Ten Miles of Peach Blossoms
Chapter 1 Part 2
Setelah memakan jatah persik kami, kami kembali ke Qing Qiu, menemukan bahwa Shao Xin tidak terlihat dimana-mana. Yang kutemukan di Gua Rubah yang suram dan berdebu itu adalah sepucuk surat dari Sang Ji, dibubuhi dengan segelnya, membatalkan pertunangan kami. Ia menjelaskan kalau ia menaruh perasaan kepada Shao Xin dan kalau gadis itulah yang ditakdirkan bersama dengannya. Ia meminta maaf atas segala kekecewaan yang disebabkannya.
Sebenarnya, aku tidak mengambil pusing sampai ke hati. Aku belum pernah bertemu dengan Sang ji dan aku tidak punya perasaan apapun terhadapnya. Shao Xin dan diriku belum kenal terlalu lama, dan meskipun kami adalah teman, bukan pula persahabatan yang sangat mendalam.
Bahkan ternak yang merumput di hutan pun diperbolehkan untuk menentukan pasangan mereka sendiri, dan semuanya setara di bawah matahari, tidak ada alasan mengapa Sang Ji tidak diperbolehkan melakukan hal yang sama.
Aku menanggapi sopan, memberitahu mereka kalau mereka sepertinya adalah pasangan yang sangat serasi.
Ketika kabar kegagalan ini akhirnya sampai di telinga Tian Jun, itu tidak berasal dari diriku. Rupanya, Sang Ji yang membawa Shao Xin masuk ke dalam mahkamah Tian Jun, dan mereka berdua berlutut di hadapannya, memohon padanya untuk menerima hubungan mereka.
Kabar ini menggemparkan Empat Lautan dan Delapan Dataran.
Mereka yang berhati baik mengatakan hal seperti, “Kasihan sekali si gadis Bai itu. Sudah ditakdirkan untuk jadi pernikahan yang baik. Bertunangan selama tiga tahun sebelum akhirnya ditinggalkan seperti itu. Bagaimana ia bisa menemukan seorang suami sekarang?”
Ada pula lidah yang mengibas jahat, mengatakan hal-hal seperti, “Bisakah kau bayangkan memiliki seekor ular ba sebagai seorang Tian Hou? Atau mungkinkah ular baitu lebih memikat ketimbang si rubah putih berekor sembilan?”
Pada titik itulah, Ayah; Ibu; Kakak Pertama, Kedua, Ketiga, dan Zhe Yan mengetahui aku telah ditolak. Zhe Yan langsung datang mencari Ayah dan Ibu, menyeret mereka ke Jiu Chong Tian untuk meminta keadilan dari Tian Jun; walaupun apa tepatnya yang disyaratkan, aku tidak yakin.
Yang kutahu terjadi selanjutnya adalah Sang Ji tak lagi disayangi oleh Tian Jun dan segera ditunjuk sebagai Raja Laut Utara, sebuah posisi yang bahkan lebih rendah dari yang dipegang oleh adik lelakinya, Lian Song, Raja Empat Lautan. Orang cerdas manapun dapat melihat kalau ia sama saja dengan diusir. Pernikahannya dengan Shao Xin tidak pernah diakui.
Ayah hanya mengutarakan satu komentar terhadap masalah ini: “Anak brengsek itu lepas terlalu mudah.”
Zhe Yan lebih filosifis. Menikmati dramanya sementara juga merasa kasihan kepadaku, ia berkata, “Menghancurkan prospek kehidupannya demi seorang wanita—bodoh sekali.”
Aku masih muda dan naif dan merasa seolah Sang Ji dan Shao Xin adalah dua protagonis dalam sebuah drama yang tidak ada hubungannya denganku.
Setelahnya, Tian Jun berdiri di mahkamahnya dan menurunkan sebuah titah langit yang menyatakan Tian Jun selanjutnya, yang masih belum ditentukan, akan menikahiku, putri bungsu Kerajaan Qing Qiu Keluarga Bai, menjadikanku sebagai calon Tian Hou.
Itu merupakan sebuah gerakan yang agung, dibuat berdasarkan kebaikan. Tetapi terlalu agung, dan untuk menghindari perpecahan dan persaingan dalam keluarga, semua putra Tian Jun lainnya bisa dibilang mengabaikanku. Tentu saja, aku tidak diberi masukan mengenai masalah ini. Untuk menghindari berseberangan dengan Klan Langit, tak ada dewa lainnya yang berani mengirimkan hadiah pertunangan kepada Ayah dan melamarku juga. Aku dibiarkan dalam keadaan yang tinggi dan kering, seorang dewi yang tak dapat dinikahi.
Akhirnya, Tian Jun menggelari cucu tertuanya, Pangeran Ye Hua, sebagai pewarisnya. Aku tidak tahu apa-apa soal dirinya. Yang kudengar adalah Tian Jun menjadi putus asa setelah pengusiran Sang ji, tidak pasti mana putra-putranya yang biasa saja yang tersisa untuk menjadi pewarisnya.
Beruntungnya, tiga tahun kemudian, putra tertuanya memberikannya seorang cucu, seorang anak lelaki yang sangat cerdas dan berbakat, dan Tian Jun, seorang pria tua sekarang, terbebas dari keputusasaannya dan sekali lagi, dapat merasakan kebahagiaan.
Ye Hua adalah si cucu yang sangat cerdas dan berbakat itu.
Menurut titah Tian Jun sebelumnya, sebagai pewaris tahta Langit, si pangeran muda Ye Hua juga adalah calon suamiku. Aku mendengar kalau Ye Hua sudah memiliki seorang selir bernama Su Jin, yang dianugerahkan kepadanya oleh kakeknya sebagai wujud kasih sayangnya. Ye Hua memiliki seorang putra kecil juga, dan aku menduga kalau ia tidak akan dipenuhi dengan antusiasme akan ide pernikahan kami.
Meskipun aku tidak memiliki orang lain yang kucintai, aku tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ia 90.000 tahun lebih muda dariku. Menurut kesenioritasan, ia harusnya memanggilku Gu Gu, tetapi menurut usia, akan lebih cocok dengan Leluhur Prasejarah. Karena perbedaan usia inilah, aku merasa mustahil untuk secara aktif mengejar pernikahan ini. Fakta bahwa kami telah bertunangan sekian lama tanpa adanya tanda-tanda akan menikah sudah menjadi suatu bahan tertawaan di Empat Lautan dan Delapan Dataran.
Aku menyalahkan Sang Ji karena menyebabkanku kehilangan begitu banyak martabat. Aku menyembunyikan dendamku, tetapi kebencianku jadi begitu intens sampai aku sering berpikiran untuk membunuhnya.
***
Ketika Zhe Yan menyebutkan soal kunjungan Raja Laut Utara, aku tercengang. Sudah jelas bukan maksudnya untuk mengejekku. Sudah pasti ada sesuatu yang ingin diberitahukannya kepadaku, beberapa gosip yang ingin dibaginya. Aku mencoba terlihat ceria dan menajamkan telingaku untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakannya.
Rentetan tawa mengalir keluar dari sudut bibirnya yang menebal.
“Gadis muda itu menderita mual-mual parah. Dalam beberapa puluh ribu tahun, ia sudah melahirkan tiga anak untuk Raja Laut Utara. Ini akan jadi yang keempat. Ular ba memang memiliki kemampuan reproduksi yang luar biasa. Mual-mualnya membuatnya mengidam buah persik dan ia menginginkannya siang malam.
“Bunga persik berlimpah tahun ini, tetapi mencari buah persik itu lain lagi persoalannya. Ini merupakan satu-satunya tempat di langit dan bumi yang mempunyai itu ... dan itulah mengapa Raja Laut Utara dan istrinya datang tanpa tahu malu kemari mengetuk pintuku. Mereka datang jauh-jauh, dan aku merasa akan kejam jika menolak mereka.”
Aku mendongak ke arahnya dan menundukkan kepalaku untuk meluruskan lipatan di gaunku. Aku selalu menganggap Zhe Yan sebagai kerabat dan membayangkan kalau ia akan menganggap musuh kami sebagai musuhnya juga. Kemurahan hatinya terhadap Raja Laut Utara terbakar dengan pengkhianatan.
Zhe Yan menatapku dan setelahnya tertawa terbahak-bahak. “Lihatlah wajahmu, kau sudah menghijau karena amarah! Yang kuberikan pada meraka adalah beberapa buah persik pencegah kehamilan!”
Aku mengangkat kepalaku tajam bersamaan dengan ia yang merendahkan kepalanya, dan kami saling berhadapan.
Tampaknya ia tidak menyadarinya. “Lihat dirimu,” ia terus mengejek. “Segera setelah kau mendengar kalau aku memberikan pasangan rendahan itu beberapa buah persik pencegah kehamilan, hatimu langsung melembut terhadap mereka. Yang dilakukan buah-buah persik itu adalah menunda anak kelima Raja Laut Utara selama 20.000 tahun atau begitulah. Tidak akan terlalu membahayakan mereka, dan tidak akan membuatku menjadi seseorang yang jahat.”
Kalau itu hanya akan menunda anak kelima Raja Laut Utara, aku tidak akan mencemaskannya. Buah persik pencegah kehamilan tidak akan membunuh siapa pun. Bagaimanapun juga, dengan menolakku, Sang Ji sudah membawa kesialan ini pada dirinya sendiri.
Zhe Yan memberi mereka pelajaran, dan untuk itu aku merasa bersyukur. Zhe Yan menghiburku lebih jauh dengan serangkaian kata-kata sumpah serapah tentang si brengsek Tian Jun dan keturunan brengsek anak-cucunya.
Saat ia selesai mengumpati Klan Langit, ia bertanya tentang keluargaku. Zhe Yan selalu punya gosip yang tiada hentinya, dan kapanpun aku mengunjunginya, aku akan memintanya memanjakanku, dan menerima berbagai macam anekdot.
Aku ke sana dengan permintaanku untuk sekendi anggur bunga persik yang ditanam di tanah dalam benakku, tetapi aku langsung dibuat pusing dengan percakapan, pembicaraan tentang keluarga dan rahasia menarik kerudung membuatku lupa sama sekali akan alasan mengapa aku datang menemui Zhe Yan.
Malam sudah mulai mendekat saat Zhe Yan mengingatkanku akan tujuanku. “Kakak Ketigamu meminta dua botol anggur. Aku menguburkan mereka di Kolam Giok di balik gunung di bawah pohon jahe liar yang tampak telanjang itu. Tidurlah di sana malam ini, dan kau bisa menggali anggurnya dan membawanya pulang ke Kakak Ketiga. Hanya ada dua botol, jadi pastikan kau tidak menumpahkannya, dan jangan pula meminumnya secara diam-diam.”
“Jahat sekali!” kataku cemberut.
Ia mencondongkan diri dan membelai rambutku. “Kau benar-benar tidak boleh minum diam-diam. Kalau kau ingin anggur, ambillah dari gudang anggurnya besok. Kau boleh membawa sebanyak yang bisa kau bawa.” Sesuatu terjadi padanya yang membuatnya tersenyum, dan ia menambahkan, “Aku tidak akan berkeliaran malam ini kalau aku jadi dirimu. Ada tamu lain yang tinggal di sini, dan mungkin yang terbaik adalah kalian berdua tidak bertemu satu sama lainnya.”
Aku membungkuk dan berterimakasih untuk anggurnya. Meskipun ada peringatan, aku sudah memutuskan untuk memanjakan diriku dengan anggurnya. Perjalanan menuju Sepuluh Mil Kebun Persik ini membuatku lebih lelah dari biasanya. Malam ini aku akan minum dari botol yang ditanam; besok aku akan pergi ke gudang anggurnya dan mengambil anggur sebanyak yang bisa kubawa.
Sarannya untuk tidak berkeliaran itu tidak perlu. Aku tidak menyukai drama maupun berjalan-jalan di malam hari, dan aku lebih tidak menyukai interaksi sosial. Aku tidak tertarik sedikitpun pada siapakah tamu lainnya ini, dan jika aku bisa menghindari mereka, aku pasti menghindarinya.
0 comments:
Posting Komentar