Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1
Chapter 4 Part 2
Semuanya berada dalam perkiraan Donghua.
Setelah membiarkan Yan Chiwu meraung sepuas hatinya, ia pun dengan sopan menggesturkan tangannya: “Kau duluan.”
Sikap acuh tak acuh Donghua membuat Yan Chiwu marah.
Ia memberikan pelototannya yang menunjukkan sifat premanismenya: “Duluan nenekmu.”
Angin kencang menyambung, arus tak menyenangkan berputar di belakangnya; di atas sungai yang seperti tinta tanpa batas ada pasukan bersenjata.
Tidak pernah melihat adegan ini sepanjang hidupnya, Fengjiu mulai merasa mual.
Donghua, di lain pihak, justru terlalu tenang. Ia bahkan mengangkat tangannya untuk merapikan saputangan—itu adalah Fengjiu, yang tertiup oleh embusan angin kencang, agar ia dapat bergantung dengan aman di hulu pedangnya.
Yan Chiwu mencemooh. Wajahnya terlihat sempurna bagaikan musim semi di bawah cahaya rembulan.
“Karena aku berani mengajakmu bertarung, aku sudah datang dengan persiapan,” ia berkata dingin.
Yang cukup mengejutkan, Fengjiu mulai melamun lagi di saat begini. Ia menduga pasti ada alasan lain lagi kenapa Jiheng tidak menyukai si Yan ini.
Mungkin saja Jiheng tidak ingin memiliki suami yang berparas jauh lebih cantik dari dirinya untuk menghindari kehilangan muka ketika mereka berdiri berdampingan.
Mendongak, Fengjiu melihat Yan Chiwu mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pasukan di bawahnya. Wajahnya bercahaya bahkan lebih indah lagi dengan bantuan senyuman yang tampak gembira sekali.
Fengjiu mengangguk diam-diam dalam benaknya. Benar, itu pasti alasan mengapa Jiheng tidak memilih Yan Chiwu.
“Lihatlah. Formasi iblis ini adalah sesuatu yang baru saja aku kembangkan. Dibentuk dari 7000 arwah manusia ... cukup merepotkanku. Mereka semua adalah arwah jahat, tetapi kalau kau menghancurkan mereka, kau akan menghancurkan kesempatan mereka untuk menebus dosa dan bereinkarnasi. Aku, juga, ingin melihat bagaimana rencana dewa yang penuh kebajikan ini untuk menghancurkan formasiku.”
Dalam sekejap, arwah-arwah manusia itu telah membentuk sebuah pasukan bersenjata. Mereka membawa angin yang melolong dan hujan yang meratap.
Setiap arwah masih dalam wujud manusianya, tetapi mata rakus mereka sama bahayanya dengan serigala. Senjata di tangan mereka menguarkan aura dingin mematikan. Di atas air tanpa ujung itu, ombak mulai mengenai cakrawala.
Kumpulan 7000 arwah yang tanpa akhir itu terus mendatangi mereka, baris demi baris. Sungguh adegan yang mengerikan. Fengjiu gemetar dan makin menempelkan dirinya ke pinggang Donghua.
Fengjiu selalu punya ketakutan akan tempat yang terlalu ramai. Sekarang ia hanya bisa merinding menyaksikan adegan ini. Ia tidak peduli lagi tentang mempelajari pengalaman baru, ia hanya ingin membebaskan dirinya dari Donghua.
Sebelum Fengjiu dapat memikirkan ide apa pun, pedang Cang’he telah ditarik keluar dari sarungnya dan jatuh ke tangan Donghua. Matanya menyapu sekilas para arwah di Gunung Fuyu, kemudian sebelum lama, sebuah cahaya yang terang menyebar dalam radius 100 mil.
Penampakan akan pedang tak terhitung jumlahnya pun muncul, menelan semua energi gelap. Terperangkap dalam lautan pedang berkilauan, yang dapat Fengjiu rasakan adalah sinar putih membutakan dan sakit kepala yang luar biasa.
Fengjiu tidak bisa melihat apa yang dilakukan oleh pedang-pedang itu, ia hanya merasa bahwa ia pun ikut berterbangan di tengah hiruk-pikuk itu. Di telinga Fengjiu hanya terdengar suara raungan menyedihkan bercampur dengan angin dan awan yang mengamuk hebat.
Saat Fengjiu berhasil memulihkan kesadarannya, ia sudah berada di tangan Donghua lagi. Darah telah mengubah air menjadi warna yang aneh. Sesekali, muncul kabut di sekitaran sungai, namun seolah itu adalah lautan dari racun mematikan, kemana pun kabut itu pergi, pepohonan dan tanaman langsung menghilang ditelan asap hijau.
Segera, suara tanpa perasaan milik Donghua memecah udara: “Sudah hancur!”
Kepala Fengjiu berdenyut.
Hancur?
Apanya yang hancur?
Ah, formasi merepotkan ciptaan Yan Chiwu.
Mata Fengjiu baru saja terbiasa dengan cahaya ketika kemarahan Yan Chiwu mengambil alih: “Aku pasti mendapatkan hukuman karena menggunakan 7000 arwah ini sebagai formasi. Mungkin petir sedang menungguku. Tetapi sebagai seorang dewa, tidakkah harusnya kau mencoba segala cara dengan kekuatanmu dan memberi mereka kesempatan?
"Karena pedangmu sekarang telah ternoda oleh darah mereka, kau telah menanggung dosa besar di pundakmu. Terlebih lagi, kau bertindak tanpa setitik pun keraguan. Apakah kau tidak takut kalau suatu hari nanti Langit menangkapmu atas segala kelakuan burukmu?”
Dengan lelah, Fengjiu merapalkan ayat-ayat Buddhanya. Ia berdoa pada Langit agar Yan Chiwu akan dengan tepat mengayunkan pedangnya. Tetapi, meski si Yan ini tepat mengayunkan pedangnya pun, energi yang dikeluarkan dari pedangnya masih bisa melukainya dengan mudah.
Merasa pesimis sesaat, Fengjiu tak dapat mempercayai kalau Donghua melakukan sesuatu yang tidak terhormat begini.
Bagaimana bisa Donghua menghukumnya dengan cara begini, untuk apa yang hanyalah sebuah lelucon ceroboh mengenai keanehannya? Lupakan saja.
Kalau Donghua membawanya pada kematian hari ini, lihat saja bagaimana ia akan memberi penjelasan pada Qingqiu.
Mari lihat bagaimana kakeknya, neneknya, ayahnya, ibunya, paman tertuanya, bibi iparnya, bibinya, paman iparnya, paman kecilnya dan paman ipar kecilnya akan mencari keadilan.
Selagi asyik sendiri dalam kesenangannya, seberkas cahaya keperakab bersinar di ujung langit, memotong kepuhan awan hitam. Yan Chiwu mendengus kesakitan dan tersandung hingga sepuluh meter ke belakang.
Di pertempuran jarak jauh ini, suara santai Donghua terdengar: “Dosa karena membunuh, kau bilang?”
Meskipun tenang, suara Donghua membawa sebuah makna yang dalam.
“Aku sudah tidak memperhatikan perang dan kedamaian selama beberapa milenia ini. Tetapi, apakah kau lupa kalau aku memimpin keenam dunia selama masa kekuasaanku?”
Hujan batu terlempar ke arah Fengjiu, membuatnya merasakan gelombang migrain lainnya.
Donghua masa lalu? Ah! Donghua dari masa itu!
***
Tak ada satu pun yang lebih berwawasan ketimbang Fengjiu mengenai topik ini. Ia tidak bisa mengingat satupun soal sejarah Qingqiu maupun soal pohon keluarga kandungnya, tetapi ia bisa menghafalkan selama tiga hari soal masa lalu Donghua.
Terima kasih karena pengaruh baik dari Donghua, Fengjiu selalu bisa mendapat peringkat pertama dalam tiap kelas sejarah. Sekarang karena ia tak lagi terhubung dengan Donghua, Fengjiu membiarkan beberapa ingatan itu kembali ke pikirannya yang kabur.
Betapa lucunya karena Fengjiu masih bisa mengingat segala detailnya dengan begitu jelas.
Legenda menceritakan soal Pangu yang, dengan satu ayunan kapaknya, menciptakan Langit dan Bumi. Entitas yang lebih ringan mengambang dan menjadi langit, yang lebih padat tenggelam ke bawah dan menjadi bumi.
Dunia tak lagi hanya berupa satu benda setelahnya. Akhirnya terciptalah Yin dan Yang, dan dari sanalah terlahir para dewa dan iblis yang bertarung satu sama lain demi perebutan kekuasaan daratan dan lautan.
Di masa lalu, dunia belum semakmur sekarang dan belum terlalu banyak peraturan. Apa yang ada kala itu adalah kekacauan dan pertumpahan darah.
Di masa awal itu, Klan Manusia dan sebagian dari Klan Goblin masih belum di asingkan ke Dunia Bawah. Tetapi karena mereka terlahir begitu kecil dan lemah, mereka harus bergantung pada dua Klan terbesar, yaitu Klan Langit dan Klan Iblis dan mengalami masa yang malang karena penjajahan.
Ratusan juta tahun terlewat dalam sekejap. Kedamaian masih sangat langka. Terkadang, Klan Iblis yang memerintah seluruh Dunia, terkadang Klan Dewa; kadang Klan Setan pun beruntung dapat bagian; tetapi tiap era hanya bertahan sebentar.
Semua orang mengharapkan seorang pahlawan untuk datang dan menyatukan keenam Dunia, mengakhiri kekacauan tanpa henti ini.
Yang paling penting, semuanya berharap kalau pahlawan ini terlahir dari klan mereka masing-masing.
Dalam beberapa tahun yang singkat, keenam klan dari Peri, Setan, Dewa, Iblis, Manusia, dan Goblin diperbanyak secara eksponensial. Peperangan demi wilayah kekuasaan antar klan meningkat drastis.
Tetapi, Langit tetaplah Langit dengan cara yang tak pernah terprediksi. Di tengah keputusasaan mencari seorang pahlawan baru, tak berayah maupun beribu, ia muncul begitu saja dari Laut Biru suci di ujung langit, seorang anak yang benar-benar berasal dari Langit.
Terlahir di wilayah Timur dimana cahaya baik bersinar, ia pun dengan mudahnya mengambil dua karakter dan menjadikannya sebagai nama, Donghua (Si Hebat dari Timur).
Ialah Donghua Dijun.
Walaupun Donghua ditakdirkan menjadi seorang pahlawan di era itu dan seorang legenda di masa mendatang, tak seperti Putra Mahkota Yehua dari Jiuchongtian, kelahiran Donghua sangatlah senyap.
Tak muncul pertanda seperti misalnya awan emas bertebaran di langit, atau empat puluh sembilan burung lima warna yang mengitari Laut Biru.
(T/N : 五彩 wucai artinya ‘lima warna’. Meski terkadang bisa diartikan sebagai beraneka warna, angka lima sangat penting dalam konteks ini. Lima dipercaya menjadi angka utama dalam budaya Cina dan hanya ada tiga burung kuno, menurut 山海經 Shanhaijing, dengan kelima warna yang ada di bulu mereka: 皇 Huang, 鳳 Feng, dan 鸞 Luan. Tentu saja masih ada burung multiwarna lainnya seperti merak, jadi lebih baik dibedakan dengan memberikan pengertian seperti ini.)
Begitu senyap, bahkan faktanya, tak ada yang tahu darimana asal Donghua. Hanya sebuah versi singkat yang bertahan sejauh ini. Mereka mengatakan kalau Donghua meminum air murni dari asalnya dan menyerap esensi alam untuk mendapatkan hidup yang abadi.
Tetapi bagaimana Langit melahirkan Donghua? Apakah ia hanya muncul begitu saja dari batu, atau seorang penebang pohon menemukannya sedang berjongkok di dalam batang bambu dan membawanya pulang untuk dibesarkan?
Catatan dalam sejarah ini hanya sedikit dan tak banyak yang didokumentasikan. Meskipun harus memikul tanggung jawab yang berat sejak masa mudanya, kehidupan masa kecil Donghua cukup biasa saja.
Donghua tumbuh seorang diri di Laut Biru. Tanpa adanya perlindungan dari Klan Dewa, ia seringkali diganggu oleh para iblis dan setan dari area tetangga.
Di masa lalu, orang tak belajar dari guru. Semua yang diketahui Donghua didapatkannya melalui tinjunya, legenda panjang hidupnya dibangun dengan satu pertumpahan darah ke pertumpahan darah lainnya.
Jalan sukses Donghua jauh berbeda dari milik Moyuan, Dewa Musik dan Peperangan sejak beberapa milenia sebelumnya, atau dari Yehua di tahun-tahun ini.
Keduanya, satu dibesarkan oleh Fushen, yang lainnya diajari oleh Lingbao Tianzun dari Shangqing, juga oleh para Budha yang bijaksana dari Langit Barat. Hal semacam ini adalah latar belakang tradisional dari keluarga bangsawan.
(T/N : 靈寶天尊 Lingbao Tianzun – yang kedua dalam Daoist Trinity, memimpin Heaven of Supreme Purity dikenal sebagai 上清 Shangqing.
Semenjak ia masih muda, Fengjiu sudah menjadi seorang penggemar berat Donghua. Pada awalnya, itu semua karena Donghua telah menyelamatkan nyawanya, tetapi pada tingkat yang lebih mendalam, dikarenakan sebuah kekaguman dan rasa hormat.
Dengan tangannya sendiri, mengakhiri kekacauan dunia, tanpa bantuan siapa pun, dalam pikiran Fengjiu, adalah prestasi yang sangat luar biasa.
Bukanlah hal yang mudah—memimpin dunia dengan kemampuan untuk menghukum dan membunuh. Huru-hara pastinya akan tercipta jika ada sedikit saja kebaikan.
Hanya dengan darah dingin barulah dapat menaklukkan kekacauan dan membawa kedamaian permanen. Bahkan setelah Klan Langit tumbuh jadi lebih kuat tiap tahunnya, dan Donghua telah memberikan kekuasaannya pada Tianjun dan pensiun di Langit ke-13 untuk menikmati masa damainya di Istana Taichen, ia meninggalkan legenda berdarah yang masih tetap menyebabkan teror di pikiran orang-orang.
Jadi, kali ini, ketika Yan Chiwu berpikir kalau ia bisa menggunakan 7000 arwah untuk mengendalikan Donghua, tak ada yang bisa menyalahkan sang Raja ketika ia bertanya dengan dinginnya apakah Yan melupakan tentang kepemimpinannya terdahulu.
Donghua bukanlah makhluk suci yang penuh dengan kasih sayang; kenyataan ini tak akan pernah berubah. Pada akhirnya, semuanya tidak pasti, apakah Donghua makhluk yang suci atau bukan.
Fengjiu telah lama sekali mengidolakan Donghua, sejak ia masih kecil. Untuk mengetahui lebih banyak soal Donghua, ia mengumpulkan setiap dokumen dari Langit hingga Neraka yang merupakan sejarah mengenai Donghua.
Kebanyakan dari catatan sejarah ini membicarakan perihal pencapaian Donghua; mereka semua terdengar manis di telinga.
Ada satu buku tua compang-camping yang tak diketahui darimana asalnya, isinya berbeda.
Di dalamnya, Donghua pernah diajar oleh Fushen, lalu kemudian menyimpulkan bahwa pikiran seseorang harus mencapai satu pusat di dalam sembilan kekekalan mental.
Antara Donghua hanya bisa berkutat dalam kebaikan, atau ia hanya bisa berurusan dengan kejahatan.
Pembelajaran Fengjiu soal filosofi tidak luar biasa; jadi ia mengartikan perkataan ini lalu pergi menanyakannya pada paman kecilnya Bai Zhen.
Bai Zhen bukanlah sumber yang terpercaya tetapi ia sudah hidup selama lebih dari 100.000 tahun.
Pengertiannya tentang filosofi paling tidak cukup mumpuni, dan Bai Zhen pun menjelaskan pada Fengjiu seperti ini:
“Yang disebut dengan sembilan kekekalan mental tak lebih dari sembilan tingkat dari samatha, bernama kekekalan batin, kekekalan berkesinambungan, kekekalan ketenangan, kekekalan terdekat, kekekalan terharmonisasi, keheningan, keheningan tanpa batas, pemusatan pikiran, dan ketenangan mental.
"Jika seseorang telah mencapai tahap pemusatan pikiran, artinya hatinya telah mencapai kedamaian terakhir dan tak akan ada kekacauan yang dapat mengganggunya. Setelah pikirannya damai, tak ada bedanya apakah ia baik atau buruk. Pada tahap ketenangan, ia akan naik menuju keberadaan yang jauh berbeda.
"Hanya ada Buddha dari Langit Barat yang telah mencapai tingkat pencerahan ini. Untuk mengerti keberadaan adalah menjadi Buddha. Untuk menjadi Buddha adalah untuk tetap ada.”
Fengjiu mendengarkan dengan sabar, dan mendapatkan lebih banyak sakit kepala dari berbagai ‘kekekalan’ dalam penjelasan pamannya. Segala yang terkait dengan filosofi memang sangatlah membingungkan.
Tetapi karena Fengjiu ingin lebih mengerti Donghua, ia kembali ke rumah dan diam-diam mencari tahu soal itu. Ia akhirnya mengerti bahwa Donghua mulanya bukanlah seorang dewa ataupun seorang iblis, tetapi kemudian, ia memilih cara para Dewa dan meninggalkan cara hidup iblis.
Meski demikian, Fengjiu tak dapat menebak kenapa Donghua lebih memilih para dewa ketimbang iblis. Dalam pikiran muda Fengjiu, selain leluhur mereka, tak ada perbedaan antara Klan Dewa dengan Klan Iblis. Terlebih lagi, terdapat begitu banyak wanita cantik di Klan Iblis.
Selain kakek nenek Fengjiu, hanya ada Zheyan yang tinggal di Sepuluh Mil Kebun Persik yang usianya paling mendekati Donghua di antara semua orang yang dikenal Fengjiu.
Dengan beralasan menemukan pembahasan sulit di sekolah, Fengjiu mengemasi barang-barangnya dan terbang menuju kebun persik untuk meminta bantuan. Ia bahkan membawa serta tusuk konde giok buatan tangan Paman Bai Zhennya sebagai hadiah.
Itu adalah hadiah yang luar biasa. Zheyan langsung dibuat bahagia karenanya. Bunga persik pun bermekaran hingga April.
Zheyan mengelus tusuk konde giok itu dan dengan senang hati mengulang pertanyaan Fengjiu, “Mengapa Donghua memilih Klan Dewa?”
Seolah Zheyan telah menghafalkan ayat-ayat, ia lanjut dan melafalkan: “Menurut pada sejarawan, bencana besar muncul di dunia tahun itu. Hanya wilayah Klan Dewa yang dianugerahi dengan angin dan hujan yang aman untuk ditinggali; orang-orangnya hidup damai dan makmur.
"Setelah mencari penyebabnya, Donghua mengetahui kalau hal itu adalah karena Klan Dewa mempraktikkan lima pantangan: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berhawa nafsu, tidak berbohong, dan tidak minum-minum.
"Karena moral yang patut dipuji ini, Langit tersentuh dan menjaga Klan Dewa. Itulah mengapa Donghua memilih untuk bersama para dewa ketimbang iblis dan memutuskan untuk mengabdikan hidupnya mulai sekarang untuk menyelamatkan orang lain.”
Semakin tinggi rasa kagum Fengjiu pada Donghua, Zheyan menyeringai kemudian menambahkan, “Tulislah jawabanmu sesuai yang kukatakan maka kau akan mendapatkan nilai yang tinggi, aku yakin.”
“Maksudmu masih ada lagi yang lainnya?”
Fengjiu terdiam dan bertanya di tengah menuliskan catatan.
Selalu ada yang lebih dari itu. Dan semua cerita tersembunyi ini begitu jauh dari apa yang tertulis.
Ketika mereka membicarakan soal cerita tersembunyi, Fengjiu berpikir kalau Zheyan ternyata jauh lebih bersemangat, sangat berbeda dari wajah bosan yang biasa ia kenakan di ceramah terakhirnya.
Cerita tersembunyi itulah yang terjadi.
0 comments:
Posting Komentar