Kamis, 05 November 2020

3L3W TMOPB - Prolog Part 2

Ten Miles of Peach Blossoms

Prolog Part 2

Seiring waktu berlalu, ia menjadi terbiasa dengan pengelihatannya. Ia tak lagi bingung akan siang maupun malam dan mempelajari bagaimana mempertajam pendengarannya, mendengarkan suara yang membantunya membedakan jam berapa hari itu.

Ia baru saja menyelesaikan makan siangnya ketika Nai Nai datang, tersandung memasuki halaman.

Niang Niang, Niang Niang,” ia memanggil sampai kehabisan napas. “Tian Jun baru saja memberikan titah kerajaan. Be-be-beliau memutuskan untuk memberikan Su Jin ke-ke-kepada Yang Mulia Pangeran Ye Hua.”

Su Su tertawa kecil. Ye Hua baru saja resmi ditunjuk sebagai Tian Jun berikutnya beberapa waktu yang lalu. Hanya masalah waktu saja sebelum kabar ini. Tetapi Su Jin tidak bisa menjadi istri pertama Ye Hua.

Baru-baru ini, Su Su mendengar kalau Tian Jun telah membuat perjanjian dengan Bai Zhi Di Jun dari Kerajaan Qing Qiu, bahwa, siapa pun yang menggantikannya sebagai Tian Jun akan menikahi putri Bai Zhi, Bai Qian. Ye Hua tidak pernah memberitahukan padanya soal ini. Ia bisa mengetahuinya kalau ia mau. Ia tidak sebodoh dan setidak berdaya yang mereka semua pikirkan.

Seharusnya ia tidak pernah terlibat dengan makhluk-makhluk abadi ini.

Tiba-tiba saja ia merasakan sakit menusuk di perutnya.

Niang Niang, ada masalah apa?” Nai Nai terus-menerus menjerit.

Su Su meletakkan tangannya di atas perutnya dan berhasil mengeluarkan beberapa kata tergagap, “Aku ra-ra-rasa aku mu-mung-mungkin akan segera melahirkan.”

Ia pingsan saat melahirkan, tetapi rasa sakitnya membangunkannya. Ketika matanya dikeluarkan untuk diberikan kepada Su Jin, Su Su dengar kalau Ye Hua berada di sisinya siang dan malam.

Sementara ia melahirkan anak mereka, Su Su hanya memiliki Nai Nai di sisinya. Rasa sakit luar biasa membuat orang kuat pun menjadi lemah. Tetapi ia menghentikan dirinya memanggil nama Ye Hua. Ia sudah cukup menderita; ia tidak ingin menambahkan lebih banyak penderitaan.

Niang Niang, mohon lepaskan tangan hamba,” Nai Nai memohon, berurai air mata. “Hamba akan pergi mencari Yang Mulia. Hamba akan menjemput Pangeran.”

Ia begitu kesakitan sampai ia tidak mampu berbicara. Yang dapat dilakukannya hanyalah menggerakkan mulutnya, “Tetaplah bersamaku sebentar lagi, Nai Nai, hanya sebentar lagi.”

Nai Nai menangis lebih kencang lagi.

***

Seorang anak lelaki.

Ia tidak tahu kapan Ye Hua datang, tetapi saat ia terbangun, ia merasakan tangan Ye Hua menggenggam tangannya. Tangannya lagi-lagi terasa sedingin es, dan meskipun membuatnya gemetar memeganginya, ia menahan dirinya supaya tidak menarik tangannya.

Ye Hua menggendong bayinya dan berkata, “Eluslah wajah kecilnya, Su Su. Kau akan merasakan betapa miripnya ia denganmu.”

Ia tidak bergerak. Ia mengandung bayi ini selama tiga tahun. Tak terhitung berapa hari dan malam ia menemani Su Su dan tentu saja ia mencintai anaknya, tetapi ia tidak akan bisa membawanya kembali ke Gunung Jun Ji bersamanya. Ia sudah memutuskan untuk meninggalkannya. Ia tidak ingin menyentuh ataupun menggendongnya, untuk menimbulkan berbagai bentuk keterikatan.

Ye Hua tetap duduk di sisinya untuk waktu yang lama. Ia tidak pernah mengutarakan sepatah kata pun, tidak bahkan saat bayi itu rewel dan menangis.

Segera setelah Ye Hua pergi, ia memanggil Nai Nai datang. Ia memberitahu gadis pelayannya kalau ia menamai bayi itu dengan nama A Li. Ia meminta Nai Nai berjanji untuk selalu menjaganya baik-baik. Sama sekali tidak curiga, Nai Nai pun menyetujuinya.

***

Ye Hua datang menjenguk Su Su setiap hari. Ye Hua tidak pernah benar-benar banyak bicara. Di masa lalu, Su Su merupakan orang yang suka mengobrol, tetapi tidak lagi. Sering kali, mereka berdua hanya duduk di sana dalam diam. Beruntungnya, diamnya dirinya tidak membuat Ye Hua marah. Ia jelas memahami betapa lemah dirinya setelah melahirkan.

Selama masa hening itu, kadang-kadang ia akan teringat hal terakhir yang dilihatnya sebelum kehilangan matanya, mata Ye Hua yang penuh dengan aura dingin. Kapanpun ia teringat bayangan itu, ia akan mengalami tremor yang tak disengaja.

Ye Hua tidak mengatakan sepatah kata pun padanya tentang pernikahannya yang sebentar lagi akan berlangsung dengan Su Jin. Begitu pula dengan Nai Nai.

Dibutuhkan waktu tiga bulan sebelum Su Su pulih sepenuhnya setelah persalinan. Ye Hua membawakannya berbagai kain berbeda dan memintanya untuk memilih satu yang paling disukainya. Ye Hua ingin membuatkannya sebuah gaun pernikahan.

“Aku sudah menjelaskan, Su Su, kalau aku ingin menikahimu.”

Ia merasa itu aneh, Ye Hua ingin menikahinya padahal ialah yang mencungkil matanya.

Setelahnya, ia pun paham. Ye Hua merasa berasalah padanya. Ia adalah seorang manusia tanpa mata, dan meskipun Ye Hua memandangnya hina dan menganggap kebutaannya adalah salahnya sendiri, Ye Hua juga melihatnya dengan belas kasihan. Ye Hua bisa memiliki selir sebanyak yang ia inginkan, dan memberikannya status sebagai istrinya tidak akan merugikannya apapun.

Ia tahu ia harus pergi. Tidak ada alasan baginya untuk tetap berada di Jiu Chong Tian.

Nai Nai keluar berjalan-jalan bersamanya. Mereka berdua mengulangi rute dari Istana Xi Wu menuju Zhu Xian Tai. Nai Nai merasa itu aneh, tetapi Su Su menjelaskan pada gadis pelayan setianya itu bahwa ia menikmati wangi harum bunga teratai di sepanjang jalannya.

Dalam dua minggu, ia mempelajari cara mengandalkan indranya untuk mengarahkan jalannya dengan mulus antara Istana Xi Wu dan Zhu Xian Tai.

Menipu Nai Nai tidak bisa lebih mudah lagi.

***

Berdiri di atas Zhu Xian Tai, Su Su tiba-tiba saja merasa seringan angin. A Li berada dalam perawatan Nai Nai, jadi ia tidak perlu mencemaskannya. Berdiri di atas ketinggian Zhu Xian Tai ini, dikelilingi oleh awan dan kabut yang tak bertepi, ia mendadak mempunyai keinginan untuk menjelaskan kepada Ye Hua untuk yang terakhir kalinya kalau ia tidak mendorong Su Jin, bahwa bukan dirinyalah yang berutang terhadap Su Jin, tetapi merekalah yang berutang kepadanya. Mereka berutang sepasang mata dan masa depan yang tenang dan stabil.

Selagi mereka masih berada di Gunung Jun Ji, Ye Hua memberikannya sebuah cermin perunggu yang indah. Ia sering kali berpergian ke tempat yang jauh untuk mengurusi beberapa urusan penting. Takut kalau dirinya akan kesepian, Ye Hua mengeluarkan pusaka ini dari dalam lengan jubahnya dan memberitahunya bahwa, tidak peduli dimanapun ia berada, yang perlu dilakukan Su Su adalah memanggil namanya menghadap pada cermin itu dan ia akan mendengarnya. Selama Ye Hua tidak sibuk, ia akan berbicara dengannya.

Su Su tidak tahu mengapa ia masih membawa cermin ini kemana-mana bersamanya. Mungkin karena ini merupakan satu-satunya hadiah yang pernah diberikan Ye Hua kepadanya.

Ia mengeluarkan cermin itu. Sudah lama sekali semenjak ia memanggil namanya, dan terasa tidak natural.

“Ye Hua,” katanya.

Terdapat jeda panjang sebelum ia mendengar suara Ye Hua di telinganya.

“Su Su?”

Ia jadi terdiam sesaat sebelum berkata, “Aku akan kembali ke Gunung Jun Ji. Jangan datang mencariku. Aku akan baik-baik saja sendirian. Jagalah A Li untukku. Dulu, aku bermimpi kalau suatu hari nanti, aku dapat menggenggam tangannya dan memandangi bintang bersamanya, melihat bulan, awan, sinar matahari, dan menceritakan padanya kisah bagaimana kita bertemu di Gunung Jun Ji. Itu tidak akan pernah terjadi sekarang.” Ia berpikir sejenak dan menambahkan, “Jangan beritahu padanya kalau ibunya hanyalah seorang manusia, makhluk abadi di Kerajaan Langit, semuanya akan memandang rendah kami.”

Itu merupakan ucapan perpisahan biasa, tetapi tiba-tiba saja ia merasakan air matanya menggenang. Ia mendongakkan kepalanya ke atas sebelum menyadari ia tidak memiliki mata: Darimana pula air matanya akan berjatuhan?

“Dimana kau sekarang?” Ye Hua bertanya, suaranya tegang.

“Zhu Xian Tai,” ia berkata pelan. “Su Jin bilang padaku, kalau aku melompat dari sini, aku bisa kembali ke Gunung Jun Ji. Aku sudah terbiasa buta. Gunung Jun Ji adalah rumahku, dan aku akrab dengan kawasannya. Aku bisa hidup di sana sendirian, tidak akan sulit. Kau tidak perlu khawatir.” Ia menjeda sebelum berkata, “Seharusnya aku tidak menyelamatkanmu dulu. Kalau aku bisa mengembalikan waktu, Ye Hua, aku tidak akan menyelamatkanmu.”

“Su Su,” Ye Hua menginterupsi. “Tetap dimana kau berada. Jangan bergerak. Aku segera ke sana.”

Pada akhirnya, ia tidak membela dirinya, tidak menjelaskan bahwa ia tidak mendorong Su Jin. Mereka tidak akan bertemu lagi di kehidupan ini. Benar dan salah, baik dan buruk tidak lagi jadi masalah.

“Ye Hua, aku melepaskanmu,” ia memberitahu Ye Hua lirih. “Kau pun harus melepaskanku. Kita tak lagi saling berutang apa-apa.”

Cermin yang ada di tangan Su Su terjatuh dengan bunyi gemerincing, menenggelamkan raungan ganas Ye Hua.

“Berdiri saja di sana. Kau tidak boleh melompat ...”

Su Su berbalik dan melompat dari Zhu Xian Tai. Desahan panjangnya tersesat dalam angin yang berputar.

Aku tidak meminta apapun lagi darimu, Ye Hua. Inilah yang seharusnya.

Ia tidak tahu kalau Zhu Xian Tai hanya untuk para makhluk abadi, bahwa, apabila seorang manusia melompat ke dalamnya, mereka hanya akan berubah menjadi debu yang berterbangan dan mati terbakar.

Ia pun tidak tahu kalau ia sebenarnya bukanlah seorang manusia.

***

Lompatan dari Zhu Xian Tai menyebabkan luka serius padanya. Kekuatan penghancur dari Zhu Xian Tai lebih kuat dari ribuan prajurit makhluk abadi, membelah segel yang ada di keningnya.

Ia tidak tahu makna dari tahi lalat merah di keningnya, yang sudah ada di sana selama dua ratus tahun, semenjak Raja Hantu Qing Cang melepaskan diri dari Lonceng Dong Huang. Dalam misinya menguncinya kembali, ia bertarung melawannya, dan akibat dari pertarungan ini, Qing Cang meletakkan sebuah segel padanya. Ia mengambil wujudnya, ingatannya, semua kekuatan makhluk abadinya dan mengubahnya menjadi seorang manusia.

Segala hal dari masa lalu kembali padanya, satu per satu, tetapi dalam pikiran kacaunya, ia menemukan kejelasan. Bertahan menghadapi rasa sakit yang menyiksa dari kekuatan penghancur yang dirasakan tubuh abadinya, ia mendengar sebuah suara dalam dirinya berkata perlahan.

Bai Qian, kau terlahir dari embrio makhluk abadi. Kau tidak pernah harus menempa energi spiritual apapun untuk menjadi seorang makhluk abadi. Tetapi, tidak ada satu hal pun di Empat Lautan dan Delapan Dataran yang datang semudah ini. Bagaimana mungkin menjadi seorang dewi agung tanpa mengalami ujian langit? Beberapa dekade terakhir dari cinta dan benci, rasa terima kasih dan dendam, bukanlah apa-apa, melainkan ujian langitmu.

Ia pingsan di bagian timur Laut Timur di Sepuluh Mil Kebun Persik milik Zhe Yan.

Saat akhirnya ia tersadar, Zhe Yan menghela napas lega. “Ibumu, Ayahmu, Kakakmu, semuanya sudah membuat diri mereka gila mencari dirimu, dan aku begitu cemas sampai aku tidak tidur nyenyak dengan baik selama dua ratus tahun ini. Tetapi, apa yang terjadi dengan matamu? Dan mengapa kau diselimuti dengan luka?”

Entah bagaimana ingatannya rusak dikarenakan jatuhnya dari Zhu Xian Tai, membuatnya berada dalam kondisi kebingungan. Tetapi, ia masih ingat dengan jelas bagaimana ia terluka. Apakah itu? Hanya ujian langit yang telah ditakdirkan.

Ia tersenyum pada Zhe Yan dan berkata, “Sepertinya aku ingat kalau kau punya sebuah obat untuk membuat orang melupakan hal-hal yang ingin mereka lupakan?”

Zhe Yan menaikkan sebelah alisnya. “Sepertinya, kau menderita sangat parah beberapa tahun terakhir ini.”

Memang benar. Beruntungnya, hanya beberapa tahun saja.

Ia berdiri di hadapan periuk obat yang menggelegak, memperhatikan pengukus itu.

Ia menelan seluruhnya. Tidak ada lagi Su Su dari Gunung Jun Ji, ia hanya seseorang yang diimpikan oleh Dewi Agung Bai Qian, putri bungsu dari Bai Zhi, Kaisar Kerajaan Qing Qiu. Itu merupakan sebuah mimpi yang mengandung penderitaan yang mengerikan, tetapi juga beberapa romansa bunga persik.

Segera setelah ia terbangun dari mimpi ini, ia sepenuhnya melupakan segalanya.

***

Tiga ratus tahun kemudian.

Putra baru Raja Air Laut Timur merupakan kebanggaan serta kebahagiaannya. Untuk menyiapkan perjamuan satu bulanan putranya, ia cuti dari pertemuan paginya di Istana Ling Xiao selama beberapa hari. Tian Jun berpura-pura tidak menyadari ketidakhadiran Raja Air itu, tetapi itu menarik perhatian dari Duo Bao Yuan Jun. Mengapa meributkan sebuah perjamuan yang sederhana?

Untuk memadamkan rasa penasarannya, ia mencari Nan Dou Zhen Jun, yang selalu berhubungan baik dengan Raja Laut Timur.

Kehidupan di Jiu Chong Tian cenderung kekurangan intrik, dan para makhluk abadi ini telah menjadikan ketidakhadiran Raja Laut Timur sebagai topik pembicaraan selama beberapa saat sekarang. Melihat Duo Bao Yuan Jun menangkap banteng dengan tanduknya, mereka semua mulai berkerumun di sekeliling Nan Dou Zhen Jun.

(T/N : Menangkap banteng dengan tanduknya bermakna menyelesaikan sesuatu/menangani bahaya dengan gagah berani.)

Nan Dou Zhen Jun menatap mereka sedikit kebingungan. “Teman-teman dewa, tentunya kalian sudah mendengar bahwa Gu Gu dari Qing Qiu telah menerima undangan untuk menghadiri perjamuan Raja Laut Timur.”

(T/N : Gu Gu (bibi) di sini merujuk untuk seorang wanita yang dituakan/dihormati.)

Qing Qiu berada di tengah Dataran Besar, tidak terlalu jauh dari Laut Timur, dan saat Nan Dou Zhen Jun mengucapkan namanya, ia menyatukan tangannya dan membungkuk ke arah timur dan Qing Qiu.

Gu Gumemiliki masalah dengan matanya, yang artinya ia tidak dapat melihat secara langsung terhadap segala sesuatu yang terang,” ia menjelaskan. “Raja Air Laut Timur cemas, sebab, dinding koral dan ubin mengilap di Istana Kristal Air Laut Timur bersinar dengan terangnya. Ia menghabiskan beberapa hari terakhir ini mencari rumput lili air, ia bermaksud untuk menenunnya menjadi helaian untuk menutupi apapun yang terlalu terang.”

Setelah mendengarkan kabar ini, Istana Ling Xiao menjadi hiruk-pikuk.

Gu Gu merupakan putri Bai Zhi Di Jun, Bai Qian. Ia termasuk dalam generasi yang lebih tua dari para dewa-dewi prasejarah, dan untuk menunjukkan rasa hormat mereka, semua makhluk abadi menyebutnya dengan sebutan Gu Gu.

Di saat Pan Gu, pencipta alam semesta, menggunakan kapaknya dan membelah langit dari bumi, semua klan besar mulai bertarung. Ini terus berlanjut tanpa penangguhan hukuman selama bertahun-tahun, dan ada suksesi panjang dari penguasa berbeda di langit juga di bumi. Kebanyakan dewa prasejarah telah terampas. Mereka yang ditakdirkan untuk lenyap, telah punah, dan mereka yang ditakdirkan untuk jatuh dalam kematian, sudah  mati.

Hanya sedikit sekali dewa-dewi yang tersisa. Mereka termasuk Tian Jun dan keluarganya di Jiu Chong Tian; Zhe Yan yang cenderung tinggal di perbatasan Sepuluh Mil Kebun Persiknya di bagian timur Laut Timur, menyendiri; dan Bai Zhi Di Jun dari Qing Qiu serta keluarganya.

Nama Bai Qian tidak mungkin disinggung tanpa menyebutkan sebuah insiden yang juga melibatkan Klan Langit, sebuah masalah yang seharusnya menjadi rahasia, tetapi sebenarnya diketahui oleh semua orang.

***

Lima puluh ribu tahun yang lalu, Bai Qian dan putra kedua Kaisar Langit, Sang Ji, bertunangan. Mereka semestinya menjadi pasangan yang sempurna, tetapi Sang Ji jatuh cinta pada gadis pelayan Bai Qian dan membatalkan pertunangannya.

Bai Zhi Di Jun tidak tahan dengan penghinaan itu, dan ia pergi ke Jiu Chong Tian bersama Zhe Yan untuk menemui Tian Jun, meminta keadilan.

Tian Jun marah besar terhadap putra keduanya. Sebagai hukumannya, ia menujuk Sang Ji menjadi Raja Air Laut Utara, oleh sebab itu, mengusirnya ke utara. Setelah ini, ia menurunkan sebuah titah langit yang mana ia bersumpah demi kehormatan Klan Langit, bahwa, pewarisnya, Tian Jun selanjutnya, akan menikahi Bai Qian dan menjadikannya sebagai Tian Hou (Permaisuri Langit).

Tiga ratus tahun kemudian, Kaisar Langit mengumpulkan semua orang bersama-sama dari Empat Lautan dan Delapan Dataran untuk mengumumkan bahwa cucu tertuanya, Pangeran Ye Hua, akan menjadi Tian Jun selanjutnya.

Semua makhluk abadi di Jiu Chong Tian yakin, mereka akan segera meminum anggur perayaan bersatunya Ye Hua dan Bai Qian. Tetapi, tiga ratus tahun berlanjut, masih belum ada kabar tentang pernikahan mereka.

Pangeran Ye Hua sudah memiliki seorang putra, tetapi tidak dengan istri resmi. Dan Dewi Agung Bai Qian tetap berada di Kerajaan Qing Qiu, menolak semua undangan dari makhluk abadi lainnya.

Keduanya tetap tidak menikah, sebuah fakta yang anehnya tidak membuat mereka khawatir.

Para dewa-dewi mengeluarkan desahan tertahan dan berbincang kagum tentang keberuntungan Raja Laut Timur. Gu Gu Bai Qian sudah terkenal tidak pernah meninggalkan Qing Qiu selama puluhan ribu tahun. Fakta dirinya menerima undangannya akan meningkatkan martabatnya tanpa akhir.

“Ini benar-benar masalah kehormatan yang besar baginya,” Nan Dou Zhen Jun menyetujui sambil mengangguk. “Tetapi, Raja Laut Timur merasa sangat gelisah. Ia tidak menyangka Gu Gu menerima undangannya, dan jadilah ia mengundang Raja Laut Utara juga. Ditambah lagi, beberapa hari yang lalu, ia mendengar kalau Putra Mahkota Ye Hua sedang melakukan perjalanan ke Dataran Timur bersama putranya dan berencana untuk mengunjungi Laut Timur di perjalanan pulangnya untuk menghadiri perjamuannya. Mereka bertiga pasti akan bertemu di perjamuan, dan Raja Laut Timur ketakutan itu akan menjadi sebuah resep untuk bencana besar.”

Penghuni Jiu Chong Tian kebanyakan terdiri dari dewa-dewi yang lebih tua, dewa-dewi yang lebih senior yang mengetahui situasi di antara Raja Laut Utara, Dewi Agung Bai Qian, dan Putra Mahkota Ye Hua. Namun, ada satu yang baru saja menjadi makhluk abadi, seorang dewi.

“Siapa itu Gu Gu dari Qing Qiu?” ia bertanya bodoh. “Dan mengapa pula ada dendam antara dirinya, Putra Mahkota Ye Hua, dan Raja Air Laut Utara?”

Si dewi bodoh ini tercengang mendengarkan apa yang diberitahukan kepadanya. Dengan ekspresi terpesona di wajahnya, ia mengguncangkan kipas putih tak berlukisan di tangannya dan berkata, “Jadi, Raja Laut Utara, atas kemauannya sendiri, menyinggung Bai Zhi Di Jun demi menikahi gadis pelayan Gu Gu? Wanita itu pasti sangatlah cantik baginya sampai melakukan hal tersebut.”

Duo Bao Yuan Jun menutup mulutnya dan berdeham. “Aku pernah melihat gadis itu satu kali. Sang Ji membuatnya berlutut di hadapan Kaisar Langit di sebelahnya, memohon Ayahnya untuk menerima cinta mereka. Ia memang seorang gadis yang cantik, tetapi ia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mantan majikannya, Bai Qian. Aku belum pernah melihat Gu Gu dengan mata kepalaku sendiri, tetapi yang kudengar, ia bahkan lebih cantik daripada ibunya.”

Nan Ji Xian Jun merupakan yang tertua di antara mereka. “Pernah sekali aku melihat Gu Gu,” ia merenung, membelai janggutnya yang sepanjang lantai. “Aku masih seorang pemuda yang melayani Kaisar Langit. Aku menemani Tian Hou ke Kebun Persik Zhe Yan untuk mengagumi bunga persiknya. Gu Gu sedang menari di bawah batang-batang pepohonan persik. Aku terlalu jauh untuk melihat dengan jelas. Aku hanya bisa melihat gaun merahnya di antara bunga-bunga indah. Dan caranya menari terlihat penuh dengan keanggunan, penuh dengan keanggunan.”

Kumpulan makhluk abadi ini mendesah bersamaan dan menyatakan, betapa sedihnya bagi seseorang dengan kecantikan yang memikat ditolak cintanya seperti itu. Takdir selalu membuatmu kesal, mereka berkomentar sambil meremas-remas tangan mereka sedih, sebelum berpisah, merasa sangat puas.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar