Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Prolog


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Prolog


Rerumputan hijau bersemi di bulan Maret, burung-burung Oriole memenuhi langit di bulan April. 
Membentang hingga melebihi Laut Timur adalah Sepuluh Mil Kebun Bunga Persik yang mekar dengan suburnya.

Klan Langit Jiuchongtian dan Klan Rubah Ekor Sembilan Qingqiu sebentar lagi akan membentuk sebuah aliansi.

Hari demi hari berjalan diisi dengan diskusi antara tetua klan. Kemudian, di awal pagi tahun ini, akhirnya semua diputuskan setelah dua ratus dua puluh tiga tahun pertimbangan yang sulit.

Terlambat waktunya untuk musim mekar buah persik, tanggal yang dipilih dengan hati-hati jatuh di akhir musim semi.

Kedua individu yang pada akhirnya akan menikah setelah mengalami nasib malang selama lebih dari dua ratus tahun, tak lain tak bukan adalah Putra Mahkota Yehua dari Jiuchongtian dan Ratu Bai Qian dari Kerajaan Qingqiu.

Dunia telah lama menanti untuk merayakan berita ini. Jika mengikuti gaya si tua Tianjun, massa memprediksi bahwa akan ada kemewahan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari besar pasangan itu.

Setiap tampilan pastilah mewah, seolah mereka tak mampu membayangkan bagaimana lagi Tianjun akan memamerkan kebangsawanannya.

Meskipun demikian, ketika iring-iringan pengantin pria yang ramai sekali terlihat dari arah tepi danau Wangsheng di Gunung Yuze untuk memasuki Qingqiu, Miqu Xianjun yang menunggu di seberang sisi danau dengan sebuah handuk di tangannya berpikir, mungkin ia telah meremehkan Tianjun.

Pasukan pernikahannya tidak mewah; melainkan terlampau berlebihan mewahnya. Migu Xianjun yang selalu berada di sisi Bai Qian; di Qingqiu ini ia dihormati dengan beberapa reputasi. Ada satu atau dia hal yang pasti diketahui olehnya selama menjadi penghuni lokal di kerajaan ini.

Seperti tradisi Langit, pengantin pria tidak menjemput pengantin wanitanya sendirian. Biasanya tetualah yang selalu mengambil tanggung jawab ini.

Migu menduga Moyuan yang dapat dianggap sebagai kakak Yehua yang akan menemani. Kalau begitu kasusnya, sangat masuk akal jika ia, meskipun sebagai seorang dewa agung dari sebuah klan besar, datang bersama rombongan pernikahan untuk menjemput pengantin wanita adiknya.

Dan ketika seorang dewa agung memulai sebuah perjalanan, harus ada seorang dewa yang memiliki ranking tinggi namun tak terlalu tinggi untuk menemaninya. Tampaknya pria yang bertanggung jawab atas nasib manusia, dia yang meminum tinta sebagai makanannya di bawah Dewa Panjang Umur Kutub Selatan, Siming Xingjun, telah mengikutinya.

(T/N : Dewa Panjang Umur Kutub Selatan adalah salah satu dari empat Menteri Tao Langit. Juga, dikatakan Siming meminum tinta sebagai makanan adalah kiasan yang berarti ia menulis sebagai penghidupannya.)

Ini juga bisa dikatakan cukup masuk akal.   

Sementara untuk naga legendaris yang berada di depan Siming yang hanya dapat kau lihat ekornya saja sepanjang tahun, putra ketiga Tianjun, Liansong Shenjun, dia merupakan paman ketiga Putra Mahkota Yehua.

Meskipun tampaknya Liansong tidak punya urusan apa-apa di sini, tidak ada satupun yang bisa menyalahkannya untuk mengikuti perayaan tersebut.

Migu menghabiskan setengah hari untuk merenung dan telah menemukan alasan kenapa ketiga dewa yang dihormati ini menyemarakkan perayaan dengan aura mendalam mereka.

Tetapi si jubah-ungu, bangsawan berambut putih di sisi Moyuan, penyendiri abadi yang terkenal, dia orang yang jika bukan sebagai pilihan terakhir tidak akan menginjakkan kakinya keluar dari Jiuchongtian, dia yang hanya sesekali muncul dalam beberapa lukisan, dia yang tidak pernah mempedulikan generasi muda, mengapa Donghua Dijun juga bagian dari rombongan pernikahan?

***

Migu memeras otaknya dan masih belum mampu memikirkan bahkan satu penjelasan. Berdiri di sisi lain dari danau yang bergelombang, bahkan pandangan mata Migu yang baik pun mendadak jadi buram.

Baris demi baris pancaran indah dan megah berhenti di seberang, berbatasan dengan Teluk Yueya. Iring-iringan pengantin itu tampaknya tidak ingin langsung menyeberangi danau dan malah berkemah di tepi danau itu. 

Rombongan terkahir yang berisi dewa-dewa muda mengajukan diri dan bersama-sama menyiapkan minuman untuk para dewa agung.

Siliran lembut angin bertiup di sepanjang birunya permukaan Danau Wangsheng. Setelah hujan turun, seolah mereka merebut napas terakhir dari musim semi, bunga yang bermekaran perlahan keluar dari kuncup hijau terang.

Meskipun agak terlambat, akan sulit untuk tidak terpesona oleh pemandangan itu.

Pangeran Ketiga Klan Langit, paman ketiga pengantin pria, Liansong Shenjun, mengibaskan tutup cangkir tehnya bosan. Ia menatap tanpa tujuan pada daun teh dan mulai berbincang iseng dengan Siming yang berada di sampingnya.

"Sebelum berangkat, kudengar kalau Qingqiu mulanya memiliki dua ratu. Ditambah Bai Qian yang akan menikahi Yehua, sepertinya masih ada yang lebih muda?"

Biar seberapa rendah pun ranking si Siming ini jika dibandingkan dengan Donghua Dijun, ia punya peruntungan untuk sama terkenalnya karena di seluruh Langit hanya ada dua ensiklopedia berjalan. 

Perbedaannya hanyalah Donghua Dijun adalah ensiklopedia Buddhist berjalan sementara Siming adalah ensiklopedia Bagua.

(T/N : Bagua adalah sebutan populer untuk tukang gosip.)

Siming mengetahui segala rahasia, sebanding dengan rahasia tiga generasi yang mungkin dimiliki oleh satu keluarga.

Si buku petunjuk Bagua gesit yang mengikuti rombongan sepuluh mil ini telah berlagak serius sepanjang pagi. Akhirnya sekarang Siming punya kesempatan untuk membuka mulutnya.

***

Meskipun Siming bersemangat, ia menenangkan ekspresinya, berlagak bijaksana, menyatukan kedua tangannya bersamaan secara sopan, dan ketika semua etika telah dilakukan, berkata perlahan.

"Yang Mulia Ketiga benar. Memang ada dua ratu di Qingqiu. Yang lebih muda menjadi satu-satunya cucu dari keluarga Bai. Dia dikatakan sebagai turunan campuran antara rubah putih dan seekor rubah merah menyala. Dia adalah satu-satunya rubah merah berekor sembilan di tanah ini; dia dikenal dengan nama Yang Mulia Fengjiu.

"Langit memiliki lima teritori dan lima raja. Kerajaan Qingqiu pun sama, memiliki lima regional dan lima kepemimpinan. Karena Ratu Bai Qian cepat atau lambat akan menikah dan masuk ke klan Langit, dia telah menyerahkan kepemimpinan Qingqiu kepada Yang Mulia Fengjiu dua ratus tahun yang lalu.

"Ketika ia menerima posisi tersebut, Yang Mulia Fengjiu baru berusia 32.000 tahun. Meski demikian, Bai Zhi Dijun membiarkannya mengenakan mantel Qingqiu. Ia masih sangat muda namun telah berada di posisi yang begitu tinggi. Tapi ... ada juga sesuatu yang aneh mengenai dirinya."

(T/N : mengenakan mantel melambangkan penyerahan kekuasaan)

Ketika seorang dewa muda menuangkan mereka teh lagi, Siming menjeda dan mengambil kesempatan dari kabut yang menebal. Di seberang kabut yang samar itu, Siming mencuri pandang ke arah Donghua Dijun yang duduk dengan teh ditangannya.

Tampaknya Liansong sudah mulai tergelitik dengan rasa penasaran. Ia melambaikan tangannya dan tersenyum dari sudut matanya, "Lanjutkan."

Siming mengangguk dan melanjutkan setelah berpikir sejenak.

"Sebenarnya, hamba telah mengenal Yang Mulia Fengjiu sudah cukup lama. Saat itu ia masih berusia sekitar 20.000 tahun, menempel terus di sisi Bai Zhi Dijun. Karena ia adalah satu-satunya cucu perempuan, ia begitu dipuja, dan sifatnya menjadi begitu lincah dan bersemangat. Ia selalu hadir kapan saja ketika ada kejadian agak gila-gilaan. Bahkan hamba pernah beberapa kali diejeknya. Akan tetapi ..." 

Siming menjeda sejenak, "Lebih dari dua ratus tahun yag lalu, ada masanya ketika ia turun ke dunia manusia. Ketika ia untuk beberapa alasan kembali beberapa puluh tahun kemudian, Yang Mulia Fengjiu tiba-tiba menjadi jauh lebih serius. Mereka mengatakan bahwa di hari ia kembali, ia mengenakan pakaian berkabung. 

"Sekarang setelah dua ratus tahun berlalu dan melihatnya telah tumbuh, mungkin karena fakta bahwa ia dibesarkan untuk mengambil alih takhta, Bai Zhi Dijun mungkin khawatir apabila Yang Mulia Fengjiu tidak memiliki seseorang untuk membantunya dengan masalah kerajaan, dan selama seratus tahun terakhir telah memilihkan beberapa calon suami untuknya. Tapi ia ..." 

"Tapi ia apa?" tanya Liansong.

Siming menggelengkan kepalanya; matanya sepertinya tanpa sengaja melihat ke arah Donghua Dijun.

"Tidak ada, benar. Ia hanya bersikeras bahwa ia telah menikah dengan seseorang. Dan meskipun pria itu telah meninggal, ia tidak akan menikah lagi. Hamba juga mendengar bahwa selama dua ratus tahun terakhir ini, tak sehari pun ia melepaskan pita putih dari rambutnya; begitu pula dengan pakaian berkabungnya."

Liansong menyandarkan pipinya ke kepalan tangannya dan bersandar ke bangku batu itu kemudian berkata, "Sekarang ketika kau menyebutkannya, aku mengingat sesuatu dari tujuh puluh tahun yang lalu. Kabarnya Cang'yi Shenjun dari Gunung Zhi'yue mengambil seorang pengantin wanita. Apakah ini ada hubungannya dengan Qingqiu?"

Siming berpikir lagi. Sebelum ia dapat menjawab, Moyuan yang sudah duduk dalam diamnya sedari tadi berbicara lebih dulu. Suaranya terdengar jelas dan ringan.

"Itu hanya sebuah masalah karena Bai Zhi ingin menikahkan Fengjiu pada Cang ..." 

Siming mengingatkannya, "Cang'yi."

Moyuan melanjutkan, "Benar, Cang'yi. Mereka mengikat Fengjiu dan melemparkannya ke dalam tandu. Fengjiu tidak terima, jadi ketika malam tiba, ia hanya menghancurkan istana Gunung Zhi'yue."

Moyuan mengatakan 'hanya' seolah itu terbuat dari angin dan awan; sungguh membuat Siming terkesima.

Siming tidak mengetahui perihal sisi cerita yang ini. Jika ia memutuskan untuk melanjutkannya, maka hanya akan muncul berbagai twist

"Eh ..."

Liansong mengangkat kipasnya dengan sebuah senyuman di wajah. Ia duduk dengan serius dan berpaling menghadap Moyuan.

"Kau benar," kata Liansong, "Aku ingat pernah mendengar dari seseorang kalau kaulah perwiranya tahun itu. Tapi legenda mengatakan kalau Cang'yi Shenjun benar-benar jatuh cinta pada wanita yang sama yang menghancurkan istananya, istri yang tak pernah dinikahinya. Setelah istananya dibangun kembali, ia menggantungkan lukisan Fengjiu dan merindukannya setiap kali ia menatap lukisan itu tiap hari."

Moyuan tak lagi berbicara. 

Siming menghela napas, "Dan lagi, cinta bertepuk sebelah tangan adalah satu hal, keinginan yang tak terpenuhi pun cukup memusingkan. Hamba juga mendengar kalau Lady Qin dari Gunung Zhonghu pernah sekali menyukai kakak keempat Dewi Agung Bai Qian, Bai Zhen. Yang memalukan adalah ia bahkan mencoba mencuri Bai Zhen dari Dewa Agung Zheyan."

Bunga yang masih dihiasi dengan sisa air hujan pun bergoyang tertiup angin. Para dewa terhormat yang duduk dengan sopan ketika mereka meminum tehnya, mengistirahatkan pikiran mereka, menikmati pemandangan, dan mendengarkan berbagai cerita dari si ensiklopedia Bagua.

Para dewa muda yang juga ikut tidak tahu bagaimana mengendalikan diri mereka; semuanya terlihat begitu bersemangat mendengarkan rahasia semacam ini. Akan tetapi, karena mereka tidak berani bertingkah tak sopan, yang dapat mereka lakukan hanyalah saling bertukar pandang. Di pinggir danau Wangsheng, tatapan mata berkelap-kelip bercampur dalam angin sepoi-sepoi.

Seorang dewa muda dengan penuh pengertian memberikan Siming secangkir teh untuk melancarkan tenggorokannya. 

Siming Singjun menggunakan tutup cangkir teh itu untuk menyingkirkan dua helai daun teh yang ada di permukaan. 

Mata Siming menatap ke beberapa belokan di kejauhan kemudian kembali ke arah Donghua Dijun. Alisnya berkerut menyatu, tenggelam dalam pikiran.

Liansong membalikkan cangkir teh dalam genggamannya dan tertawa, "Siming, ada apa dengan matamu hari ini? Kenapa mereka terus saja melirik ke arah Donghua?"

Dua meter jauhnya, Donghua Dijun meletakkan cangkir tehnya di samping dan sedikit mendongak. Rasa malu merayap ke wajah Siming ketika ia tertawa gugup. 

Boom.

Sebuah gelombang raksasa tiba-tiba meledak dari permukaan air di dekat mereka.

Ketika gelombang setinggi sepuluh meter itu buyar, berkilauan di bawah sinar pagi hari Teluk Yue'ya, muncullah seorang gadis cantik berpakaian serba putih.

Lengan seputih pualam miliknya, kontras dengan rambut hitam legamnya, ditambah sebuah pita berbentuk bunga putih. Seolah pakaiannya terbuat dari bahan anti air, bahkan tak separuh tetes pun air menetes dari tubuhnya.

Ditambah lagi, ia berdiri di tengah angin pagi hari dengan acuh tak acuh, tetapi rambut hitam legamnya basah, dan ada beberapa helaian yang menempel di wajahnya.  

Gadis ini memancarkan aura dingin akan tetapi ada kehangatan tersendiri di sudut matanya. Ia menyunggingkan sebuah senyum tanpa senyuman pada Siming Xingjun yang berbicara dengan semangat membara beberapa saat yang lalu.

Dilanda kepanikan, Siming mengambil sebuah cangkir teh, berusaha menutupi separuh wajahnya.

"Wajahmu terlalu besar, cangkir tak akan cukup. Gunakan ini," ucap Liansong sambil menyerahkan kipasnya pada Siming.

Siming berlutut tak keruan dan menarik bibirnya membentuk sebuah senyum pedih. 

"Hamba tidak tahu bahwa Yang Mulia Fengjiu sedang berenang di sini. Yang barusan itu, hamba sungguh tidaklah bijaksana, mohon pikirkan lagi bertahun-tahun hubungan perkenalan kita dan bertoleransi untuk memaafkan hamba."

Moyuan menatap Fengjiu. 

"Kenapa kau bersembunyi di bawah danau, apakah kau sedang melakukan sesuatu?"

Fengjiu yang mengenakan pakaian serba putih berdiri di kubangan air kotor kemudian dengan sopan menjawab, "Aku sedang berlatih."

"Lalu kenapa kau muncul tiba-tiba?" Moyuan tersenyum. "Apakah kau mencoba menakuti Siming?"

Fengjiu terdiam, kemudian beralih menatap Siming yang masih berlutut di tanah dengan keadaan malang kemudian bertanya, "Kau baru saja menyebutkan sesuatu tentang seorang Lady Qin dari Gunung Zhonghu, apakah ia benar-benar menyukai pamanku?"

" ... "

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar