Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 7


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 7

Bagian Kedua - Lembah Fanyin


Diselimuti dengan sebuah jubah tebal, Fengjiu duduk di sebelah jendela di dalam sayap kanan dan menguap di dekat api selagi ia menerjemahkan ketujuh kalinya sebuah salinan Dari Psalm sebagai hukuman yang diberikan oleh gurunya.

Semasa kecil, Fengjiu memang selalu suka membuat onar dan sering di hukum oleh gurunya di Qingqiu. Akan tetapi, semenjak para orang tua teman sekelas Fengjiu kebanyakan bekerja untuk keluarganya, mereka biasanya secara sukarela mengambil alih hukuman Fengjiu.

Fengjiu sudah bersekolah begitu lama tetapi ia tak pernah mengangkat satu jari pun untuk menjalankan hukuman-hukumannya. Betapa waktu sudah berubah. Fengjiu sudah tidak muda lagi di usianya yang ke 30.000 tahun. Lalu, sebagai seorang Ratu, sebenarnya cukup disesalkan karena sekarang Fengjiu harus berjuang hingga punggungnya terbungkuk karena mengikuti peraturan sekolah di aula pembelajaran Biyiniao.

Dari kejadian ini, Fengjiu menarik dua kesimpulan:

Satu, seekor naga tidak dapat melawan seekor ular lokal; para leluhurnya tidak membohongi Fengjiu.

Kedua, bahkan seekor babi hutan si komplotannya bisa bertahan dari sepuluh serigala; lagi, leluhur Fengjiu tidak menipunya.

Ular lokal yang dimaksud, tentu saja adalah guru sekolah Biyiniao yang keras, dan babi hutan komplotannya tentu saja Yan Chiwu.

Bagaimana bisa begini jadinya ... Fengjiu sudah memutar otaknya selama enam bulan dan hanya bisa menganggapnya sebagai sebuah takdir yang tak dapat dihindari.

Setengah tahun yang lalu, Fengjiu dan Pendekar Xiao Yan dengan malangnya terjatuh ke sebuah jurang yang menjulur di Lembah Fanyin. Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk memikirkan masa lalu, mereka berdua lagi-lagi terjatuh dengan malangnya dari jurang bawah ke dasarnya.

Seperti sebuah keberuntungan yang sial, mereka mendarat tepat di atas pangeran kedua Biyiniao yang klannya berdiam di bawah jurang-jurang ini. Masa-masa sulit mereka pun dimulai.

Pangeran kedua ini bermarga Xiangli, dipanggil Meng. Nama lengkapnya tentu saja Xiangli Meng, meski begitu, ia biasanya dipanggil dengan sebutan Tuan Muda Meng.

Klan khusus ini punya sebuah peraturan kuno yang melarang pria yang belum menikah dari meninggalkan lembah sendirian. Tetapi Tuan Muda Meng selalu ingin melihat dunia berkilauan di luar sana. Diam-diam Meng berencana untuk pergi dalam waktu lama dan sudah memilih hari yang baik untuk kabur dari rumah.

Tanpa diduga, Fengjiu jatuh dari atas langit dan membuat Meng jatuh pingsan tepat di saat mereka meninggalkan gerbang kota.

Yan Chiwu dihimpit antara Fengjiu dan Tuan Muda Meng. Pusing sendiri, saat Yan Chiwu mendapatkan kembali kesadarannya, mereka berdua telah diikat dan dibawa ke Istana Kerajaan Biyiniao. Di takhta kerajaan adalah Ratu burung, ibu dari Tuan Muda Meng.

Ada begitu banyak mata pelajaran yang tidak dipedulikan Fengjiu untuk dipelajarinya, tetapi sejarah merupakan favorit Fengjiu.

Fengjiu tahu kalau Biyiniao dan Qingqiu punya hubungan dekat. Ia pun mengerling ke arah Xiao Yan, memberi tanda bahwa mereka tidak boleh membocorkan identitas Fengjiu.

Otak Xiao Yan lebih keras dari baja. Ia menatap Fengjiu untuk waktu yang lama dan masih tidak bisa mengartikan makna di mata Fengjiu. Beruntung bagi Fengjiu, Xiao Yan dari awal tidak pernah tahu kalau dirinya adalah Ratu Qingqiu.

Membuat pangeran kedua tidak sadarkan diri bisa jadi hal besar, atau bisa jadi hal kecil. Jika Meng tidak pernah terbangun lagi, itu jadi masalah besar. Jika Meng bangun tepat waktunya, dan ada seseorang yang menjelaskan hal sebenarnya, maka akan jadi masalah kecil.

Beruntungnya, Tuan Muda Meng bangun tepat waktu dan langsung menenangkan kemarahan ibunya. Sebelumnya, Ratu Biyniao telah memerintahkan agar Fengjiu dan Xiao Yan dieksekusi.

Di tengah perjalanan menuju ruang bawah tanah kematian, hukuman mereka diubah menjadi dimasukkan dalam penjara air, tetapi belum juga gerbang penjara air diangkat, datang titah lainnya yang mengatakan kalau mereka tidak perlu ditahan sama sekali.

Mereka kini segera dibawa kembali ke Aula Besar, sekarang dengan hormat dan ramah.

***

Fengjiu dan Yan Chiwu dibawa kembali ke pengadilan kerajaan di mana mereka diinterogasi sebelumnya. Seseorang sepertinya telah bergegas ke Aula Besar beberapa waktu lalu dan membela mereka.

Setelah sebuah investigasi dilakukan, dipastikan bahwa mereka berdua adalah pangeran dan putri muda dari Klan Burung Hantu di seberang sungai.  

Kekaguman akan akademi tetangga merekalah yang membawa mereka kemari untuk belajar. Mereka tidak sengaja jatuh di atas sang pangeran dan semuanya setelah itu hanyalah kesalahpahaman.

Dalam benak Fengjiu, cerita inilah yang merupakan kesalahpahaman yang sesungguhnya. Tetapi semenjak sang ratu mempercayainya, siapa yang bisa menyuruh mereka menyerahkan nasib baik ini?

Kali ini di Aula Besar, sikap sang ratu telah cukup banyak berubah. Ia menitahkan bahwa mereka berdua merupakan tamu dari klan sekarang, dan karena keduanya sangat suka belajar, maka akan diterima ke akademi kerajaan untuk memuaskan hasrat mereka untuk belajar dan juga untuk mengizinkan anak muda dari dua klan bergaul ...

Berdiri di dalam pengadilan kerajaan Biyiniao, Fengjiu berpikir pada diri sendiri bahwa meskipun ia benci menempelkan wajahnya ke dalam buku tiap harinya, ia telah menghadiri sekolah selama ribuan tahun; Fengjiu hanya perlu menampilkan tampang patuh dan menghadiri sekolah lagi, seharusnya bukan masalah sulit.

Tetapi Pendekar Xiao Yan berjiwa bebas dan tidak suka dikekang. Ia mungkin tidak akan tahan dengan peraturan sekolah yang ketat. Xiao Yan mungkin bahkan akan lebih memilih penjara air daripada buku-buku dan pena.

Untuk alasan itulah, Fengjiu tiba-tiba merasa gugup—bagaimana kalau Yan Chiwu tiba-tiba mengatakan satu kata yang salah dan mengirim mereka berdua ke dalam bahaya.

Dengan tingkat kepandaian Xiao Yan, Fengjiu rasa ia sangat mungkin melakukannya. Tetapi, mengejutkannya, akting Xiao Yan sangat bagus hari ini. Setelah menginjakkan kaki keluar dari Aula Besar, Xiao Yan melamun selama beberapa lama, kecemasan di matanya pelan-pelan menghilang, dan si pria yang biasanya berapi-api ini berdiri dengan kepala yang tampak sedikit menunduk seolah ia menerima dengan patuh semua pengaturan sang Ratu.

Beruntungnya, Xiao Yan hanya berdiri diam di sana. Dengan wajah tampan dan penampilan luar yang rendah hati miliknya, mereka tidak akan menyangka kalau Xiao Yan merupakan pemimpin dari Klan Iblis.

Di saat ini, Fengjiu merasa agak aneh. Ia mengikuti arah tatapan Xiao Yan selagi ia menatap ke arah para anggota istana yang berdiri di dua sisi dan berhenti pada seorang wanita yang mengenakan pakaian putih dengan cadar.

Karena Xiao Yan bertingkah aneh, Fengjiu pun mengamati wanita itu dengan hati-hati. Akan tetapi, Fengjiu tidak bisa menebak apa yang berbeda di antara dirinya dengan gadis yang berjubah putih itu dan akhirnya melepaskannya dari pikirannya ...

***

Malam itu, mereka berdua beristirahat di Akademi Kerajaan Biyiniao. Selama beberapa hari pertama, Fengjiu masih memikirkan cara meninggalkan lembah ini. Tetapi, setelah sedikit menjelajah, ia mengetahui bahwa memang tidak ada jalan keluar.

Mungkin memang akan ada solusinya jika Fengjiu bisa menggunakan sihirnya, tetapi anehnya di lembah ini adalah tidak ada seorang pun yang bisa menggunakan sihir di dalam perbatasan kota kerajaan.

Bahkan sihir terkuat pun tak akan bekerja sekalinya mereka menginjakkan kaki menjauhi kota. Tadinya, Fengjiu dapat ide untuk bertransportasi di dalam kota. Sihir dapat digunakan di dalam untuk memindahkan mereka ke pintu masuk lembah.

Hasilnya: Fengjiu dan Xiao Yan berpindah dari sisi barat kota ke sisi timur, mendarat di dalam rumah seorang janda selagi ia sedang mandi, lalu diusir keluar dengan sapu oleh ibu mertuanya yang buta.

Takut kalau ia akan selamanya terperangkap di sini, selama setengah bulan, kecemasan Fengjiu pun bertambah hari demi hari.

Fengjiu memikirkan pelaku yang menyebabkannya terperangkap di bawah sini—Donghua Dijun di langit ke-13.

Fengjiu ingin menjaga jarak darinya, tetapi di antara semua makhluk hidup di luar sana di lembah ini, Donghua merupakan satu-satunya yang mengetahui kalau Fengjiu terjatuh ke bawah sini.

Oleh karena itu, Fengjiu menunggu dan terus menunggu Donghua untuk datang menyelamatkannya. Tentu saja Fengjiu tahu ia telah menyinggung Donghua tepat sebelum jatuh ke lembah ini.

Akan tidak mungkin untuk mengharapkan kedatangannya hanya dalam waktu tiga atau empat hari. Fengjiu memberi Donghua beberapa waktu untuk menenangkan diri. Jika Donghua datang sebulan setelahnya dan membawa Fengjiu pulang ke rumah, maka ia akan berbaik hati melepaskan kesalahan Donghua karena membawanya ke Gunung Fuyu dan bahaya yang disebabkannya.

Terlepas dari rumor yang mengatakan Lembah Fanyin hanya terbuka setiap Jiazi, Fengjiu yakin jika Donghua ingin menyelamatkannya, ia pasti akan menemukan sebuah cara.

Namun, sebulan, dua bulan, hingga tiga bulan berlalu, dan Donghua tetap tak terlihat di mana pun.

***

Lembah Fanyin sangat membuat depresi di malam hari. Fengjiu menggulung dirinya sendiri di dalam selimut dan terkadang berpikir pada diri sendiri betapa piciknya Donghua.

Mereka sesama dewa-dewi, dan Donghua bisa saja mencoba sedikit lebih perhatian pada juniornya. Tetapi selagi Fengjiu berbalik di ranjang, ia jadi berpikir lain lagi—hal semacam itu sulit dikatakan.

Saat Fengjiu masih seekor bayi rubah, ia sangat mengerti Donghua. Ia selalu tampak dingin pada semua orang dan segala hal. Jiheng mungkin satu-satunya pengecualian di dunia ini.

Normalnya, Fengjiu akan mencoba segala yang terbaik untuk mempertahankan sikap tenangnya. Tetapi sepertinya Fengjiu memang belum mencapai usia untuk merenung dalam ketenangan.

Hanya kenyataan kalau Donghua tidak datang menyelamatkannya, membuat Fengjiu sedih selama berhari-hari. Ketika akhirnya suasana hati Fengjiu membaik, ia berpikir realistis dan memaksakan diri menunggu Jiazi berikutnya agar Lembah Fanyin bisa terbuka lagi.

Kalau Fengjiu pikir-pikir lagi, tempat ini tidak terlalu buruk. Dibandingkan dengan menjadi pelayan tukang sapu di Istana Taichen, ini masih sepuluh kali lipat lebih baik.

Keluarga Fengjiu mungkin akan mencarinya, tetapi mereka tidak akan terlalu khawatir karena mengetahui kalau Fengjiu tidak pernah menempatkan dirinya dalam bahaya besar. Fengjiu pun jadi bersemangat lagi setelah berpikir begini.

Hingga saat ini, setengah tahun telah berlalu dengan cepatnya. Di hari dengan salju yang sedikit turun di bawah sinar matahari yang lembut, Fengjiu telah menuliskan sepuluh salinan naskah.  

Fengjiu memegangi perkamen itu hati-hati di bagian ujungnya dan meniupnya agar tintanya cepat kering. Kemudian, ia melipatnya dan berencana menyerahkan perkamen itu pada gurunya besok.

***

Akademi Lembah Fanyin mengadakan sebuah turnamen setiap sepuluh tahun sekali untuk menguji para muridnya. Hadiah bagi pemenangnya adalah buah Saha yang tumbuh di pohon di sebelah Mata Air Jieyou.

Mata Air Jieyou adalah sebuah aliran air suci di Lembah Fanyin. Dimulai dari Istana Dalam dan di dekatnya berdirilah sebatang pohon Saha. Pohon ini berbunga tiap sepuluh tahun, berbuah setiap sepuluh tahun setelahnya, dan hanya satu buah saja di tiap putarannya.

Buahnya berbeda setiap saat dan mengandung sihir berbeda yang tergantung pada panen tahun itu. Menurut legenda, Saha ini merupakan satu dari lima pohon ajaib di Langit.

Empat yang lainnya adalah Grief-less, Jambhul, Bodhi dan Longhua.

Bibir Buddha sewarna dengan warna merah Saha.’

Hal semacam ini tertulis di kitab kuno. Tetapi, sepuluh ribu tahun yang lalu, untuk beberapa alasan, semua pohon Saha di Jiuchongtian berhenti berbuah.

Sekarang di Dunia Bawah, hanya terdapat satu pohon tersisa di sebelah Mata Air Jieyou di Lembah Fanyin yang masih menghasilkan buah. Menjadikannya jauh lebih berharga karena alasan ini.

Terlebih lagi, rumor mengatakan kalau buah Saha tahun ini memiliki sebuah kekuatan ajaib. Bagi manusia, dapat menghidupkan yang mati, bagi para abadi, dapat meningkatkan esensi keabadiannya, bagi seorang wanita, kecantikan dan kemudaannya akan meningkat jadi jauh lebih berkilauan daripada buah persik yang tumbuh di kebun Ibu Suri di Jiuchongtian.

Karena potensi buah ini begitu luar biasa, tak seorang murid pun yang tidak ingin berlomba untuk memilikinya. Kompetisinya belum dimulai tetapi kegembiraannya telah tersebar kemana-mana.

Itu merupakan kekuatan yang diterima si guru berkumis dari Ratu Biyiniao. Karena jumlah kompetitor dua kali lebih banyak dari tahun sebelumnya, tak satu sekolah pun yang tidak mengakomodasikan mereka semua.

Akademi menginformasikan pada Ratu dan ia memutuskan guru ini yang akan mengecilkan jumlahnya dengan proses penyisihan para pendaftar sebelum dimulainya pertandingan.

Sehingga, di bawah titah kerajaan, sepatah kata dari si guru berkumis dapat menentukan siapa yang dapat bertanding dengan siapa dan siapa yang tidak. Kekuasaannya di Akademi sekarang merupakan yang terhebat, tiada taranya.

***

Fengjiu punya waktu luang, menyelinap ke Mata Air Jieyou dan melihat ke kejauhan di mana pohon Saha itu tumbuh. Di antara dedaunan hijau bersinar, terdapat buah merah darah legendaris yang selalu dibandingkan dengan warna bibir sang Buddha dari Barat Jauh.

Fengjiu berdiri dari jauh dan memantapkan pandangannya pada buah itu lama sekali. Jika buah kecil itu sungguh dapat membawa kembali darah dan daging dari yang sudah meninggal, Fengjiu ingin mencoba peruntungannya, hanya sekali saja, untuk menyelamatkan seseorang yang pernah dikenalnya yang telah lama meninggal.

Fengjiu sama sekali tidak boleh menyinggung si guru berkuasa yang bisa membantunya mendapatkan buah Saha itu. Saat guru itu menghukum Fengjiu untuk menyalin kitab, ia tidak bisa membuangnya ke sudut lagi (tidak mengerjakannya).

Jika Fengjiu harus menyalin, maka ia akan menyalinnya. Ia mulai bersikap patuh dengan seluruh tubuh dan pikirannya. Ditambah lagi, Fengjiu memikirkan segala cara untuk menghapus semua kesalahan kecilnya di masa lalu. Tak hanya ia harus menjadi patuh sekarang, ia pun harus pandai menjilat sang guru.

Tetapi bagaimana caranya Fengjiu memuji gurunya? 

Fengjiu menyatukan kedua alisnya dan membuka buku latihannya. Hukuman Fengjiu adalah hanya menyalin Dari Psalm sebanyak lima kali. Tetapi, ia menyalinnya sebanyak sepuluh kali. 

Bukankah dengan begini Fengjiu telah menunjukkan rasa hormatnya pada sang guru?

Apakah ini juga tidak termasuk dengan pujian? 

Namun, Fengjiu masih sedikit cemas. Bagaimana kalau ia menambahkan di bagian bawahnya: ‘Semoga Tuan Ji Han menikmati berkah tak terkira dan hidup yang panjang?’

Tidak, bagaimana kalau gurunya tidak sedang dalam suasana hati untuk membaca, dan tidak membaca hingga akhir. Bukankah usahanya jadi sia-sia? Tetap lebih baik menuliskan bujukan menjijikkan itu di bagian atas halaman. 

Fengjiu mengangkat kuas, siap untuk menulis, tapi selagi ia melihat salju yang menumpuk di luar jendela, ia menjadi kebingungan setengah harian. 

Nama orang tua itu Ji Han, atau Han Ji?

Pada saat itu, Yan Chiwu dengan separuh tubuhnya diselimuti salju, dengan tergesa berjalan masuk. Karena mereka disangka sebagai saudara dari kerajaan Klan Burung Hantu, mereka diatur untuk tinggal di tempat yang sama.

Nama kediaman ini juga, membawa citra karakter Biyiniao. Disebut dengan Jifeng Yuan (Rumah Badai) dan berlokasi tepat di sebelah aula pengajaran.

Yan Chiwu tampaknya telah melupakan Putri Jiheng dan telah beralih pada wanita berpakaian putih yang telah mereka temui di Aula Besar. 

Setiap hari setelah sekolah bubar, Yan Chiwu akan mampir ke tempat wanita itu untuk sekadar berbincang dan karenanya hanya punya sedikit waktu untuk mengganggu Fengjiu. Setengah tahun berjalan dalam kedamaian di dalam kediaman besar itu.

Fengjiu mendongakkan kepalanya ke arah Yan Chiwu yang sekarang sedang membenarkan posisi jubahnya dan bertanya, “Apa kau tahu apa nama Fuzi (guru) kita?”

Terkejut bukan main, Xiao Yan membalas, “Bukankah Fuzi dipanggil Fuzi?”

Kemudian Xiao Yan melangkah mendekat dan bertanya penuh semangat, “Si tua bangka itu punya nama lain?”

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar