Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 11 Part 8


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 11 Part 8


Sekarang Fengjiu memahami situasinya. Ini mungkin alasan sebenarnya Jiheng datang menemuinya. Meminta maaf hanyalah sebuah alasan untuk membuat Fengjiu tetap di sini. Belakangan ini, ia berhenti memperhatikan apa yang dikatakan orang lain.

Fengjiu juga baru saja meninggalkan arena setelah melalui syok esmosional. 

Merasa lelah, Fengjiu mundur selangkah dari Jiheng dan berkata, “Takutnya, aku tidak tahu mengapa kau melukaiku dengan berkata seperti ini. Jika kau tidak mau membagikan buah Saha itu, maka tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan.”

Jiheng bertenti tersenyum; suaranya sekarang tanpa humor: “Aku tahu perkataan semacam ini pasti akan membuatmu marah, tetapi aku mengatakannya demi kebaikan Yang Mulia sendiri. Tatapan Guruku padamu telah berubah beberapa hari ini. Hatimu pasti sudah tersentuh?”

Jiheng melirik Fengjiu lagi dan melanjutkan: “Aku tidak tahu sudah berapa lama guru hidup. Dalam hidupnya yang kekal, ia sering merasa bosan dalam kesepian. Ia suka mencari hal baru. Kau pintar dan cantik, jadi sudah sewajarnya kau merasa ia tertarik pdamu. Tetapi ia hanya melihatmu sebagai mainan baru. Lebih jauh lagi hanya akan membawa rasa sakit bagimu.”

Tanpa membiarkan Fengjiu bersekempatan untuk bereaksi, Jiheng menurunkan kepalanya dan menambahkan, “Kau mungkin mengira aku berkata seperti ini karena aku sendiri mencintainya.”

Jiheng terdiam. 

“Sejujurnya, aku pernah dinikahkan dengannya. Tetapi dalam masa mudaku yang bodoh, aku meninggalkan sebuah perjodohan yang luar biasa. Selama tiga ratus tahun, Guru tidak pernah sekali pun meninggalkanku. Ia membuatku sadar, kepada siapa orang yang sesungguhnya harus kugantungkan kebahagiaanku. 

"Kedatanganmu membuatku menyadari perasaanku sendiri. Perhatian istimewanya padamu memang sangat menyakitkanku. Itulah mengapa aku meminta buah Saha padanya, untuk menguji seberapa pentingnya diriku di hatinya. Aku, juga, takut apakah kami dapat melanjutkan takdir kami yang telah hancur dulu, tetapi ia tidak berpikir dua kali sebelum memberikan buah itu padaku.”

Setelah beberapa saat berpikir, Jiheng menyelesaikan: “Aku ingin hubungan kami berdua kekal abadi. Putri, tolong jangan muncul di antara kami berdua.”

***

Lama setelah Jiheng pergi, Fengjiu masih membeku di tempat yang sama. Angin bertiup semakin kencang di pinggiran kota, bahkan meledakkan sinar matahari. Langit pun menjadi buram.

Apa yang Fengjiu katakan ketika Jiheng pergi? 

Fengjiu mungkin dengan sopan mengatakan sesuatu berbarengan dengan kalimat “Aku berharap kau dan Yang Mulia sang Raja akan memiliki akhir yang kekal abadi.”

Ketika Jiheng mengekspresikan kesedihannya dengan perkataan yang menyentuh hati, wajah Fengjiu sangat dingin, ia bahkan tidak memperhatikan bagaimana Jiheng menjawabnya setelah itu.

Mungkin saja Jiheng menyembunyikan cahaya di matanya selagi ia juga dengan sopan mengatakan bahwa ia selalu tahu kalau Putri Jiu’ge sebagai seorang yang bijaksana.

Fengjiu memang seorang yang bijaksana. Demi mendapatkan buah Saha itu, ia menghabiskan banyak usaha dan menahan begitu banyak kpahitan hanya untuk kalah dari beberapa kata biasa Jiheng pada Donghua.

Fengjiu merasa tersinggung, tapi apa yang dapat dilakukannya. Jauh di lubuk hatinya, ia mengerti bahwa Jiheng adalah satu-satunya yang dicintai oleh Donghua. Belakangan ini, mereka sedang mengalami konflik yang tak dapat mereka selesaikan.

Menggunakan buah Saha, Donghua berharap ia dapat menenangkan Jiheng dan dengan begitu menyelesaikan masalah mereka. Tindakan Donghua sama sekali tidak berlebihan. Masih mempertimbangkan soal Fengjiu, Donghua pergi menemui Ratu Langit dan meminta sekeranjang buah persik. Paling tidak, Donghua memikirkan tentang juniornya. Fengjiu tidak punya alasan untuk merasa diperlakukan tidak adil.

Saat Xiao Yan mengatakan kalau Donghua memperhatikan Fengjiu karena ia ingin menjadi temannya, Xiao Yan telah menilainya terlalu tinggi. Jiheng benar. Dijun hanya menginginkan sebuah mainan baru dalam kesepian sejenaknya.

Perkataan Jiheng memang terus terang, tetapi ia hanya mengatakan kenyataan. Merasakan tusukan pada harga dirinya, Fengjiu ingin menyangkal tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

Semua ini tampaknya membuktikan ide tentang Dijun menggunakannya untuk memprovokasi Jiheng. Jika Dijun dapat mendengarkan perkataan Jiheng barusan ini, ia pasti akan sangat gembira.

Itu artinya, Fengjiu telah menyatukan mereka bersama, jadi ia memang cukup berguna. Jiheng bilang ia menginginkan hubungan kekal abadi bersama Dijun, bukankah itu juga adalah harapan Donghua?

Jika mereka damai, Donghua pastinya tak membutuhkan Fengjiu lagi? 

Tentu saja, Donghua akan pindah dari Jifeng Yuan dan kembali ke sisi Jiheng.

Tentu saja, Donghua tidak membutuhkan Fengjiu untuk mengurus makanannya lagi.

Tentu saja, Donghua tidak harus menarik Fengjiu untuk latihan di tiang salju lagi. 

Maka, ini sebenarnya adalah hal yang bagus.

Fengjiu tidak tahu mengapa, tetapi ia merasa jauh lebih sedih saat mengerti semuanya. Angin dingin berembus, Fengjiu memejamkan matanya dan mengangkat lengannya untuk mengusap matanya. Ketika ia membuka matanya lagi, lapangan bersalju itu menjadi semakin samar.

Fengjiu duduk sedih di sisi jalanan sejenak. Saat hatinya sudah tenang, ia memikirkan sekali lagi soal buah Saha itu. Fengjiu merasa ia tetap harus kembali ke Jifeng Yuan lagi. Fengjiu telah berusaha sangat keras demi buah itu.

Jiheng tidak ingin membagi buah itu dengannya, tetapi mungkin saja jika Fengjiu meminta pada Donghua. Donghua dapat membujuk Jiheng dengan begitu banyak harta berharga lainnya.

Tetapi bagi Fengjiu, ia harus memiliki buah Saha demi menyelamatkan Ye Qingti. Bahkan jika Donghua hanya memperlakukannya sebagai teman sementara, Fengjiu merasa ia telah melakukannya dengan baik.

Jika Donghua membiarkan Fengjiu memiliki buah itu, ia akan terus menjadi teman bermain cadangan Donghua, ia bahkan akan melakukan semua yang diinginkan Donghua.

Ada beberapa saat ketika Fengjiu juga merasa kalau itu hal yang merendahkan drajatnya, tetapi hingga hari ini, ia tidak dapat memikirkan cara lain. Jika menangis dan memohon tidak berhasil, Fengjiu akan memegangi lengan jubah Donghua dan menangis tersedu-sedu.

Sekali lagi, Donghua mungkin tidak akan mempedulikan air matanya. Selain beberapa orang yang dipedulikan Donghua, yang lainnya tidak berarti apa pun baginya. Seperti ketika Donghua dengan mudahnya memberikan buah Saha itu pada Jiheng, Donghua sudah pasti tidak mempedulikan soal kesungguhan dan usaha Fengjiu.

Ia sangat mengetahui sisi Donghua yang satu ini.

Beberapa waktu kemudian, Fengjiu mengelap matanya dan berdiri untuk kembali ke Jifeng Yuan. Ia tersandung batu kerikil di tengah jalan.

***

Gerbang Jifeng Yuan terbuka lebar. Berdiri di luar, Fengjiu menatap ke dalam aliran sungai yang jernih dan membenarkan pakaiannya. Ketika ia melihat matanya yang memerah, ia mengambil salju di pinggiran sungai dan menekankannya pada matanya.

Lalu, Fengjiu menutup matanya dan duduk di tanah sejenak. Ketika ia menatap kembali ke dalam air dan tidak melihat adanya kemerahan, Fengjiu memastikan semuanya tampak pantas sekali lagi sebelum berbalik masuk ke dalam halaman.

Halamannya sangat hening; di atas permukaan kolam terdapat beberapa daun teratai yang layu. Biasanya, Donghua akan beristirahat di kebun belakang atau memancing di kolam saat ini.

Fengjiu mengambil napas dalam, dan selagi ia pergi langsung menuju kebun belakang, seorang berjubah biru berjalan keluar dari balik pintu masuk melengkung. Xiao Yan terdorong ke samping ke tanaman merambat hijau di atas pintu, terkejut melihat Fengjiu.

Xiao Yan tidak punya kesempatan untuk berbicara ketika Fengjiu bertanya lebih dulu, “Apakah Dijun di dalam?”

Dijun tidak ada di dalam. 

Xiao Yan mengernyit dan memberitahu Fengjiu dengan suara kasar, “Kau hanya beberapa detik terlambat. Muka Es telah membawa seekor rubah terluka dengannya kembali ke Jiuchongtian untuk diobati. Tampaknya, Muka Es menemukan seekor rubah sekarat di perjalanannya kembali dari Lembah Prem. Ia menggunakan energi keabadiannya untuk mempertahankan rubah itu tetap hidup, memberi ramuan, dan membawanya kembali ke Langit. 

"Menurutku, Muka Es bukan tipe yang murah hati. Rubah itu menggugah rasa kasihan Muka Es sekarang karena ia mungkin berpikir kalau rubah itu mirip dengan rubahnya yang hilang beratus tahun yang lalu.”

Dengan pahit, Xiao Yan melanjutkan: “Hanya dengan sedikit tindakan kebaikan membuat Jiheng terharu. Jika bukan karena Jiheng tidak punya cukup penempaan diri dan tak dapat meninggalkan Lembah Fanyin, ia pasti sudah pergi bersama dengan Muka Es sejak lama.”

Wajah Xiao Yan sekarang penuh dengan kesedihan. 

“Jiheng pergi untuk mengantarnya. Aku tidak ikut karena aku tidak ingin bertemu dengan Muka Es. Aku menunggu di sini agar aku bisa membawamu pergi minum-minum. Aku rasa, Muka Es tidak akan kembali kemari selama tiga atau empat hari. Apakah ada sesusatu yang mendesak yang kau inginkan darinya?”

Xiao Yan lalu berkomentar dalam penemuan terbarunya, “Sekarang karena Muka Es telah menyelesaikan semuanya di sini, mungkin ia tidak akan kembali?”

Xiao Yan mengoceh dan terus mengoceh sekian lama, Fengjiu tidak dapat menangkap semuanya. Ia hanya mendengar beberapa bagian yang dikatakan Xiao Yan. 

“Apakah kau bilang Dijun tidak akan kembali selama beberapa hari?”

Tiga atau empat hari telalu lama. Fengjiu mendengar dari Meng Shao mengenai tradisi kerajaan dalam memetik buah Saha. Pohon suci itu dipelihara oleh Langit. Selayaknya rumput ajaib di Yingzhou dekat Laut Timur yang dijaga oleh monster penjaga, buah Saha dijaga oleh empat ular piton di bawah tiang batu.

Sebelum ia dapat memetik buahnya, sang Ratu akan menggunakan darah dari ujung jarinya untuk diteteskan ke perut ular itu. Setelah mereka tertidur, ia dapat mendekati pohon itu.

Untuk alasan inilah, Fengjiu mempelajari bahwa di malam kompetisi berakhir, sang Ratu akan meneteskan darahnya ke dalam perut ular lalu menunggu hingga jam kedua di malam berikutnya sebelum ia dapat datang memetik buah itu.

Besok malam, atau paling lama adalah lusa, buah Saha itu akan dikirimkan ke tangan Jiheng. Tampaknya meminta bantuan Donghua sudah tidak mungkin sekarang.

Apakah masih ada jalan lain? Haruskah Fengjiu memohon pada Jiheng lagi? Ia tersentak dengan pemikiran ini. Ia pasti sangat kehabisan akal hingga memikirkan hal memalukan seperti ini.

Jika Fengjiu memohon pada Donghua, ia mungkin akan kasihan dan membiarkan Fengjiu memilkinya. Fengjiu tidak berpikir kalau Donghua tidak menyukainya. Tetapi jika ia memohon pada Jiheng, tidak peduli seberapa menyedihkannya, ia tidak yakin si putri akan tersentuh.

Fengjiu merupakan duri di mata Jiheng, ia telah mengatakannya dengan jelas. Jika ia hanyalah seekor rubah kecil biasa, martabatnya tidak masalah. Tetapi ia adalah penguasa dari Wilayah Timur, Ratu Qingqiu.

Fengjiu tidak boleh membiarkan nama Qingqiu direndahkan orang lain. Ia tidak boleh melakukan hal semacam ini. Semenjak inilah masalahnya, ia mungkin bisa mencoba keberuntungannya dengan menyusup masuk ke dalam Mata Air Jieyou sebelum buah Saha dipetik.

Saat ide ini muncul dalam benaknya, Fengjiu mendadak tersadar: ketika tidak ada tempat lain untuk pergi, ini, sebenarnya, merupakan sebuah jalan terang, dan saat ini Fengjiu tidak punya tempat lain untuk pergi.

Lebih dari siapa pun, Fengjiu tahu seberapa berbahayanya untuk menyusup masuk ke Mata Air Jieyou. Jika masih ada pilihan lain, ia tidak akan mengambil risiko mempertaruhkan nyawanya juga; namun ada utang budi yang dimiliki Fengjiu pada Ye Qingti.

Selama bertahun-tahun, Fengjiu tidak mampu membalas budinya; ia terus memikul utang ini di bahunya dan sering merasa terbebani rasa bersalah.

Tanpa sengaja, Fengjiu jatuh ke dalam Lembah Fanyin dan mendapat kesempatan ajaib untuk menyelamatkan Ye Qingti. Ia tidak ingin melepaskan kesempatan ini.

Bukannya Fengjiu tidak mempertimbakan metode yang lebih aman untuk mendapatkan buah Saha, juga bukannya ia tidak berusaha. Tetapi terkadang sulit sekali memprediksi cara kerja langit.  

Mungkin karena Ye Qingti telah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Fengjiu di masa lalu, Langit menganggap tidak adil jika ia membalas budinya semudah itu.

Harus ada sebuah tantangan membahayakan nyawa sebagai gantinya barulah ada keadilan. Langit selalu bekerja dengan caranya sendiri. Setelah berpikir demikian, Fengjiu tidak mempertimbangkannya lebih jauh lagi.

Fengjiu menatap langit. Jika ia ingin mencuri buah Saha, harus malam ini.

***

Ketika Xiao Yan melihat Fengjiu pergi melewatinya masuk ke dalam pintu melengkung, ia bertanya heran, “Kau tidak akan ikut ke Zuilixian untuk minum-minum denganku?”

Fengjiu tanpa ragu meminta untuk melakukannya lain hari, tetapi dalam benaknya, ia berpikir itu semua masih tergantung akan keberuntungannya malam ini.

Jika keberuntungan Fengjiu buruk, ia tidak yakin kapan ‘lain hari’ itu. Xiao Yan menghela napas dan merasa Fengjiu sama sekali tidak tulus, dan dalam beberapa langkah, mencapai pintu keluar dari halaman.

Selagi Xiao Yan baru akan pergi, Fengjiu memanggilnya untuk berhenti. 

Xiao Yan dengan senang berbalik dan berkata, “Aku tahu kau akan jadi teman baik dan ingin menemaniku.”

Fengjiu mengamati Xiao Yan dari kepala hingga kaki dan memberitahunya, “Lain hari. Aku hanya merasa bahwa karena kita bersahabat sekian lama, aku ingin melihatmu lebih baik.”

Xiao Yan menggaruk kepalanya kebingungan. 

“Kau tampaknya punya hal penting yang harus kau lakukan, kalau begitu baiklah. Benar, kudengar Zuilixian mendapatkan seorang koki baru belakangan ini. Haruskah aku membawakanmu beberapa masakan andalannya?”

Fengjiu mengangguk. 

“Baiklah, tetapi aku makan yang hambar belakangan ini. Beritahu mereka jangan membuatnya terlalu pedas.”

***

Itu malam yang tak berbulan. Beberapa bintang menghiasi langit. Lorong rahasia yang dibuat Xiao Yan setengah bulan yang lalu masih bisa digunakan.

Setelah tersesat terakhir kali, Fengjiu belajar dari pengalamannya dan dengan hati-hati mengikuti alur langsung menuju Mata Air Jieyou kali ini.

Fengjiu mendesah lega pada dirinya sendiri, memang segalanya dalam hidup penuh karma dan saling berhubungan. Inilah ‘takdir’ yang dibicarakan sang Buddha.

Mata Air Jieyou adalah mata air biru sejernih kristal. Pohon Saha berdiri di atas pinggiran sungai mirip dengan sekelompok awan yang mengepul. Di tengah-tengah awan itu terdapat buah merah gemerlap.

Keempat pilar itu berdiri diam mengelilinginya; tak pasti kapan keempat piton itu akan bebeas dari batu. Donghua pernah bertanya apakah Fengjiu takut keluar di malam hari karena ia pernah jatuh ke sarang ular ketika masih kecil.

Benar, Fengjiu takut malam hari dan dari semua hewan dan monster, ia paling takut dengan ular. Tetapi berdiri di sini sekarang, Fengjiu tidak merasakan rasa takut yang sama.

Rasa takut meningkat ketika orang memiliki sesuatu yang mereka khawatirkan. Meski begitu, dalam perjalanannya kemari, Fengjiu sudah memperkirakan skenario terburuknya. Yang lainnya semua hanyalah awan yang akan segera berlalu baginya.

Titik ini merupakan seratus meter jauhnya dari pohon Saha. Tidak mungkin bagi Fengjiu mengalahkan ular piton itu dalam jarak seratus meter, lalu mengambil buah Saha itu.

Paman iparnya, Yehua, juga pergi ke Yingzhou di Laut Timur untuk mencuri rumput ajaib. Meskipun penampaan dirinya luar biasa, ia kehilangan sebelah tangannya pada si monster penjaga. Fengjiu tidak punya kemampuan untuk menghadapinya secara langsung.

Fengjiu berencana mentransfer seluruh energi abadinya selama 30.000 tahun menjadi sebuah perisai pelindung. Membiarkan ular-ular piton itu menyerang di luar semau mereka, ia hanya harus berjalan lurus ke depan demi buah Saha itu.

Setelah Fengjiu memetiknya, ia akan berbalik untuk melawan ular-ular itu. Ini akan menguji kecepatannya. Jika Fengjiu cepat, perisai pelindung dari energi keabadiannya dapat mengulur waktu  yang cukup baginya untuk mendapatkan buah itu.

Meskipun Fengjiu menggunakan seluruh energinya sekarang, ia masih bisa menempa diri lagi. Bukan konsekuensi yang besar. Tetapi jika ia tidak cukup cepat, perisai pelindungnya tidak akan bertahan cukup lama baginya untuk melarikan diri dari teritori ular-ular piton itu. Sulit mengatakan apa konsekuensinya jika sudah pada tahap itu.

Di saat bersamaan, Donghua pernah mengatakan kalau Kurungan Tiancang-nya masih bersama Fengjiu. Meskipun itu merupakan sebuah artefak ajaib yang hanya dapat dikendalikan oleh pemiliknya, karena Kurungan itu berada di dalam tubuh Fengjiu, tentu akan secara otomatis melindungi Fengjiu di saat berbahaya.

Tidak peduli seberapa mengerikan situasinya, Fengjiu tidak akan kehilangan nyawanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan terlalu parah.

Angin malam melolong. Fengjiu mengeluarkan sebuah mantra dari jarinya dan mengucapkan mantra untuk memunculkan sebuah perisai pelindung di sekujur tubuhnya.

Fengjiu mendadak bertanya-tanya apa yang terjadi jika ia entah bagaimana mendapatkan buah Saha itu, tetapi Jiheng jadi marah dan Donghua membuat Fengjiu mengembalikannya?

Fengjiu tidak yakin jika Jiheng akan melakukan ini atau tidak. Namun, meski begitu, ia tidak akan pernah mengembalikannya. Yang buruk telah jadi yang terburuk, Fengjiu akan memutuskan segala hubungannya dengan Donghua.

Tetapi Fengjiu merasa lemah pada pemikiran ini. Akan sangat menyenangkan jika Donghua dapat jadi secuil baiknya pada Fengjiu seperti sikapnya pada Jiheng. 

Fengjiu tidak butuh banyak, hanya secuil.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar