Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 10 Part 1


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 10 Part 1


Fengjiu tidak bertemu Donghua lagi di hari-hari berikutnya. Awalnya, ia bertanya-tanya apakah ia telah mengacaukan rencana Donghua, dan sudah yakin bahwa Donghua pasti akan menghukumnya karena itu.

Bahkan saat sedang beristirahat dari flunya, Fengjiu telah memikirkan tindakan balasan jika ia bertemu dengan Donghua lagi. Tetapi, selama beberapa hari, sekolah tidak menjadwalkan Donghua untuk kuliah lainnya.

Suatu sore setelah kelas selesai, Fengjiu memperhatikan Putri Jielu yang selalu menunjukkan ketertarikan besar pada Donghua, tetapi apa yang didengar oleh Fengjiu darinya hanya beberapa gerutuan pada teman-teman sekelas mereka kalau Donghua tidak datang untuk mengajar. Tak ada hal penting lain yang disebutkan.

Donghua datang kemari untuk bertemu Jiheng. Sekarang karena mereka telah bertemu satu sama lain, mungkin Donghua telah kembali ke Jiuchongtian. 

Namun, jika Donghua mencintai Jiheng, mengapa tidak ia bawa saja Jiheng pergi dari tempat ini? Mengapa harus menunggu hingga sepuluh tahun untuk bertemu?

Mungkinkah ini salah satu hobi baru yang ditemukan Donghua selama beberapa ratus tahun terakhir ini? 

Selama Fengjiu tidak bersama dengannya, Donghua memang jadi semakin membingungkan.

***

Hari ini, Meng Shao mengundang Fengjiu dan Xiao Yan ke Zuilixian, sebuah restoran terkenal di ibu kota, untuk minum-minum. Zuilixian baru-baru ini memperoleh penari tercantik di seluruh kota.

Meng Shao menontonnya dengan riang gembira. Kemudian, mabuk setelah beberapa gelas minuman, Meng Shao membocorkan rahasia dari empat ular piton yang menjaga pohon Saha.

Namun, pidato Meng Shao, tidak seperti esainya, tidak pernah pandai bicara. Rahasia yang Meng Shao bicarakan campur aduk dan berantakan. 

Terima kasih pada kemampuan Xiao Yan dalam meringkas suatu hal, mereka akhirnya berhasil menyimpulkan kalau tiap tanggal lima belas setiap bulannya, para ular piton itu akan meninggalkan pilar mereka untuk menyerap esensi mistik dari langit dan bumi, jadi selama beberapa jam, tidak akan ada yang menjaga pohon ajaib itu.

Haruskah mereka mencoba peruntungan mereka selama rentang ini?

Tepatnya, malam itu adalah malam dengan bulan penuh, dan tak ada waktu yang lebih baik lagi untuk bertindak. Tidak ada yang pernah tahu, mungkin saja buah ajaib itu akan jadi miliknya malam ini.

Mendengarkan Fengjiu, Xiao Yan dibuat percaya kalau buah Saha tahun ini juga dapat membuat manusia dari seseorang, di luar dari kegunaannya yang tak berguna, yang diketahui Xiao Yan. Ia pun dengan senang hati bergabung.

Untuk memulainya, Xiao Yan menyambungkan sebuah jalan bawah tanah rahasia dari balik tembok kota menuju Mata Air Jie’you. Menjadi seorang pahlawan, Xiao Yan bahkan dengan sukarela menjelajahi jalan itu lebih dahulu.

Fengjiu jadi merasa sedikit—amat sedikit merasa bersalah pada Xiao Yan yang dengan heroiknya telah melompat lebih dahulu ke dalam terowongan hitam kelam itu. Setelah sekian lama, Xiao Yan tidak juga kembali.

Akan sangat lucu apabila Pendekar Xiao Yan sampai dilahap oleh si piton-penyerap-energi-mistis. Namun, Xiao Yan adalah seorang Raja Iblis yang telah membuat banyak dosa di masa lalu. Bagaimana kalau Langit menghukumnya kali ini ... Fengjiu menatap ke lubang yang dalamnya tak terlihat, menutup rapat matanya, dan ikut melompat juga.

***

Gua besar di langit. Istilah bermakna ini digunakan untuk menandakan bahwa di ujung sebuah gua gelap, pasti ada sebuah langit biru. Jalan terusan yang dibuat Xiao Yan entah mengapa tiba-tiba menjadi pertigaan. Sebelum Fengjiu tahu apa yang harus dilakukannya, ia jatuh ke dalam salah satu jalan ini.

Xiao Yan bilang kalau terowongan yang ia buat menyambung ke Mata Air Jieyou. Sekalinya Fengjiu keluar dari terowongannya, seharusnya itu langsung menuju ke mata air di mana ia akan bertemu dengan air daripada udara. Inilah mengapa ia telah lebih dulu meminta pada Meng Shao sebutir mutiara air.

Akan tetapi, pada saat ini, gua tempat Fengjiu terjatuh merupakan sebuah ruang yang sangat besar. Di atas kepalanya terdapat angin menderu dan awan badai. Di bawahnya merupakan sebuah hutan hijau bergoyang di tengah terpaan angin kencang.

Fengjiu memeluk dirinya erat seraya berdiri di atas sebuah kanopi. Ini bukanlah dunia bawah air yang dibicarakan oleh Xiao Yan. Apakah ia tersesat? 

Apakah Xiao Yan, yang juga keluar untuk menjelajah dan tidak kembali, juga tersesat? 

Bravo, ia yang membuat jalan rahasia ini sendiri dan masih tetap tersesat. Jenius sekali. Klan Iblis pastilah tempat yang jauh lebih dermawan daripada yang dipercayai orang-orang hingga Xiao Yan dapat mempertahankan takhtanya selama ini.

Fengjiu menyembunyikan dirinya sendiri di antara dedaunan hijau selagi memijat bahunya yang memar. Bulan semerah darah bergantung rendah di kejauhan di ujung horizon.

Pemandangan semacam ini sungguh menyeramkan. Tampaknya Fengjiu telah jatuh ke wilayah iblis terlarang di suatu tempat. Xiao Yan tetap berada dalam pikiran Fengjiu.

Selagi Fengjiu berdebat apakah akan pergi mencarinya di sini atau kembali dan mencarinya di mata air, serangkaian tawa tiba-tiba bergema di ujung hutan. Pastinya seorang iblis muda yang cantik, pikir Fengjiu, karena tawanya agak mengusik telinga.

Sudah lama tidak melihat seorang iblis selama bertahun-tahun, Fengjiu paling tidak ingin mengintip sebelum meninggalkan tempat ini. Jadi ia pun meluncur turun, menekankan dirinya pada dedaunan, dan melihat ke arah sumber tawa itu.

Muncul di pandangannya, di ujung jalan berbunga seorang dewa berjubah ungu duduk dengan posisi teratai, pedangnya diletakkan di sisinya ... 

Kenapa, bukankah ini Donghua Dijun yang sudah berhari-hari tidak dilihatnya?

Apa yang Donghua lakukan di sini? Dengan matanya yang tertutup, ia tampak sedang bersemedi. 

Ketika Fengjiu baru saja akan bergerak mendekat untuk melihat lebih jelas, sepasang tangan lembut berwarna gading melingkar di bahu Donghua dan perlahan beringsut menurun ke pinggang Donghua.

Sebuah wajah menarik muncul di atas bahu Donghua. Rambut sehitam kayu arangnya terjalin dengan rambut perak Donghua, senyumnya seelegan sebuah bunga anggrek. 

“Yang Mulia, kau hanya datang kemari sekali selama sepuluh tahun. Apa kau tahu seberapa banyak aku merindukanmu, atau seberapa menyiksanya aku menunggumu?”

Perkataan semanis madunya melayang hingga ke telinga Fengjiu. Duduk di atas sebuah dahan pohon, ia kehilangan pegangannya dan dengan cerobohnya jatuh ke tanah.

Mata memikat si gadis pun menyapu ke arah Fengjiu, dan dengan tangan yang tak tertutup pakaian, masih melingkar di leher Donghua, ia tertawa: “Apakah masih ada orang di dunia ini yang lebih parah dalam romantisme seperti dirimu? Bagaimana bisa kau membawa serta dua wanita lain saat tengah bertemu denganku? Apakah kau tidak takut kalau aku akan sedih ...?”

Cukup berangin di luar sini, kenapa pakaian Donghua sangat tipis ...? Selagi Fengjiu memikirkan soal ini, ia menghindari tatapan mata si gadis dan menyadari makna perkataan gadis itu ketika ia mengatakan ‘dua’.

Ternyata ada seorang lagi yang telah berdiri di bawah pohon selama beberapa waktu sekarang—Putri Jiheng dengan gaun putihnya yang berkibar.

Hari ini, bukan hanya gaun sang putri yang sewarna salju, ekspresi, juga seputih salju. Jiheng menatap Donghua, bibirnya membentuk garis tertutup; di wajahnya terdapat ekspresi tersakiti. Fengjiu merasa kasihan padanya.

Beruntungnya, Donghua memilih untuk membuka matanya tepat di saat ini. Embusan kuat mengguncang hutan dan hujan kelopak bunga tiba-tiba saja turun.

Di tengah hujan bunga, Donghua mengernyitkan alisnya pada para gadis muda itu dan bertanya, “Kenapa kau datang kemari?”

Bukan ‘kalian berdua’, hanya ‘kau’. 

Fengjiu menggaruk kepalanya berusaha memikirkan sebuah jawaban selagi Jiheng berkata menyedihkan di belakang Fengjiu: “Guru, aku mencemaskan Anda. Aku kesulitan mencari jalanku kemari, tetapi Anda ... aku ...”

Fengjiu diam-diam memahami skenarionya; jadi Donghua bertanya pada Jiheng. Ia menggosok hidungnya dan menaikkan telinganya untuk mendengarkan, menunggu Jiheng untuk melanjutkan.

Selagi Fengjiu menunggu, ia menyadari kelopak bunga yang berterbangan di udara. Mereka mirip dengan bunga suci Fuling dari Jiuchongtian yang pernah Fengjiu sukai dulu, tetapi bunga ini tidak seharusnya tumbuh di tempat jahat seperti ini.

Jiheng masih belum mengatakan apa pun lagi. Fengjiu mengangkat matanya untuk melihat ke arah Jiheng. Si iblis wanita itu dengan berani menempelkan wajahnya pada Donghua sekarang, dan sang raja tidak menunjukkan keinginan untuk berpindah. Jiheng sepertinya tidak sanggup lagi melihat ini, dan dengan tangannya melengkung menjadi tinjuan, Jiheng pun berbalik dan lari.

Si iblis wanita yang tangannya masih berada di sekitar Donghua masih tersenyum dari sudut matanya. 

Ia berkata pada Fengjiu, “Gadis muda ini berbeda dari kakaknya; ia tidak melarikan diri melihat adegan menarik ini. Apakah kau ingin tetap di sini untuk menyaksikan percintaanku dengan sang Raja?”

Fengjiu menggali sekitar sejenak sebelum akhirnya menemukan pedang Taozhu-nya. Fengjiu mengangkat kepalanya dan mengembalikan senyum cerah si penggoda dengan senyumnya sendiri. 

“Silakan saja. Aku tidak melihat adanya kerugian dengan berdiri dan menonton.”

Dengan kepalanya yang diletakkan pada bahu Donghua, ekspresi si iblis wanita langsung berubah. 

Tawanya reda selagi ia menurunkan nada suaranya: “Apakah kau sudah berhasil melihatnya?” 

Ia kemudian mencemooh, “Bagus sekali. Jika kau ingin mengarungi air berlumpur ini, aku akan mengabulkan permintaanmu.”

Dalam sekejap, ia telah melompat beberapa langkah ke belakang. Sepotong kain selempang sutra merah menembak ke depan—ini merupakan sebuah gerakan yang mengincar area vital di leher.

Baru beberapa saat yang lalu, Fengjiu masih berdebat, haruskah ia ikut campur dalam masalah ini.

Ketika Fengjiu pertama kali melihat keduanya melalui dedaunan tebal, ia juga, bertanya-tanya sejak kapan Donghua telah jatuh hati pada si penggoda cantik itu. 

Di saat bersamaan, Fengjiu pun bertanya-tanya bagaimana mungkin Donghua mencintai Jiheng sementara menyukai orang lain di waktu bersamaan. Apakah cinta semacam ini ada di dunia? Betapa rumitnya, hal yang disebut cinta ini. Fengjiu sering kali tidak mengerti.

Tidak hingga Fengjiu tanpa sengaja mendongak dan melihat awan bergolak yang bergulir masuk dan bulan yang berubah dari putih menjadi merah, barulah ia tiba-tiba menyadari situasinya.

Pastinya ada kekuatan bertentangan yang kuat di antara mereka berdua hingga fenomena aneh ini muncul. Jiheng pergi dalam kecemburuannya karena ia tidak menyadarinya, meskipun di tengah keintiman Donghua dengan si iblis wanita, terdapat sebuah pergumulan tersembunyi di antara keduanya.

Donghua begitu tampan hingga mungkin saja kalau si iblis wanita benar-benar memiliki perasaan padanya. Di lain pihak, Donghua membiarkannya menebar tipu muslihat mungkin agar Jiheng dan Fengjiu meninggalkan medan pertempuran yang berbahaya ini.

Fengjiu menganggap kalau Donghua mengkhawatirkan dirinya dan sang putri. Tiba-tiba saja, Donghua terlihat baik dan terhormat baginya. 

Lain halnya jika Fengjiu tidak menyadari kebaikannya, tetapi bagaimana mungkin Fengjiu meninggalkan Donghua sendiri ketika ia begitu terhormat?

Arwah jahat mempraktikkan sihir jahat. Di antara mereka, penggodaan merupakan salah satu yang paling mematikan. Semakin cantik si penggoda, semakin mudah baginya memperdaya korbannya.

Tidak peduli apakah orang itu adalah seorang dewa atau iblis. Selama ada kerinduan duniawi dalam hatinya, ia akan mudah terperangkap.

Meskipun Donghua memiliki penempaan diri yang fenomenal, ia memang memiliki perasaan pada Jiheng. Dan di antara keenam emosi, cinta selalu yang pertama. Akan sulit menebak apa konsekuensinya bila si iblis wanita menggunakan kemampuan godaannya pada Donghua; kehadiran Fengjiu di sini dapat sedikit membantu.

Fengjiu menghela napasnya sekali lagi. Kenapa Jiheng tidak dapat melihat ini? Jika Jiheng melihatnya, maka akan ada tenaga tambahan ekstra, dan mereka punya kesempatan lebih besar untuk menang. Wanita ... mereka selalu begitu sentimental!

Fengjiu memperhitungkan analisis situasinya hari ini dengan begitu cepat. Pergerakannya, juga, cepat. Di tengah Fuling yang berterbangan, pedang panjangnya bergerak seperti kilauan cahaya.

Mereka telah bertarung selama beberapa saat tetapi kain selempang sutra milik si iblis wanita masih belum menyentuh tubuh Fengjiu. Ia cukup gembira dengan penampilannya hari ini.

Donghua bersandar pada telapak tangannya seraya menonton Fengjiu berpindah cepat dan terbang seperti seekor kupu-kupu putih di tengah hujan kelopak bunga. Ini adalah kali pertama Donghua melihat tarian pedang Fengjiu.

Dikatakan bahwa ilmu berpedang Fengjiu dipelajari dari ayahnya, Bai Yi. Jika Donghua mengingat dengan tepat, kemampuan berpedang Bai Yi dikenal dengan kekukuhannya. Namun, Fengjiu menunjukkannya dengan jauh lebih lembut.

Tiap pergerakannya sangat anggun; ketenangan dan keseimbangan Fengjiu juga cukup baik. Dapat berduel melawan Miao Luo, yang tercipta dari Dunia Huiming, pada usia dan penempaan Fengjiu, dapat dikatakan sebagai kelangkaan.

Sejujurnya, Fengjiu tidak salah menebak pada awalnya. Tujuan perjalanan Donghua kali ini memang untuk menumpas kejahatan. Akan tetapi, gadis ini bukanlah iblis biasa. Ia merupakan penjelmaan dari tiga racun yang merembes keluar dari Dunia Miaoyi Huiming. Sekalinya penjelmaan ini menjadi orang, Yang Mulia Raja sendirilah yang harus turun tangan.

Meski demikian, Donghua telah memerangkap esensi aslinya di dunia cerminan Huiming. Setiap sepuluh tahun sekali, sedikit racun berhasil keluar dan terbawa turun ke dunia kehidupan. Ia lebih kuat dari iblis biasa, tetapi masih belum jadi perhatian bagi Donghua.

Donghua bukan berencana membiarkan si iblis wanita mendekatinya untuk mengusir Jiheng dan Fengjiu pergi demi keselamatan mereka. 

Semakin dekat si iblis padanya, maka semakin mudah pula ia menggunakan kemampuan godaannya. Namun, semakin dekat ia pada Donghua, maka semakin mudah pula bagi Donghua untuk menghancurkannya. Memang tidak perlu untuk menjauhkan si iblis darinya.

Fengjiu salah paham menganggap kalau Donghua berlaku demikian demi dirinya dan Jiheng, bahkan terharu atas gestur kecil itu.

Meski demikian, ini masihlah wilayah yang berbahaya. Walaupun Miao Luo hanya penjelmaan dari wujud aslinya, ia masih ancaman berbahaya dibandingkan dengan Fengjiu dan Jiheng. Sudah pasti mereka takut padanya.  

Donghua tidak tahu mengapa Jiheng di sini, tetapi ia menyadari adanya bahaya dan telah melarikan diri; tampaknya ia cukup pintar. 

Kesan Donghua, Fengjiu jelas lebih cerdas dari Jiheng. Orang mungkin akan berpikir kalau Fengjiu akan lebih dulu melarikan diri bahkan sebelum si putri, tetapi untuk beberapa alasan, ia malah tetap tinggal.

Donghua mengamati Fengjiu selama beberapa saat dan mulai meragukan dirinya sendiri. Untuk sesaat, Donghua tidak dapat melihat apakah si gadis berjubah putih adalah Fengjiu yang sama dengan yang ia kenal. Tetapi, meskipun tersembunyi, Donghua dapat melihat jelas tanda bunga phoenixnya ... dan itu sangatlah nyata.

Mata bersinar Fengjiu pun menampilkan kesan familier yang sama yang ia tahu dari Jiuchongtian. Apakah Fengjiu sungguh mengira kalau Donghua dimanipulasi oleh si penggoda dan ingin menyelamatkan dirinya?

Donghua bersandar di telapak tangannya dan diam-diam menatap Fengjiu yang berdiri dengan pedang di tangannya.

Semenjak hari di mana Donghua lahir dari Laut Biru dan mendaki tumpukan tengkorak hingga sekarang, ada begitu banyak orang yang datang meminta perlindungannya, tetapi ia tidak pernah mengira akan ada seseorang yang ingin melindunginya.

‘Melindungi’ disebutkan bersamaan dengan nama Donghua adalah sebuah lelucon yang menggelikan. 

Namun di sini, sekarang di dalam hujan bunga, ratu muda rapuh dari Qingqiu menggunakan pedang tipisnya melawan monster yang jauh lebih hebat untuk melindungi Donghua. Ini jelas merupakan kejutan menarik bagi Dijun.

Saat Fengjiu menarik pedangnya untuk yang kedua kalinya, ia menyadari kalau peluangnya untuk menang melawan si iblis wanita sangatlah tipis. Ia tinggal untuk menolong Donghua, namun hanya itu saja tingkat dari tujuannya.

Fengjiu hanya berencana memperpanjang waktu bagi Donghua untuk mencari kesempatan menyerang. Ia tidak pernah berpikir untuk mengambil alih tugas membunuh Miao Luo dari tangan Donghua. 

Separuh jalan dari pertempuran mereka, Fengjiu merasa ia berhasil bertahan cukup baik. Di babak selanjutnya, ia sungguh berharap Donghua dapat segera meninggalkan tempat duduknya dan membantunya.

Ketika Fengjiu melirik ke arah Donghua, Dijun sedang bersandar di telapak tangannya dan melihatnya dengan sinar terang di matanya. Samar-samar, Fengjiu melihat tiga kata terbentuk dari bibir Donghua yang bergerak.

Fengjiu meragu dalam diam. Di antara yang pertama dan kedua, dan yang kedua dengan ketiga terdapat jeda. Mungkin itu mengandung makna yang tinggi, dan akan membantu kemampuan berpedangnya meningkat pesat.

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar