Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 3 Part 2


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 3 Part 2


Ragu-ragu, Liansong menunjuk dengan kipasnya ke tangan Donghua dan berkata, “Tetapi bukankah ini gaya yang biasa digunakan oleh para wanita ... kenapa kau ...?”

Donghua dengan sangat tenang melipat saputangan itu ke dalam lengan jubahnya. 

“Aku dengar bahwa aku adalah orang aneh. Apa anehnya, ketika orang aneh menggunakan saputangan milik seorang wanita?”

Kain itu bergetar kencang di dalam lengan jubah Donghua. Terkejut, Liansong berjalan mendekat untuk melihat sejenak dan kembali ke tempat duduknya. 

“Tidak ada, haha, tidak ada yang aneh.”

Fengjiu merasa sangat frustasi, dijejalkan ke dalam lengan jubah Donghua. Jika ia bisa memutar kembali waktu, akan berpikir lebih matang dan mengubah dirinya menjadi sebatang pohon.

Bahkan jika Donghua bisa melihat tembus sihirnya, ia tidak akan mungkin bisa mencabut akar Fengjiu dan membawanya pulang ke rumah. Kejadian sudah sejauh ini. Kecuali Fengjiu tidak keberatan kehilangan martabat Qingqiu di hadapan Donghua dan kembali ke wujud Ratunya, akan sulit untuk melarikan diri dari Donghua.

Sayangnya, Donghua sudah menyadari siapa dirinya lalu sengaja membuat hal jadi sulit bagi Fengjiu. Jika ia hanya orang biasa, Fengjiu tak akan keberatan kehilangan wajahnya karena hal semacam ini. Lagipula, Fengjiu sudah terbiasa.

Akan tetapi, saat ini Fengjiu adalah Ratu Qingqiu. Kalau aib ini sampai terdengar ke telinga ayahnya, Fengjiu pasti akan dipukuli habis-habisan. Ia tidak bisa, dalam keadaan apa pun, mengakui bahwa ia adalaha Fengjiu dari Qingqiu.

Saputangan ini tidak berarti banyak. Donghua mungkin akan segera bosan dan membuangnya. Fengjiu pun mulai tenang.

***

Mengejapkan matanya, Fengjiu melihat kalau ia telah tiba di Istana Donghua. Kelihatannya seperti halaman belakang, dindingnya diselimuti di bawah sulur dan cabang pohon Bodhi yang luas. Dedaunan hijau gelap berkilau menggantung layaknya sebuah layar, sementara tanaman merambat giok dedalu terayun ringan.

Pada saat ini, di depan pintu masuk yang melengkung, muncullah satu figur berpakaian serba putih. Sebenarnya, itu adalah Dewa Agung Zheyan dari Sepuluh Mil Kebun Persik yang jarang sekali menunjukkan ketertarikannya dalam urusan duniawi. Di belakangnya adalah A Li.

Fengjiu bergetar kaget, dan kemudian segera membentuk sebuah kekaguman yang baru saja muncul untuk A Li. Betapa cerdasnya ia mengundang Zheyan ketimbang ibunya.

Tadinya Fengjiu baru saja akan memutuskan tali kekeluargaan mereka namun sekarang ia sangat terharu.

Zheyan menukarkan sedikit basa-basi, melemparkan beberapa pujian untuk taman Donghua, dan menunjukkan kekagumannya untuk hasil kerja tempat pembakaran dupa milik Donghua, sebelum akhirnya ditarik paksa oleh si A Li yang berjinjit.

Perlahan Zheyan mengubah topik pembicaraan untuk menyelamatkan Fengjiu dan mulai berkata, “Sebenarnya, aku kemari menganggumu karena sebuah masalah kecil.”

Zheyan membawa A Li keluar dari belakang punggungnya dan melanjutkan, “Ketika aku sedang tidur siang, monyet kecil ini mengambil sehelai saputangan yang sengaja kubawakan untuk ibunya dan memainkannya. Ia kembali padaku dengan wajah sedih. Setelah menanyakannya, aku mengetahui kalau ia tidak menghilangkannya, tetapi lebih karena dipungut olehmu.”

Zheyan menjeda dan berpura-pura menghela napas. 

“Tidak jadi masalah jika itu hanya saputangan biasa. Akan tetapi, yang ini disulam sendiri oleh nenek A Li untuk ibunya. Aku dipercaya untuk membawakannya kemari sekalian bersama perjalananku ke Langit. Karena itu memiliki nilai yang sentimental, aku tidak bisa apa-apa selain kemari dan memintanya kembali.”

Fengjiu tadinya sudah khawatir kalau Zheyan tidak akan sebanding sebagai lawan Donghua. 

Jika Zheyan hanya membuka mulutnya dan bertanya, “Apakah kau melihat saputangan bersulam?”

Donghua akan berkata secara tegas, “Tidak, sama sekali tidak.

Namun, perkataan Zheyan jelas telah memblokir jalan Donghua. Sekarang, Zheyan telah menguasai seluruh rasa hormat Fengjiu.

Fengjiu berbaring bahagia di dalam lengan jubah Donghua dan menunggunya untuk menyerahkannya pada Zheyan. Jemari panjang ramping milik Donghua memang meraih ke dalam lengan jubahnya, tetapi, Fengjiu meremehkan tingkat ketidaktahumaluan Donghua.

Melewati Fengjiu, jemarinya membuat sebuah replika yang sama persis dengan Fengjiu yang juga terlipat rapi. Ia menyerahkannya pada Zheyan.

“Aku baru saja memungut satu saputangan di Langit ke-33. Apakah ini milikmu?” 

Donghua mengatakannya sembari menyendokkan lebih banyak dupa ke dalam tempat pembakarannya.

Donghua menambahkan, “Jika bukan milikmu, kau harus pergi mengunjungi Istana Yuanji milik Liansong. Mungkin saja ia yang memungutnya.”

Zheyan mengamati saputangan tersebut yang sudah jelas bukan yang dimaksudnya. Ia tidak bisa berkata benar namun juga tak bisa berkata bukan. Zheyan tidak percaya kalau ia tak bisa memenangkan pertarungan ini setelah ribuan tahun menjadi dewa.

Tepat saat itu, A Li bersin. Zheyan dengan nyaman mengambil saputangan itu seolah sangat berharga dan mengelap hidung A Li yang beringus.

“Hanya sehelai saputangan. Kenapa juga aku harus khwatir kalau kau berbohong padaku dan mencurinya,” dengan enggan Zheyan tersenyum. 

“Kau tak akan pernah melakukan sesuatu yang rendah. Tentu saja yang ini juga bagus.”

Zheyan mengatakan beberapa hal lagi dan membawa A Li pergi. Fengjiu menatap punggung mereka yang menghilang dengan kecewa.

Karena mata dan telinganya setara dengan Qianli Yan dan Shunfeng Er, Fengjiu masih bisa mendengar A Li berkata marah, “Aku tidak percaya kau gagal. Kau tidak melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan sepupu Fengjiu. Aku tak mau mengenalmu lagi.”

(T/N : 順風耳Shunfeng Er – berarti Telinga yang bersama dengan angin. Seorang dewa yang dapat mendengar hingga ribuan mil jauhnya. 千里眼Qianli Yan – artinya Mata sejauh Ribuan Mil. Seorang dewa yang dapat melihat hingga ribuan mil jauhnya.)

Zheyan pun bercanda membalasnya, “Dia kan bukan menculik paman kecilmu, kenapa juga aku harus bermusuhan dengannya? Lagipula, aku sudah melihat peruntungan Fengjiu tahun lalu. Tampaknya keberuntungannya meningkat. Ia selalu mati dan berhasil menghidupkan dirinya sendiri. Ini mungkin salah satu dari masa itu.”

Lalu Zheyan bergumam, “Tetapi sudah cukup lama aku tidak melihat takdir seseorang. Aku juga tidak tahu seberapa akuratnya itu.”

Setelah menjeda, Zheyan menambahkan, “Benar, A Li kecil, aku juga melihat takdirmu. Apakah kau sedang terjerat cinta belakangan ini?”

A Li bertanya ragu, “Apa itu terjerat cinta?”

***

Fengjiu secara mental mengigiti kukunya dan berpikir pada diri sendiri apa lebih baik percaya dirinya daripada ramalan Zheyan. Tak peduli apakah dewa atau manusia, seseorang hanya bisa bergantung pada diri sendiri apabila tengah terjebak masalah.

Di halaman terselimuti aroma cendana putih, Donghua mencondongkan tubuhnya dan menyapu abu seputih salju dengan satu jari-jari besi untuk mematikan bara api. 

Kemudian setelah beberapa kali sapuan, Donghua menutup tempat pembakaran dan tiba-tiba berkata, “Berapa lama lagi kau akan berpura-pura?”

Fengjiu tersentak. Jadi Donghua sudah tahu. Beruntungnya Fengjiu baru saja memikirkan sebuah rencana peperangan yang baik, sebagian adalah dengan diam saja. Demikianlah, Fengjiu pun tetap diam dan mengacuhkan Donghua.

Donghua dengan santai meletakkan jari-jari besinya. 

Ia mengeluarkan Fengjiu ke bawah sinar matahari, lalu setelah cukup lama, tanpa tergesa berkata, “Jadi mengubah dirimu menjadi saputangan adalah hobimu?”

Sungguh kesimpulan yang menggelikan, tetapi Fengjiu tetap menolak menjawabnya, terdiam.

Donghua jarang tersenyum, tetapi baru saja muncul satu kilatan di matanya. Melihat itu, Fengjiu tiba-tiba jadi gugup. 

Tentu saja Fengjiu mendengar Donghua berkata, “Baguslah kalau begitu. Aku sedang membutuhkan kain untuk menyeka pedangku. Terima kasih sebelumnya atas tawaranmu.”

Menyeka pedangnya? Menyeka satu dari senjata terbaik dunia, senjata yang sama yang dapat membelah baja seperti memotong lumpur, pedang ternama Cang’he? Tiba-tiba saja Fengjiu merasa lemah.

Fengjiu terlalu ketakutan hingga ia kehilangan satu-satunya kesempatan untuk menjawab Donghua. Tanpa kehilangan kesempatan, Donghua meletakkan Fengjiu kembali ke dalam lengan jubahnya.

Tadinya, Fengjiu berpikir kalau Donghua akan cepat bosan dan melepaskannya.

Menunggu menjadi solusi paling lembut yang memperbolehkan Fengjiu untuk tetap menjaga martabatnya. Ia tidak menyangka kalau Donghua akan menjadikannya sebagai kain penyeka pedang ... dan Donghua adalah tipe yang melakukan sesuai perkataannya.

***

Dunia berada dalam kondisi damai beberapa tahun terakhir ini, hampir tak ada perang yang Fengjiu ketahui. Bahkan dengan niat yang diakui Donghua, Fengjiu tidak begitu khawatir.

Lalu, tepat sebelum tertidur, Fengjiu tiba-tiba teringat kalau Donghua telah menerima tantangan duel dari Pemimpin klan Iblis Yan Chiwu.

Pedang Cang’he sudah ditakdirkan untuk ternoda darah lagi besok. Fengjiu bergidik dan menggelepar di atas ranjang rosewood itu. Setelah mempertimbangkan selama waktu terbakarnya setengah dupa, Fengjiu memutuskan kalau ia harus melarikan diri malam ini.

Untuk menghindari membangunkan Donghua dari tidurnya, Fengjiu mencoba untuk tidak mengubah dirinya kembali ke bentuk manusia. Tetapi sangat tidak mungkin untuk menarik tirai panjang yang menutupi hingga ke tanah dengan bentuknya sekarang.

Saat Fengjiu membungkuk, ia melihat Donghua dengan rambut peraknya bertebaran di seluruh bantal giok, sebuah selimut tipis menutupi hingga ke pinggangnya. Wajah Donghua tetap setampan yang diingat Fengjiu tak peduli sudah berapa tahun berlalu.

Yang paling penting, Donghua sepertinya tertidur lelap. Di samping mempertajam kelima indranya, Fengjiu tidak dapat mengeluarkan sihir apa pun untuk membantunya melarikan diri dengan bentuk saputangan ini.

Fengjiu seharusnya tidak mengatakan tak punya cara lain. Contohnya, ia bisa selalu berubah ke wujud aslinya dan dalam saat bersamaan, mengeluarkan mantra sihir tidur pada Donghua.

Tetapi untuk melakukannya tanpa diketahui Donghua juga bukan hal yang mudah, dan bagaimana kalau Fengjiu sampai gagal?

Fengjiu berpikir sejenak. Keberaniannya tiba-tiba saja naik dua kali lipat di malam diam ini. Tentu, akan menyenangkan jika dapat mempertahankan martabatnya, tetapi itu sama saja dengan kalah sekarang.

Bahkan jika gosip tersebar, hal terburuk yang dapat terjadi adalah mendapatkan pukulan dari ayahnya. Fengjiu juga bukannya tidak pernah dipukuli sebelumnya. Siapa tahu, mencicipi kembali masa kecilnya tak akan seburuk itu.

Fengjiu berputar-putar dan dalam sekejap berubah kembali menjadi seorang gadis dengan pakaian berkabungnya. Ujung jarinya menyentuh kening Donghua dengan lembut.

Fengjiu menatap tangannya sendiri, kagum. Apakah ia sungguh berhasil? Ternyata benar adanya pepatah dari dunia manusia ini: ‘Lebih baik tak tahu malu dan mati karena kebanyakan makan ketimbang jadi pengecut dan mati karena kelaparan.’

***

Udara masih sejuk di bulan Mei. Istana Taichen juga selalu membeku. Fengjiu mengangkat tirai ranjang, menoleh sekali lagi untuk melihat Donghua yang tertidur, dan dengan baiknya memasukkan lengan Donghua kembali ke dalam selimut awan itu.

Kemudian setelah merenung, Fengjiu menarik selimutnya dari pinggang ke leher Donghua dan berhati-hati menyelipkannya. Pada saat Fengjiu bangkit berdiri, untuk beberapa alasan, rambut hitam panjangnya terjalin dengan rambut perak Donghua. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba, rambut mereka seolah menolak untuk dipisahkan.

Fengjiu tidak tahu berapa lama mantranya akan bertahan, jadi ia memunculkan sebuah gunting dan memutuskan untuk memotong simpulnya. Setelahnya, Fengjiu melompat cepat tanpa merapikannya.

Tetapi karena Fengjiu menjadi saputangan untuk waktu yang lama, tubuhnya tak bisa menemukan keseimbangan dan berakhir terjatuh ke depan mengenai layar yang bengkok dan menghasilkan suara jatuh yang ributDonghua masih tidak terbangun.

Saat Fengjiu sampai di pintu, tiba-tiba saja ia mundur dua langkah sambil memusatkan perhatiannya akan sesuatu. Menghadap ke arah tirai, ia mengeluarkan beberapa mantra tidur lagi.

Fengjiu hanya berbalik untuk menutup pintu setelah ia melihat kabut ungu menyebar di seluruh gorden dan tanaman Jixiang di kaki ranjang yang menunjukkan tanda kelelahan. Dengan aman, ia menutup pintu, mengikuti koridor yang berbelok, kemudian memasuki taman kecil di mana Donghua menghabiskan banyak waktu hari-harinya di sana.

Sekarang berdiri di dalam taman, Fengjiu mengibaskan lengan pakaiannya. Muncullah sebutir mutiara malam sebesar jeruk. Dengan cahaya yang bersinar dari mutiara itu, Fengjiu buru-buru mencari semak Frosty Grass.

Jika bukan karena segala kesalahpahaman yang membawanya masuk ke dalam Istana Taichen malam ini, ia sudah nyaris melupakan soal tanaman Frosty Grassnya yang berharga.

Akarnya adalah antidepresan yang ampuh; kelopaknya adalah bumbu masak kelas satu. Siming membawakan itu untuknya suatu tahun ketika ia pergi bertemu Buddha di Barat Jauh.

Siming bahkan mengatakan kalau bibit ini dari Lingshan terakhir di dunia. Sayang sekali Fengjiu telah melakukan pertukaran dengan Klan Iblis waktu itu. Menjadi rubah peliharaan Donghua, Fengjiu tidak punya tempat untuk menyembunyikan bibit ini.

Yang bisa dilakukan Fengjiu adalah menanamnya di taman Donghua. Namun, sebelum Frosty Grassnya berbunga, Fengjiu harus memutuskan hubungannya dengan Donghua dan pergi dari Jiuchongtian.

Sangat disayangkan, Fengjiu lupa membawa tanaman itu bersamanya karena rasa sakit yang ia rasakan. Merasakan penyesalan, sekarang ia bergegas untuk mengambilnya kembali.

Setelah pencarian panjang, Fengjiu akhirnya menemukannya berada di sebuah petak bunga kecil, terlihat tidak begitu istimewa ketika bersebelahan dengan ranting Teratai Kembar.

(T/N : 并蒂 bingdi lian –  mereka disebut sebagai Twin Lotuses/ Teratai Kembar karena ada dua bunga teratai yang mekar dari satu cabang. Mereka sering digunakan untuk melambangkan pasangan yang setia.)

Fengjiu menggalinya dengan penuh perhatian agar tidak melukai rumpun akarnya, kemudian ia membungkus hartanya itu dengan hati-hati ke dalam lengan pakaiannya. Sekarang ia memperhatikan keadaan taman di sekitarnya.

Di masa ketika Fengjiu masih seorang pelayan, Putri Zhi’he melarangnya memasuki perimeter ini. Dulu, ia tidak punya kesempatan untuk memasuki taman ini di mana Donghua sering berkunjung. Kemudian saat ia menjadi seekor bayi rubah, ia bisa mengikuti Donghua masuk setiap harinya dan melompat kesana-kemari sesukanya.

Sayang, dunia yang terlihat dari sudut pandang seekor rubah sangat jauh berbeda dengan dunia yang terlihat melalui mata manusia. Dunia di hari itu juga begitu berbeda dengan dunia saat ini.

Fengjiu menyipitkan matanya dan menyapu ke seluruh taman kecil itu. Taman itu unik meskipun berukuran kecil. Di satu sisi ada air terjun tinggi yang memisahkan dua halaman. Di dinding berubin itu merambatlah cabang pohon Bodhi.

Mereka tak tampak berbeda dengan bunga lainnya ketika siang hari, namun saat malam tiba, mereka memancarkan cahaya lemah. Bentuknya seperti sebuah lentera kecil, dan mereka terlihat begitu cantik. Tidak heran mereka juga dipanggil dengan sebutan yang elegan: Night’s Moonlight.

Di tengah-tengah kebun terdapat sebuah pohon maple tinggi yang menerobos lurus hingga ke atas awan. Di sebelah area duduk terdapat kolam teratai kecil. Bergantung di atasnya adalah sebuah gazebo segi enam terbuat dari dahan cendana putih.

Fengjiu menghela napas. Sudah bertahun-tahun, tetapi tempat ini tidak berubah sama sekali. Dan sayangnya, kenangan-kenangan di sini mulai bermunculan secara bergelombang.

Fengjiu bukanlah tipe yang sentimental. Ada kalanya, pada mulanya saat ia mabuk-mabukan merindukan Donghua, tapi setelah ia memutuskan segala hubungan dengan Donghua, Fengjiu tidak pernah melakukannya lagi.

Kenangannya akan Donghua pun perlahan tapi pasti menghilang. Namun, mungkin dikarenakan Fengjiu sekarang berada di sebuah tempat yang menyimpan kenangan emosional, dan langit di atasnya juga hanya memberikan beberapa bintik sinarnya, pemandangan yang mau tak mau memicu nostalgia dari masa lalu.

Terlarut dalam pikirannya, Fengjiu menatap pohon cendana putih itu dan set meja kristal di dalam paviliun. Secara mengejutkan, ia menyadari bawha selagi ia berusaha keras menghapalkan kitab Buddha, ingatannya akan masa lalu tiba-tiba menjadi sangat jelas.

Sangat terang, hingga rasanya ingatan itu melintas  tepat di depan matanya. Di masa-masa ketika Fengjiu mengikuti Donghua setelah mereka meninggalkan Lingkup Teratai Jahat, sebenarnya belum ada paviliun segi enam di taman ini.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar