Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1
Chapter 9 Part 2
Perasaan Fengjiu terhadap Jiheng agak rumit. Jiheng berbeda dengan Zhi’he, dan Fengjiu tidak bisa bilang dengan pasti apakah ia membenci Jiheng atau tidak. Walaupun Fengjiu berat sebelah pada Jiheng karena Donghua, ia juga tidak bisa melupakan kebaikan sang Putri padanya.
Fengjiu masih bisa ingat Jiheng dengan tulus mengurusnya di Lingkup Teratai Jahat. Tentu saja Fengjiu memang tanpa sengaja melukai Jiheng di Jiuchongtian, tetapi Jiheng juga sudah balas melukainya, jadi sekarang mereka sudah impas.
Fengjiu tidak pernah beranggapan bahwa dengan ia meninggalkan Donghua merupakan sebuah berkah bagi mereka, tetapi ia pun tidak bisa mempercayai kalau Jiheng akan meninggalkan Donghua di hari pernikahan.
Si Putri Iblis pastinya mendapatkan kekaguman Fengjiu untuk hal ini. Namun, tak peduli bagaimanapun, keduanya kini bertemu lagi di sini di Lembah Fanyin.
Memiliki takdir semacam ini bahkan dapat membuat langit terharu. Bicara secara objektif, jika perasaan Donghua pada Jiheng masih ada, mereka tinggal bersama bisa dianggap sebagai sebuah dongeng yang indah.
Bahkan Yan Chiwu, pria dengan jaringan intelenjensi terbesar di dunia, juga mengatakan kalau satu-satunya cinta Donghua selama bertahun-tahun ini adalah Jiheng.
Fengjiu tidak boleh egois dan mengharapkan Donghua hidup dalam kesepian seumur hidupnya hanya karena kurangnya takdir mereka berdua. Kepicikan semacam ini tidak pantas dimiliki oleh seorang ratu dari delapan daratan, Fengjiu dari Qingqiu.
Dunia tiba-tiba saja terbuka lebar tepat di depan mata Fengjiu. Langit biru dan awan putih menyapanya. Hati Fengjiu kini damai, ia mengagumi dirinya sendiri karena berbesar hati merestui mereka berdua.
Kecuali, itu adalah itu dan ini adalah ini. Kenyataan bahwa Donghua sebagai seorang tetua telah dengan cerobohnya meninggalkan Fengjiu, hanya seorang anak kecil, di Lembah Fanyin untuk membusuk, sangat tidak dapat dimaafkan.
Fengjiu lebih memilih untuk terus menyimpan dendam ini selamanya. Tetapi tak satu pun dari hal ini yang benar-benar penting. Yang paling penting yang menyusahkan Fengjiu adalah hal lain.
Fengjiu tidak dapat mengikuti turnamen tahun ini, jadi bagaimana caranya ia bisa memiliki buah Saha yang hanya diberikan untuk sang pemenang?
Tanpa buah Saha itu, bagaimana Fengjiu akan menyelamatkan Ye Qingti?
Apakah hanya mencuri, pilihan yang tersisa? Sebenarnya, mencuri juga bukanlah sebuah ide yang buruk. Haruskah Fengjiu membawa Xiao Yan dengannya dalam pekerjaan yang berbahaya namun sangat berarti ini?
Fengjiu merenung, dan untuk memastikan keberhasilannya, memutuskan jikalau ia akan mati, ia harus membawa Xiao Yan bersamanya.
Akan tetapi, itu juga bukan hal mudah untuk mencuri buah Saha. Di permukaan, tidak ada yang menjaga pohon ajaib itu, tetapi menurut informasi orang dalam, Xiangli Meng, di sekeliling pohon itu terdapat empat pilar, di bawah tiap pilar terdapat seekor ular piton yang protektif. Segera setelah mereka menemukan seorang penyusup, ular itu akan mengigit kepalamu hingga putus bahkan sebelum tanganmu dapat menyentuh buah itu.
Di antara mereka berdua, Xiao Yan adalah seorang penyihir yang lebih kuat. Tetapi Fengjiu masih belum melakukan cukup penelitian mengenai ular piton di lubang kematian itu.
Bagaimana kalau Xiao Yan ditelan hidup-hidup? Fengjiu mendongak untuk mengagumi Xiao Yan sejenak. Bibir kemerahan dan kulit sewarna gading, dengan sedikit sentuhan melankolis. Sayang sekali jika seorang yang begini cantik sampai ditelan oleh ular-ular raksasa.
Fengjiu harus mencari rencana yang sempurna. Ia memutar otaknya selama tiga hari penuh. Hingga pagi di hari ketiga ketika cahaya pertama dari matahari menyinari bukit yang tertutup salju di kejauhan, Fengjiu masih belum bisa memikirkan rencana apa pun.
Pada saat itu, Fengjiu mengetahui kalau Donghua akan memberi pengajaran tentang kesenian teh pagi ini dan kelas akan di adakan di Rawa Shui’yue. Hal pertama yang terlintas di otak Fengjiu adalah ia akan membolos.
Namun, setelah sarapan, Fengjiu dengan tenang memutuskan bahwa ia tidak berhutang apa pun pada Donghua, jadi tidak ada alasan baginya untuk menghindari Donghua. Setelah beberapa saat merenung, Fengjiu mengambil dua buku catatan kecil dari tumpukan menggunung dan langsung menuju ke rawa.
***
Mata pelajaran hari ini adalah filosofi teh. Anggapan Fengjiu, segala sesuatu yang berhubungan dengan filosofi pastilah lama dan panjang lebar.
Akan tetapi, Zheyan pernah menerangkan padanya: apa yang disebut dengan lama dan panjang lebar sebenarnya sebuah usaha rumit yang membutuhkan perhatian tingkat tinggi pada detail; sebuah wujud dari jiwa yang patut dicontoh dan pengertian yang hebat.
Kecuali ucapan Donghua yang bertele-tele sudah jelas bukan karena jiwa yang patut dicontoh maupun karena pengertiannya yang hebat. Fengjiu selalu tahu, itu karena Donghua telah hidup terlalu lama dan waktu adalah satu-satunya hal yang tiada habisnya yang ia miliki dalam kehidupan abadinya.
Jadi, semakin memakan waktu dan telaten sesuatu itu, semakin Donghua merasa tertarik. Sebagai contoh, untuk membuatnya cukup cocok dengan topik pengajaran, Donghua mengatur kelasnya diadakan hingga ke Rawa Shui’yue. Di atas itu, Donghua bahkan membuat usaha untuk mengubah pemandangan musim dingin menjadi sebuah musim semi yang hidup.
Ini semua merupakan hal sepele yang hanya berarti kecil bagi Donghua; mereka kebanyakan hanya sebagai caranya menghabiskan waktu. Fengjiu mengetahui sisi Donghua yang ini dengan sangat baik.
Meski demikian, Fengjiu mencampurkan waktu kelasnya hari ini dan membuat sebuah pengecualian langka untuk hadir lebih awal.
Belum ada seorang pun terlihat di rawa. Hanya ada beberapa ikan berekor putih melompat keluar dari permukaan air dari waktu ke waktu, menghancurkan keheningan pemandangan tersebut.
Fengjiu menguap dan melihat ke arah ranting yang mencuat dari dahan Bailu. Sekitar sepuluh hektar rawa, es dan salju telah meleleh dan memberikan warna khas musim semi.
Tak punya hal untuk dilakukan, kehangatan cuaca musim semi membuai Fengjiu hingga mengantuk. Selagi Fengjiu menatap ke atas langit, ia memutuskan masih terlalu awal, jadi ia memutari rawa dan memilih sebuah bidang rumput lembut di bawah sebuah kanopi besar untuk tidur, lalu mungkin memikirkan sebuah cara untuk mendapatkan buah Saha.
Fengjiu belum berbaring sedetik ketika langkah kaki terdengar mendekat. Saat angin membawa suara langkah kaki ini, Fengjiu kira ia bermimpi. Tetapi setelah beberapa saat mempertimbangkan, ia menyadari kalau ia belum berbaring terlalu lama. Fengjiu belum tertidur, jadi bagaimana bisa ia bermimpi.
Pemilik langkah kaki ini adalah Jiheng. Suara menawannya tetap seperti tiga ratus tahun yang lalu. Fengjiu sendiri tidak tahu kenapa suara Jiheng sendiri meninggalkan kesan mendalam meskipun wajahnya sudah samar dalam ingatan Fengjiu. Sebegitu dalamnya, ketika ia berkata ‘Guru’, Fengjiu tahu kalau itu si Putri. Bagi Jiheng untuk memanggil seseorang seperti itu, orang itu pastilah Donghua.
“Guru, apakah Anda ingin teh kepiting mata hijau kali ini? Kalau begitu biarkan aku mempersiapkan set cangkir teh kembang sepatu berwarna biru langit. Anda selalu suka keramik hitam untuk teh hijau, tetapi aku pikir kembang sepatu biru langit akan mengimbangi warna hijau dari teh dengan baik, menambahkan sedikit keeleganannya. Aku yakin, menggunakan cangkir biru langit akan menambah keindahan pemandangan musim semi ini dengan lebih baik.”
Donghua bisa saja setuju, walaupun tidak komunikatif dan hanya menunjukkan sedikit entusiasme. Walaupun demikian, Fengjiu tahu kalau Donghua dapat membagi perhatiannya untuk setuju dengan Jiheng selagi memeriksa cangkir tehnya, itu artinya, Donghua tidak selingan Jiheng.
Tidak, semua orang bilang Donghua punya perasaan untuk Jiheng. Persetujuan itu pastinya lebih dari yang terlihat; itu mungkin bahkan sebuah pujian atas pengetahuan Jiheng.
Selangi menguping, Fengjiu berpikir pada dirinya sendiri kalau percakapan ini sungguh kelas tinggi. Fengjiu mungkin tidak akan pernah mencapai level ini dalam hidupnya.
Di saat bersamaan, Fengjiu merasa kasihan pada Xiao Yan. Ia selalu meminum teh dari sebuah mangkuk. Satu lirikan dan siapa saja bisa mengatakan kalau Xiao Yan tidak cocok dengan Jiheng.
Terlebih lagi, Jiheng bahkan mengetahui selera Donghua untuk keramik hitam. Walaupun Xiao Yan bilang waktu yang dihabiskannya bersama Jiheng itu hebat, Fengjiu tidak begitu yakin bahwa itu memang benar.
Awalnya, saat Xiao Yan memastikan pada Fengjiu kalau Donghua memiliki perasaan pada Jiheng, Fengjiu tentu saja merasa luar biasa. Tetapi sekarang ketika Fengjiu melihat Jiheng lagi, dan juga melihat mereka berdua bersama-sama, ia tidak begitu merasakan apa pun lagi.
Waktu memang pastinya sebuah obat yang mujarab; Fengjiu akhirnya membuat kemajuan setelah sekian banyak tahun.
Di seluruh Saha-Manjusaka merah, Donghua menggunakan sihir untuk mengubah area ini menjadi pemandangan musim semi yang berwarna yang sangat berbeda dari salju tiada akhir yang biasa.
Fengjiu menutupi matanya, dan melalui jemarinya, ia dapat melihat kumpulan bunga berdesir di dalam angin seperti sebuah lautan dengan gelombang merah. Fengjiu tenggelam di dalam lautan itu, yang membantunya bersembunyi dengan lebih baik lagi.
Setelah bertukar kalimat tersebut di atas, keduanya mulai menyiapkan peralatan teh untuk pelajaran dan tidak berbicara lagi. Selagi Fengjiu menutup matanya, ia mulai mendengar beberapa rentet langkah kaki mendekat lembut.
Tampaknya mereka adalah gadis-gadis muda yang tiba lebih awal untuk posisi duduk yang bagus. Fengjiu menghabiskan terlalu banyak waktunya berpikir kemarin malam dan sekarang ia kelelahan sekali.
Fengjiu ingin tidur sebentar lagi, ketika tiba-tiba bisikan terdengar dari sisi kanannya. Meskipun peraturan keluarga Bai termasuk longgar, tetapi menguping tidak terlihat baik. Fengjiu baru saja akan menutupi telinganya saat suara-suara ini menemukan cara memasuki telinganya.
Fengjiu belum pernah mendengar dua suara ini sebelumnya.
Sebuah suara muda yang halus bertanya lebih dulu: “Apakah yang duduk di dekat pohon Bailu adalah Donghua Dijun disukai oleh Jielu? Bukankah mereka bilang ia lahir dari Laut Biru semenjak awal mulanya waktu, kalau begitu kenapa ia tampak begitu muda?”
Suara lainnya, lebih terukur dan tenang, menjawab, “Para dewa dari masa kuno seperti Yang Mulia sudah pasti berbeda dari kita para rubah. Setelah seribu tahun, masa muda kita mulai luntur, tetapi hidup berkepanjangan milik Dijun datang dari ...”
Si gadis muda dari klan dewi rubah tertawa kecil dan melanjutkan dengan suara elegannya: “Rumor mengatakan kalau Donghua Dijun tidak mengejar nafsunya pada wanita meskipun memiliki kekuasaan dan posisi. Tetapi dari apa yang kulihat, orang yang mempersiapkan teh untuk Dijun saat ini tidak salah lagi seorang wanita yang cantik.”
Ia terdiam dan kemudian menambahkan iseng, “Kalau begitu rumornya pasti salah. Katakan kakak, jika aku yang ...”
Suara tenang itu tiba-tiba jadi waspada saat ia memotong suara si gadis: “Putri, apa yang ingin Anda lakukan?”
Tidak mendapat respon, suara itu berbicara lagi dengan buru-buru: “Untuk si wanita berpakaian putih itu bisa melayani di sisi Yang Mulia, artinya ia bukan gadis biasa. Dari apa yang kutemukan, ia jatuh ke Lembah Fanyin dua ratus tahun yang lalu dan menjadi seorang pemusik kerajaan untuk istana. Tahun berikutnya, Dijun mulai mengajar di lembah.
"Setelah sekian tahun, ia masih satu-satunya yang diizinkan Dijun berada di sampingnya. Putri, Anda cukup pintar untuk tahu apa maksudnya ini. Jika Anda tidak sopan pada wanita itu, klan rubah kita tidak akan sanggup menanggunv konsekuensinya. Mohon pertimbangkan dengan hati-hati sebelum Anda bertindak ...”
Angin hangat bertiup, mengirimkan bunga-bunga merah menyala berdesir dalam gelombang. Si putri rubah diam-diam mempertimbangkan perkataan masuk akal temannya. Fengjiu yang mendengar mereka juga terdiam.
Fengjiu menemukan tiga hal.
Pertama, orang dengan suara elegan yang tidak familiar adalah putri ketujuh dari Klan Dewa Rubah. Dengan sebuah keberuntungan, ia datang kemari untuk berkunjung tadi malam dan diperbolehkan oleh Ratu Biyiniao untuk menghadiri pelajaran bersama dengan pendampingnya.
Kedua, Donghua tidak datang ke Lembah Fanyin kali ini untuk menyelamatkan Fengjiu, ia datang untuk bertemu dengan Jiheng.
Ketiga, pendamping putri ketujuh adalah seorang pria yang berkemampuan. Mampu mengutarakan kesadaran dan alasan bahkan di situasi genting, Fengjiu mungkin bisa membawanya kembali ke Qingqiu untuk bekerja di kerajaan.
Fengjiu menghabiskan beberapa saat berpikir dan lainnya dalam mencari ilham. Saat Fengjiu mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, ia mengangkat tangannnya untuk meluruskan rambut yang terlepas di keningnya.
Jadi Donghua datang ke Lembah Fanyin untuk alasan itu. Sebenarnya, ini lebih sesuai dengan cara Donghua melakukan sesuatu. Kesehatan orang lain hanya berarti kecil bagi Donghua, tetapi saat mereka bertemu lagi, Fengjiu mengira Donghua kemari untuk menyelamatkannya. Fengjiu tiba-tiba merasa malu.
Tak diragukan lagi, Donghua pasti menertawakan wajah geram Fengjiu. Untuk memiliki hak agar dapat marah pada orang lain, seseorang paling tidak harus memiliki tempat di hatinya, atau paling tidak, sepanjang lengannya.
Namun, Donghua datang kemari hanya demi menemui Jiheng yang sudah tidak dilihatnya selama sepuluh tahun; tidak ada hubungannya dengan Fengjiu. Sebenarnya, ini cukup mudah; ia tidak akan pernah menjadi seseorang bagi Donghua.
Fengjiu berputar dan membenarkan posisinya. Kepalanya menjadi kosong ketika ia menguap dalam kantuknya. Fengjiu memulai metode Zheyan dalam menghitung lubang buah persik dan membuat dirinya tertidur.
Meskipun tidurnya terasa panjang, Fengjiu terus terbangun dan tertidur lagi. Pelajaran teh berjalan tanpa dirinya. Saat Fengjiu sedikit terbangun, ia menangkap diskusi yang terputus-putus tentang metafisika dan teh yang langsung dengan cepat mengirimnya kembali tertidur.
Fengjiu tidak tahu berapa lama ia tertidur.
Dalam mimpinya, Fengjiu dapat mendengar langkah kaki yang pergi semakin menjauh, bersamaan dengan mereka, ada sebuah gerutuan lembut: “Langka sekali bisa mendapatkan kehangatan dari musim semi di sini di hutan Bailu di tengah musim dingin yang mematikan. Bisakah Dijun bermurah hati dan memperpanjangnya sedikit lebih lama?”
Memperpanjangnya sedikit lebih lama demi mereka? Fengjiu merasa kasihan pada kenaifan gadis itu. Tidakkah ia tahu kalau hobi favorit Dijun adalah menambahkan hinaan pada luka?
Beberapa saat kemudian, sesuatu selembut bulu angsa dan sedingin embun beku berkibar di depan wajah Fengjiu. Tetapi itu baru permulaan. Kehangatan dari rerumputannya tiba-tiba saja lenyap.
Rasa dingin yang mengigit langsung memasuki lengan jubahnya selagi butiran salju masuk ke dalam jubahnya. Fengjiu tersentak sadar dan langsung bersin-bersin.
Fengjiu memaksakan matanya terbuka bersamaan dengan rasa dingin yang merayapi tulang belakangnya. Begitu dinginnya hingga Fengjiu meringkuk seperti pupa dalam kepompongnya.
Pikiran berkabut Fengjiu tampaknya berkata: “Bai Fengjiu, kenapa kau begitu bodoh? Dari semua tempat yang bisa kau pilih, kau memilih tempat mengerikan ini untuk tidur. Tidakkah kau tahu sekalinya Saha-Manjusaka bercampur dengan salju, itu akan membuat orang terkena halusinasi secara terus-menerus?”
Segera setelahnya, Fengjiu diam-diam menjawab dirinya sendiri, “Benar sekali, aku bodoh. Sangat, sangat bodoh.”
Fengjiu mengigil menyalahkan dirinya sendiri karena tak berotak dan pingsan kedinginan setengah jam kemudian.
***
Fengjiu rupanya mempunyai sebuah kebiasaan bertingkah genit setiap ia jatuh sakit.
Tujuh puluh tahun yang lalu, Dewa Agung Cang’yi dari Gunung Zhi’yue jatuh cinta setengah mati pada Fengjiu hanya setelah menyaksikan dirinya sakit satu kali. Ini adalah bukti bahwa ada kenyataan dalam rumor yang beredar.
Seorang yang baik hati akhirnya menyelamatkan Fengjiu dan membawanya kembali ke selimut hangat. Walaupun begitu, Fengjiu telah membeku selama setengah jam di salju dan telah menderita pneumonia kali ini.
Ditambah lagi, kelebihan racun dari Saha-Manjusaka masih tersisa di sistemnya. Dalam mimpi Fengjiu, semuanya adalah satu kekusutan besar. Ia merasa dirinya adalah seekor bayi rubah yang terbaring sakit di ranjang setelah tenggelam karena sebuah kompetisi memancing dengan serigala di sisi lain dari gunung.
Sebuah tangan menyentuh kening Fengjiu. Ia merasa kedinginan dengan sisa kesadaran yang dimilikinya, menarik diri seluruhnya hingga ke bawah selimut. Tangan itu terdiam sejenak lalu membungkus rapat Fengjiu dengan selimut, hanya menyisakan mulut dan hidungnya, kemudian menarik ujungnya ke bawah dagu kecilnya.
Merasa sedikit nyaman, Fengjiu dengan manisnya menggosokkan pipinya ke tangan itu. Ia sangat pandai membujuk orang lain ketika ia masih kecil. Dalam keluarga Bai, Fengjiu tiada tandingannya untuk hal ini.
Sekarang, Fengjiu tanpa sadar membiarkan kepribadian aslinya keluar. Namun, bahkan dalam kesadarannya yang menipis, ia bisa mengetahui kalau tangan itu tidak membelainya dengan sayang meskipun menerima aksi manisnya. Ini tidak normal.
Fengjiu langsung menduga bahwa orang itu tidak terkesan dengan usahanya yang kurang, jadi ia mengulurkan tangannya keluar untuk menggenggam tangan itu dan dengan sungguh-sungguh menekankan pipinya di atasnya.
Memegangi tangan itu sendiri, Fengjiu dapat merasakan kalau jari-jarinya panjang dan ramping. Awalnya mereka terasa dingin, tetapi jadi hangat setelah dipegangi sebentar.
Dalam pikiran berkabut Fengjiu, ia yakin kalau kelembutan semacam ini hanya mungkin berasal dari ibunya sendiri. Walaupun tangan itu tidak selembut atau sehangat biasanya, mungkin ibunya juga membeku karena cuaca dingin.
Fengjiu tiba-tiba merasa kasihan dan mengangkat tangan itu ke mulutnya untuk ia beri napas hangatnya. Fengjiu baru saja akan membawanya mendekat ke dadanya namun entah bagaimana tangan itu berhasil menemukan cara untuk kabur sebelum dapat dibawa hingga ke dadanya.
Ibunya jelas tidak termakan tingkah manisnya. Ini berarti ibunya sangat marah karena ia tenggelam di Danau Wangsheng. Meskipun ibunya menunjukkan perhatiannya saat ini, Fengjiu sepertinya akan menerima beberapa pukulan saat ia telah pulih dari sakitnya.
“Masih dingin?”
Suara ini lembut dan sepertinya melayang dari suatu tempat yang jauh, jauh sekali. Fengjiu tidak dapat membedakan nada ataupun suaranya. Fengjiu pasti sangat sakit.
Pheww, jika Ibunya menanyakan ini, maka situasinya masih bisa diselamatkan. Fengjiu harus terus melanjutkan akting memilukannya, mungkin ia bisa keluar tanpa dipukuli.
Fengjiu mengangguk beberapa kali dan bersin dua kali, kemudian menggetarkan bibirnya: “Feng’er tidak jatuh ke dalam air dengan sengaja, aku bersumpah. Dingin sekali tidur sendirian. Tinggallah dan tidur denganku, Ibu ...”
Fengjiu bahkan menambahkan beberapa endusan hidungnya untuk memancing rasa cinta keibuan sang ibu. Siapa saja dengan insting keibuan pasti akan langsung menyerah. Fengjiu harus bertepuk tangan atas bakat genitnya.
Namun, ibu tercintanya tidak termakan bujuk rayunya hari ini. Serentetan pergerakan pelan bergema, suaranya seolah ia sedang membawa keluar ember air dari ruangan.
Bersamaan dengan langkahnya keluar, ia bergumam, “Ia mulai mengigau. Tampaknya sakitnya tidak ringan.”
Suaranya terdengar begitu jauh; tidak terdengar sedikitpun rasa kasihan yang Fengjiu pikir akan ada.
Akankah sedikitnya rasa kasihan mempengaruhi kesempatan Fengjiu keluar tanpa dipukuli setelah ia sembuh?
Fengjiu tidak tahu.
0 comments:
Posting Komentar