Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 4 Part 1


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 4 Part 1


Sayup-sayup, dalam tidurnya, Fengjiu mendengar embusan angin kencang yang menjerit di telinganya. Mengira bahwa itu adalah mimpi, ia kembali menutup matanya dengan tenang dan tetap tidur.

Tetapi segera setelah kelopak matanya terbuka, Fengjiu tersentak bangun. Dewa Matahari dalam kereta kudanya sudah menyebarkan sinar paginya di atas langit.

Dewa itu mendekat dan keluar dari kereta kudanya untuk membungkuk hormat ketika ia melihat Donghua.

Rentang peri mengintip di balik awan, membesar di bawah kaki mereka; beberapa bukit hijau mengintip dari pandangan.

Fengjiu membeku sekian lama. Saat ia akhirnya menemukan cukup energi untuk mengendalikan gemetarnya, Fengjiu mendongak dan memastikan bahwa ia masih berupa sebuah saputangan sutra.

Mati rasa, Fengjiu melihat ke sekeliling untuk mengetahui kenapa ia bisa mendengar dengan jelas embusan angin. Dan ternyata hal itu karena, Fengjiu diikatkan ke hulu pedang Donghua dan dikenakan di pinggangnya.

Mereka meluncur bersama di atas angin dan awan. Kebingungan, Fengjiu mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. 

Sudah pasti ia berhasil kabur, jadi mengapa Fengjiu masih di sini? 

Apakah ia tertangkap lagi setelahnya? 

Tetapi ia tidak ingat sama sekali soal itu.

Mungkin saja Fengjiu tidak pernah melarikan diri. Mungkin setelah Donghua berganti pakaian tidurnya, ia menyimpan Fengjiu di dalam lengan pakaiannya lagi dan ia pun tertidur bersama Donghua, dan semuanya hanyalah mimpi belaka.

Fengjiu mencoba memantapkan dirinya dan merasa bahwa penjelasannya menjadi begitu masuk akal. Itu mimpi indah, pikirnya, cukup berkesan ...

Hanya saat Gunung Fuyu muncul di depan matanya dan angin sayu bersiul melewati telinga Fengjiu, barulah ia terlambat menyadari kalau Donghua sedang berduel dengan Yan Chiwu hari ini, dan ia kebetulan saja sial dan terbawa hingga ke wilayah Selatan.

***

Perseteruan antara Donghua dan Yan Chiwu dimulai tiga ratus tahun yang lalu. Menurut legenda, dimulai karena seorang wanita. Tentu saja legenda ini tak banyak tersebar, dan semua orang yang mengetahui cerita aslinya masih merasa kalau Donghua tidak bersalah.

Tahun itu, ketika Raja Iblis Merah Xuyang berencana untuk menikahkan adik perempuannya, Putri Jiheng ke Klan Dewa, ia mencari ke kiri dan kanan hingga akhirnya memilih Donghua Dijun dari Istana Taichen.  

Apa yang tidak diketahui Xuyang adalah bahwa Raja Iblis Biru, Yan Chiwu ternyata telah jatuh cinta pada wanita yang sama, yang terkenal kecantikannya di Dunia Iblis itu.

Akan tetapi, Jiheng adalah seorang yang romantis. Ia selalu lebih menyukai puisi pedih dan musik menyedihkan dari seorang pria yang sopan dan halus.

Sayangnya bagi Yan Chiwu, meskipun cukup ternama di seluruh wilayah Selatan, ia sebenarnya orang yang kasar dan tak tahu adat.

Putri Jiheng sama sekali tidak menghiraukannya. Ia justru jauh lebih menyukai pilihan terbaik kakaknya. Pernah Jiheng bahkan sengaja memuji Donghua di hadapan Yan Chiwu.

Pujian dari Jiheng hanya menambah rasa cemburu Yan Chiwu yang makin membara. Tiada tempat untuk melampiasakan rasa frustasinya, Yan Chiwu mengirimkan sebuah undangan duel langsung ke Istana Taichen.

Donghua pada masa itu telah menyepi selama bertahun-tahun, tetapi karena lawannya mengirimkan sebuah undangan tepat ke depan pintu kediamannya, ia tak punya alasan untuk menolak.

Setelah pertarungan yang menghancurkan Bumi di Gunung Fuyu, sebagai upaya terakhir, Yan Chiwu menggunakan tipuan. Ia menggunakan Giok Pengunci Arwah untuk menjebak Donghua yang tak curiga sama sekali, ke dalam Lingkup Teratai Jahat—dan inilah bagaimana Fengjiu berhasil mendapat kesempatan untuk menemaninya selama tiga bulan.

***

Pada saat itu, Fengjiu cukup berterima kasih pada Yan Chiwu karena membuat masalah dan merusak persatuan Donghua dengan Klan Iblis.

Donghua pun tidak terlihat begitu memikirkan soal perjodohannya dalam hati sehingga Fengjiu pun perlahan melepaskan rasa khawatirnya.

Fengjiu tidak pernah membayangkan bahwa dalam waktu tiga bulan itu akan ada satu malam ketika bunga bermekaran dan lentera yang dinyalakan terang akan menghiasi wilayah Istana Taichen.

Di bawah matahari sore yang hangat, sebuah tandu dibawa memasuki istana utama untuk tamu penting. Tamu paling penting ini tak lain tak bukan adalah si cantik malapetaka Jiheng.

(T/N : 红颜祸水 hongyan huoshui – ‘si wajah cantik yang membawa kebanjiran’. Biasa digunakan pada wanita cantik yang menyebabkan bencana.)

Di atas jembatan giok putih, gadis di dalamnya mengangkat tirai dan turun dari tandunya, jemari elegannya diistirahatkan di atas sulur phoenix. Bibirnya diwarnai, giginya putih, matanya bersinar terang.

Kabut perlahan menghilang dari permukaan danau; di atas air yang beriak terdapat refleksi dari rambutnya yang ditata tinggi. Seperti itu saja, dengan gerakan yang anggun, ia telah menciptakan satu pertunjukan yang menarik dan begitu lembut.

Bahkan Fengjiu yang bersandar di kaki Donghua merasa lengah karena pemandangan itu. Fengjiu merupakan orang terakhir di Istana Taichen yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi hari itu di atas jembatan giok.

Setelahnya, Zhi’he yang memberitahu Fengjiu soal kabar ini. Ternyata, Donghua telah menyetujui pernikahan ini, ia bahkan terlihat menyambut ide ini.

Kata-kata sederhana itu mengebor telinga Fengjiu seperti petir yang datang di siang hari. Dalam sekejap, ia merasa dunianya telah runtuh.

Lalu ketika malam pernikahan, saat kerudung merah menyala pengantin wanita diangkat, entah bagaimana caranya, pengantin wanitanya telah berubah menjadi Zhi’he.

Pikiran Fengjiu campur aduk jadi satu selama beberapa hari sebelum ia pergi. Ia hanya tahu, Zhi’he memberitahunya kalau hal seperti ini sudah biasa di dunia manusia. Pasangan muda terlalu keras kepala dan gengsi untuk mengerti satu sama lain. Ikatan pernikahan hanyalah sebuah batu cobaan untuk cinta sejati. Sama halnya untuk Zhi’he dan Donghua.

Fengjiu terlalu tak berpengalaman, jadi ia mempercayai segala omong kosong itu. Ia merasa terluka akan kenaifannya sendiri. Satu hal yang Fengjiu ketahui dengan pasti adalah bahwa Donghua tidak lagi ‘muda’, jadi ujian untuk lovebirds muda tak berlaku untuknya.

Melihat lagi ke belakang, Fengjiu menyadari semuanya mungkin saja hanya bualan Zhi’he. Kalau tidak, mana mungkin Tianjun marah besar dan mengasingkannya ke dunia manusia. Setelah melalui begitu banyak hal dalam hidup, Fengjiu tidak bodoh lagi.

Setelah dipikirkan dengan baik, Fengjiu tahu kalau kemungkinan Donghua menyukai Zhi’he sangatlah kecil. Jika ia benar menyukai adik angkatnya yang angkuh itu, maka Donghua tidak pantas mendapatkan cintanya selama ini.

Pada akhirnya, Fengjiu hanya bisa menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia tidak bisa memastikannya. Fengjiu hanya merasa bahwa ketika Donghua menyetujui pernikahannya dengan Jiheng, itu mungkin saja karena kekaguman semata.

Sejujurnya, bahkan di bawah mata menelisik Fengjiu, Putri Jiheng benar-benar baik dan pemberani. Belum lagi soal kecantikannya, talentanya, atau bahkan kebajikannya, hanya fakta bahwa Jiheng menolong mereka tanpa pamrih di dalam Lingkup Teratai Jahat saja sudah cukup mengagumkan. 

Hanya menunggu waktu saja hingga Donghua akan benar-benar menyukai Jiheng. Fengjiu pun, tentu saja membantu Donghua di dalam Lingkup Teratai Jahat.

Tetapi bahkan dari sekian banyak koleksi skenario menggelikan milik bibinya tidak akan mengandung perkataan berikut: “Seorang pria bangsawan diselamatkan oleh seorang gadis dan peliharaan kesayangannya. Si bangsawan akhirnya lebih memilih peliharaannya daripada si gadis.

Untuk alasan inilah, Fengjiu menerima kekalahannya dari Jiheng tanpa protes.

***

Angin dingin berdecit di bukit Gunung Fuyu. Dalam sekejap mata, kepuhan awan datang bergulir. Wilayah yang luas itu semuram wilayah peperangan.

Fengjiu kembali dari lamunannya. Ia murung, tetapi dengan cepat kembali bersemangat setelah melihat sekelilingnya.

Fengjiu dilahirkan di masa damai, tidak pernah sekali pun menyaksikan peperangan terkenal yang dicatat dalam buku sejarah. Kesempatan langka datang dua ratus tahun lalu ketika paman iparnya, Yehua, bertarung melawan Raja Setan Qingcang.  

Dikatakan bahwa itu cukup memukau, tetapi sialnya, Fengjiu tengah terjebak di dunia manusia untuk membayar utang. Selama dua ratus tahun ini, ia berdoa pada Langit tiap ulang tahunnya agar ada beberapa dewa yang terkait perselisihan hingga berubah menjadi pertarungan.

Tetapi Langit tidak mengabulkan permintaannya; malahan hubungan antar dewa semakin erat tiap tahunnya. Fengjiu hanya punya sedikit harapan kalau impiannya akan terkabul, tetapi tanpa diduga, ia mendapatkan jackpot hari ini dan akhirnya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri. Hatinya pun bernyanyi gembira.

Apa pun masalahnya, Raja Iblis ini berhasil menipu Donghua di masa lalu. Meskipun caranya agak tak bermoral, ia memang berbakat, dan ia pasti seorang lawan yang sepadan. Rumor mengatakan kalau Yan Chiwu ini orang yang terus terang dan berjiwa bebas.

Saking bebasnya, dua pukulan dari palu godamnya dan sejejak kakinya mampu mengguncang pegunungan, teriakannya mampu memindahkan angin dan awan.

Di dalam bayangan Fengjiu, Yan Chiwu ini paling tidak harusnya sehebat itu. Ia membayangkan dan tertipu oleh imajinasinya sendiri. Dengan napas tertahan, Fengju menunggu Donghua untuk mengipasi kabut tebal ini agar akhirnya bisa melihat si pendekar berjiwa bebas ini.

Gunung Fuyu terletak di perbatasan antara wilayah Selatan yang merupakan wilayah kekuasaan dari Klan Iblis dengan wilayah Barat yang dikuasai oleh keluarga Rubah Putih. Letaknya tersembunyi di balik awan, dan merupakan gunung yang terkenal akan dewa dan iblis.

Setelah awan tebal menghilang, di atas Gunung Fuyu berdirilah seorang pria, bukan membawa palu godam. Malahan muncul seorang pemuda yang masih sangat muda juga terlihat lembut, berpakaian serba hitam.

Tak sabaran, ia menggigiti kuaci biji melon sambil berjongkok di atas puncak gunung; sisa kulit kuaci pun berserakan di tanah. Fengjiu melihat ke sekitar. Mungkinkah klan pemimpin diperbolehkan terlambat beberapa jam?

Tiba-tiba saja, si pemuda yang mengigiti kuaci itu melompat ke atas awan dan terbang lurus tepat menuju arah mereka; sosoknya elegan, bibirnya merekah, dan giginya putih. Dari tanah dewa manakah pria tampan ini berasal ... Fengjiu pun hanya bisa melongo melihatnya.

Si pemuda tampan berdiri di atas sebuah awan hanya beberapa meter jauhnya dari mereka. 

Ia menarik sebuah pedang panjang, dan dengan keinginan membunuh, menunjuk Donghua kemudian berteriak, “Berengsek kau, Muka Es. Kakekmu telah menunggu di sini setengah harian. Yang paling kubenci adalah orang-orang yang suka membuang waktu. Jangan takut! Cepat dan ambil senjatamu. Segera selesaikan ini. Kecuali aku memberikanmu pukulan yang bagus hari ini, aku tak akan bisa menghapuskan aib di masa lalu. Aku akan membuat namamu ditulis terbalik kali ini!!!”

Syok ... adalah apa yang dirasakan Fengjiu.

Fengjiu tercengang menatap si pemuda tampan yang terus saja memanggil dirinya dengan sebutan ‘kakek’. Menelan ludah, Fengjiu paham dari perkataannya kalau ia adalah Yan Chiwu, satu dari tujuh Raja di Klan Iblis.

Tetap saja ini masih cukup membingungkan. Fengjiu pernah mendengar segala macam cerita mengenai Yan Chiwu dan singkatnya, mereka semua setuju bahwa Yan Chiwu adalah orang yang bodoh baik soal selera dan kelakuan.

Untuk alasan itulah, Putri Jiheng tidak bersedia menikah dengannya. Mungkinkah bahkan pria tak tahu adat dari Dunia Iblis pun tampak seperti pemuda tampan begini?

Fengjiu tak sanggup menahan dirinya dari khayalannya. Kalau begitu, akan seperti apa pria bangsawan yang dikatakan oleh mereka? 

Saat Fengjiu membayangkan tampilan seorang pendekar berbulu menghadap ke arah matahari tenggelam dan membacakan puisi kepedihan, perut Fengjiu tiba-tiba saja bergejolak.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar