kakak Tertuaku, Kakak Keduaku, dan Kakak Ketiga—telah menikah dan masing-masing memulai rumah tangga mereka di setiap bagian dari kerajaan milik mereka sendiri. Kakak Keempat sedang pergi ke Gunung Timur, mencari burung tunggangannya, Bi Fang, yang terbang melarikan diri. Meninggalkanku seorang diri di Gua Rubah, nyonya rumahnya.

Aku mengambil undangannya ke tirai air di luar gua dan mengangkatnya ke arah cahaya. Aku ingat pernah mendengar kalau proses kelahiranku menyulitkan Ibu, dan Kakek buyut dari Raja Laut Timur ini mengirimkan bidan keluarga mereka untuk membantu mengurangi rasa sakitnya.

Aku memutuskan inilah waktunya untuk membalas budi ini. Aku memilihkan sebuah mutiara malam dan bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke Laut Timur. Mutiara malam itu, dengan sinar hijau hangatnya, sebesar labu. Mungkin akan menjadi hadiahku untuk Raja Laut Timur.

Kemampuanku buruk dalam mengenali arah, jadi sebelum berangkat, aku pergi ke sebelah rumah, ke tempat Mi Gu untuk meminta sebatang ranting dari pohonnya.

Pohon Mi Gu ini memiliki batang kayu berbutir hitam dan bunga-bunga beraneka warna yang berkilau yang dapat digunakan untuk menyinari jalan di malam hari. Selama aku memiliki sebatang ranting dari pohon Mi Gu denganku, aku tidak akan tersesat.

Dulunya, di masa kabut besar, si Mi Gu Tua tadinya merupakan sebuah Pohon Mi Gu yang tumbuh di Gunung Zhao Yao di Dataran Selatan.

Selagi Ibu hamil Kakak Keempat, ia dan Ayah bertengkar. Ia kabur dari rumah dan tersesat, berakhir di Gunung Zhao Yao. Ayah akhirnya menemukannya, tetapi ia begitu cemas Ibu akan tersesat lagi sampai-sampai ia menggali satu-satunya pohon Mi Gu di Gunung Zhao Yao dan membawanya kembali ke Qing Qiu, dimana ia menanamkannya di depan pintu rumah kami.

Qing Qiu merupakan surganya makhluk abadi, dan setelah tiga ribu tahun bermandikan matahari dan bulan dan berputar-putar di dalam energi berbagai musim, pohon Mi Gu ini akhirnya mendapatkan cukup penempaan diri dari energi spiritual untuk berubah bentuk menjadi wujud manusia. Tiga ribu tahun lagi berlalu, dan ia menjadi seorang Dewa di bumi.

Ayah memberikan Mi Gu beberapa gepok bambu sebagai hadiah perayaannya, untuk membangun sendiri sebuah pondok berkamar tiga di sebelah Gua Rubah, oleh karenanya menjadi tetangga terdekat kami.

Mi Gu menyerahkan sebatang ranting padaku dengan ekspresi putus asa di wajahnya, meskipun aku tidak bisa membayangkan apa yang mungkin sedang mengganggunya. Aku mempertimbangkan untuk bertanya, tetapi mengetahui kalau aku melakukannya, aku mungkin akan terjebak di sana mendengarkannya dalam waktu yang lama, dan memutuskan untuk tidak ikut campur. Aku mengambil rantingnya dan memunculkan sebuah awan keberuntungan, yang kunaiki, dan melambung ke arah Laut Timur.

Kakak Ketiga telah mendengar aku akan pergi ke Laut Timur untuk menghadiri perjamuannya, dan ia bertanya apakah aku akan mampir ke Kebun Persik Zhe Yan untuk meminta dua botol anggur bunga persik.

Ketika aku masih kecil, Ibu menceritakan padaku kalau Zhe Yan merupakan phoenix pertama yang dilahirkan setelah langit terbelah dari bumi, dulu di zaman kekacauan primal. Ia dibesarkan oleh Ayah Semesta, dan peringkatnya beberapa tingkat lebih tinggi daripada Tian Jun yang sekarang.

Saat aku masih anak-anak, Ayah dan Ibu membawaku menemui Zhe Yan. Ia mengangkat sebelah alisnya saat melihatku sebelum memberikan sebuah senyuman pada Ayah dan berkata, “Apakah ini adalah bayi perempuan yang baru lahir? Betapa menyenangkannya mereka di usia ini.”

Puluhan ribu tahun sebelumnya, Zhe Yan meminta Ibu untuk menikahinya, bahkan mengirimkan sebuah hadiah pertunangan ke rumah keluarganya. Tetapi Ibu sudah menetapkan hatinya kepada Ayah, seorang pria keras kepala dan keras hati sampai merasa sulit bahkan untuk menganggukkan kepalanya.

Zhe Yan dan Ayah pernah bertarung sengit memperebutkan Ibu, setelahnya mereka menjadi dekat seperti kakak-beradik. Ayah dan Ibu menikah di Tahun Baru. Ayah mengirimkan sebuah tandu dengan delapan pengangkut untuk menyambutnya ke Qing Qiu, dan Zhe Yan diundang sebagai pemimpin upacara pernikahan mereka.

Zhe Yan merupakan seorang pembuat anggur yang sangat terampil, meskipun ia sendiri tidak menikmati pesta, perjudian, ataupun minum-minum. “Seorang dewa misterius yang telah menjauhi tiga akar tidak sehat dan mundur dari dunia fana, memiliki minat yang beradab, bahkan selera yang halus” adalah bagaimana ia memandang dirinya sendiri.

Kapan pun seorang dewa mengundangnya minum dan bersenang-senang dengan mereka, ia hanya akan tertawa dan mengabaikannya.

Mengetahui ini, makhluk abadi mana pun yang mengundangnya untuk datang dan bersenang-senang melakukan hal itu, tak lebih sebagai sebuah gestur afeksi untuk seorang dewa yang menikmati peringkat tinggi di dunia abadi ini meskipun tidak memiliki fungsi yang luar biasa. Ia menjadi terlalu menetap dalam lingkungannya sendiri.

Sedikit demi sedikit, makhluk abadi lainnya akhirnya memahami ini, memandangnya sebagai seorang Dewa nganggur yang hanya untuk dihormati tetapi tidak untuk didekati, dan selama bertahun-tahun, mereka kehilangan antusiasme untuk mengiriminya undangan.

Zhe Yan menjalani kehidupan yang murni dan sederhana dan sepenuh hati mengabdikan dirinya pada Kebun Persiknya.

***

Aku tiba di tepi Laut Timur dan menghitung jam menggunakan jemariku. Aku masih memilili sehari setengah sampai perjamuannya resmi dimulai. Aku mempertimbangkan permintaan Kakak Ketigaku dan memutuskan untuk mampir ke tempat Zhe Yan lebih dulu.

Rencanaku adalah meminta sekendi anggur bunga persik yang ditanam di tanah, yang dapat kugunakan untuk mengisi dua botol, membawanya kembali pada Kakak Ketiga, dan juga tiga botol untuk diberikan kepada Raja Air Laut Timur sebagai hadiah perayaan bersamaan dengan mutiara malamnya. Walaupun telah membungkuskan hadiah-hadiah ini, aku masih memiliki sisa anggurnya di dalam kendi, yang dapat kuminum di saat senggangku di Gua Rubah.

Ini merupakan musim tertinggi untuk bunga persik, dan Sepuluh Mil Kebun Persik terendam dalam bunga. Bunga-bunga menutupi pegunungan dan datarannya dengan kecemerlangan berkilau mereka.

Aku melalui jalan yang familier memasuki kedalaman kebun persik, dimana aku menemukan Zhe Yan sedang duduk bersila di tempat terbuka, mengigiti buah persik yang sangat besar. Dalam sekejap, hanya tersisa bijinya saja bersamanya.

Ketika ia melihatku, Zhe Yan memberi isyarat kepadaku untuk menghampirinya dengan sebuah senyum lebar di wajahnya.

“Wah, siapa lagi kalau bukan gadis kecil dari keluarga Bai yang datang berkunjung. Kau jadi semakin cantik. Kemarilah.” Ia menepuk tempat di sebelahnya. “Duduklah dan biarkan aku melihatmu baik-baik.”

Tidak banyak dewa-dewi di antara langit dan bumi yang cukup tua untuk memanggilku dengan sebutan gadis kecil, dan mendengarkan panggilan itu membuatku merasa seolah aku masih sangatlah muda. Aku merasa dipenuhi dengan campuran kesedihan dan kegembiraan luar biasa.

Aku duduk seperti yang diinstruksikan, dan Zhe Yan meraih dan mengelus tanganku. Aku sedang mempertimbangkan cara terbaik untuk meminta sekendi anggurnya ketika Zhe Yan mulai tertawa kecil. “Kau sudah menutup dirimu di Qing Qiu selama ribuan tahun sekarang. Suatu kebetulan Kau memilih sekarang untuk keluar.”

Aku agak tercengang dengan komentarnya tetapi tidak memintanya untuk menjelaskan. Aku memberikan senyuman sopan dan berkata, “Bunga persiknya tampak luar biasa.”

Ia tertawa lebih dalam lagi. “Raja Laut Utara membawa istrinya kemari beberapa hari yang lalu untuk mengagumi bunga persik. Itu adalah pertama kalinya aku bertemu istrinya. Ia sungguh agak mempesona.”

Aku bahkan tidak bisa memaksakan sebuah senyuman.

***

Shao Xin adalah istri Raja Laut Utara. Aku adalah orang yang memilihkan nama ini untuknya bertahun-tahun yang lalu. Kakak Keempatku dan aku pergi selama sehari ke Danau Dong Ting dimana, di alang-alangnya, kami menemukan seekor ular ba kecil sepanjang beberapa kaki yang telah disiksa sampai sekarat. Aku merasa kasihan padanya sampai aku memohon pada Kakak Keempat untuk membiarkanku membawanya pulang ke Qing Qiu bersama kami.

(T/N : Ular ba : ba she : piton mitologi Tiongkok yang dikatakan dapat memakan seekor gajah.)

Ular ba kecil ini sudah berubah menjadi roh ular, tetapi ia masih bergerak dengan melata menggunakan perutnya. Alhasil, ia berhasil menempa cukup banyak energi spiritual untuk berubah bentuk ke wujud manusia, dan wujud manusianya itu adalah Shao Xin.

Shao Xin menghabiskan dua tahun di Qing Qiu, pulih dari luka-lukanya. Setelah ia merasa lebih baik, ia memberitahuku kalau ia berharap untuk tetap tinggal bersamaku dan akan membalas kebaikanku.

Ayah dan Ibu sudah pergi meninggalkan Qing Qiu saat itu, dan Kakak Keempatlah yang bertanggung jawab di Gua Rubah. Ia mengatur agar Shao Xin menjadi gadis pelayanku. Kami tidak pernah memiliki pelayan di Gua Rubah sebelum itu, dan akulah yang menyapu serta mengerjakan tugas rumah tangga lainnya.

Aku sangat senang dengan waktu senggangku yang baru sampai-sampai aku jarang berada di dalam setelahnya. Malahan, aku menghabiskan dari pagi hingga malam hari di luar, entah di tempat Kakak Kedua, Kakak Ketiga, atau di tempat Zhe Yan. Aku menghabiskan dua ratus tahun penuh masa-masa santai, sampai Ayah dan Ibu kembali dengan kabar kalau mereka telah menemukan seorang suami untukku.

Sang Ji merupakan putra kedua kesayangan Tian Jun, yang tinggal bersamanya di Jiu Chong Tian (saat itu ia belum diusir ke Laut Utara). Tian Jun mengumumkan pertunanganku dengan Sang Ji di hadapan seluruh Empat Lautan dan Delapan Dataran. Tidak ada satu makhluk abadi pun yang tidak mendengar tentang kabar ini. Mengikuti ini, pengunjung yang datang ke Gua Rubah untuk mampir berbincang dan mengucapkan selamat padaku pun mengalir tanpa henti.

Kakak Keempat dan aku merasa ini sangat menyebalkan sampai kami mengepak baju-baju kami dan pergi ke tempat Zhe Yan untuk bersembunyi di kebun persiknya. Saat kami bersembunyi itulah, musibah melanda.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar