Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 1 - Chapter 10 Part 4


Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1

Chapter 10 Part 4


Fengjiu menggaruk kepalanya dan menjelaskan pada si wortel, “Begini. Di hari dingin ketika aku tertidur, tanpa sadar aku akan berubah ke wujud asliku. Dengan wujud itu, aku tidak merasa kedinginan dan lebih mudah untuk tidur. Tetapi, apa maksud Dijun ...?”

“Aku juga tidak tahu. Tapi, pada dasarnya aku tidak ingat berapa lama kita telah tinggal bersama di tempat ini. Karena aku tidak ingat, aku memberitahunya enam bulan atau sekitar itu. 

"Aku terlalu sibuk mencoba mengingat-ingat tepatnya berapa lama kita tinggal bersama jadi aku tidak memperhatikan Donghua. Di saat aku berbalik, ia menggunakan mantra kelumpuhan padaku. Muka Es mengernyit dan menatapku lama, lalu entah darimana berkata kalau ia menyukaiku.”  

Fengjiu jatuh dan kepalanya terbanting di pinggiran ranjang. 

Orang yang masih tidak sadar kalau ia mengutarakan sebuah kalimat tak lengkap yang mematikan pun melanjutkan seraya mengeluh: “Entah darimana, Muka Es bilang ia menyukai rumah kebunku.”

Lalu Xiao Yan berhenti dan menatap Fengjiu kaget. 

“Bagaimana bisa kau menabrakkan kepalamu? Apakah itu sakit? Whoa, benjolnya besar sekali!”

Fengjiu melambaikan tangan sebagai tanda bagi Xiao Yan untuk meneruskannya. 

Xiao Yan dengan prihatin melanjutkan: “Pijat benjol itu. Kau harus mengusapnya agar darahnya tidak membeku di situ. Oh, kenyataan kalau ia menyukai penataan tempat tinggalku? Hanya itu.”

“Hanya itu?”

“Muka Es bilang kalau kediaman kita lebih dekat ke sekolah sementara miliknya terlalu jauh dari sekolah. Kediaman kita ada sebuah kolam memancing sementara miliknya tidak. Di kediaman kita ada kau yang bisa memasak sementara di tempatnya tidak. 

"Jadi Muka Es ingin bertukar tempat denganku. Karena aku adalah tipe yang tanpa pamrih, aku menyetujuinya. Aku di sini untuk mengucapkan selamat tinggal setelah mengemasi barangku. Meskipun aku akan merindukanmu, bukankah kita, makhluk abadi ini, memperoleh kebahagiaan dari membantu sesama?”

Fengjiu menjawab jujur. 

“Aku memang pernah mendengar seorang dewa memperoleh kebahagiaan dari menolong sesama, tetapi aku tidak pernah mendengar kalau seorang iblis memperoleh kebahagiaan dari hal yang sama.”

Fengjiu terdiam. 

“Kau dengan mudahnya bertukar tempat dengan Dijun karena kau tahu semenjak ia tiba di Lembah Fanyin, Ratu Biyiniao secara khusus memerintahkan Jiheng untuk melayani Donghua di kediamannya. Bukankah itu tujuanmu yang sebenarnya?”

Si wortel raksasa tidak dapat menyembunyikan kekagumannya pada Fengjiu. Ia pun mengusap hidungnya. 

“Ini ... baiklah ... kau benar. Jika aku berhasil, aku akan mengundangmu sebagai tamu spesial di acara pernikahan kami.”

Xiao Yan berpikir lagi dan menambahkan: “Dan aku tidak akan meminta uang ucapan selamat juga.”

Kepala Fengjiu mulai berdenyut. 

Ia melambaikan tangannya: “... Baiklah, aku mengerti semuanya sekarang. Karena kita gagal kali ini, aku akan memindahkan tanggalnya jadi tanggal lima belas bulan depan. Kau akan datang, kan?”

Xiao Yan mengangguk selagi ia berjalan menuju pintu. 

Lalu, Xiao Yan tiba-tiba memutar kepalanya dan berkata sungguh-sungguh, “Ada hal lain lagi. Aku sungguh minta maaf telah mengambil keuntungan dan memelukmu ketika kau sedang dalam wujud aslimu. Sebagai teman, aku tidak boleh mengambil keuntungan darimu di situasi seperti itu. Kapan saja kau mau, cukup katakan dan aku akan membiarkanmu mengambil kembali keuntungan dariku.”

Fengjiu memijat benjolnya. 

“... Tidak perlu.”

Xiao Yan bersikeras untuk memberikan kompensasi pada adik baiknya. 

Ia dengan lembut memberitahu Fengjiu dalam keseriusannya, “Kau tidak perlu terlalu berhati-hati padaku. Jika aku mengambil keuntungan darimu, maka ambil saja kembali. Ingatanku buruk, kalau aku melupakannya dalam satu atau dua hari, kau pasti kalah. Hei, mungkin kau harus mengambil keuntungan dariku dua kali. Kita harus menghitung bunganya seiring berlalunya waktu.”

“Pergi!”

***

Diluar jamnya di bawah sinar pagi terdapat kekaburan yang luas. Fengjiu memeluk selimutnya erat-erat saat ia duduk linglung selama beberapa waktu. Ia melihat di luar jendela di dalam salju, sebuah pohon Cinammon Jepang mencuat aneh dengan warna hijau menyalanya. Ia hanya bisa membiarkan pandangan matanya tetap di sana lebih lama lagi.  

Salju turun di Lembah Fanyin selama empat musim. Kadang kala, ketika langit cerah, pemandangan bersalju masih terlihat samar tertimpa cahaya matahari. Setelah setengah tahun melihat pemandangan ini, jujur saja, ia merindukan dunia bergejolak di luar sana.

Meng Shao memberitahu Fengjiu kalau lebih dari dua ratus tahun yang lalu, Lembah Fanyin juga pernah punya empat musim berbeda. Hujan salju sepanjang tahun ini juga merupakan fenomena yang baru terjadi dua ratus tahun belakangan ini.

Dan apabila mereka membicarakan fenomena ini, mereka harus membicarakan soal Archmage Chen Ye yang terkenal di Klan Biyiniao, seseorang yang telah mengasingkan diri beberapa tahun yang lalu. 

Dikatakan bahwa, Archmage ini demi alasan yang tidak diketahui, telah mengunci dirinya di dalam rumah suatu hari, meletakkan ketiga musim ke dalam pedangnya, dan menyimpannya di dalam lengan jubahnya. Untuk selanjutnya, ia tidak pernah meninggalkan kediamannya selama bertahun-tahun. semenjak saat itu, Lembah Fanyin kehilangan musim panas, semi, dan gugurnya.

Meng Shao samar-samar menyebutkan bahwa tindakan Chen Ye merupakan bentuk berkabungnya atas kepergian Aranya.

(T/N : 阿蘭若 Alanre/Aranya adalah sebuah nama Sanskrit yang artinya ‘milik hutan rimba.’ Aku juga harus menyebutkan kalau Lembah Fanyin berarti Lembah Sanskrit.) 

Setelah Aranya tiada, Ratu melarang untuk menyebutkan namanya di kerajaan. Beberapa mengatakan ketika Aranya masih bersama mereka, ia sangat menyukai musim semi, musim panas, dan musim gugur karena mereka semua penuh kehidupan.

Ketika Chen Ye mengambil ketiga musim ini, ia ingin mengingatkan seluruh kerajaan bahwa meski tanpa mengucapkan nama Aranya lagi, mereka tidak akan pernah bisa melupakannya.

Hanya setelah beberapa kata, Meng Shao mendadak terdiam seolah ia telah mengatakan hal yang tidak seharusnya. Menikmati anggurnya, Fengjiu mendengarkan dengan senang hati dan penasaran orang macam apa Aranya sebenarnya, tetapi tak peduli apa pun, Meng Shao tidak mau melanjutkan dan Fengjiu pun tidak menanyakan lebih jauh.

***

Pada saat ini, Fengjiu melihat putih pucat di luar sana, ia mendadak mengingat cerita yang didengarnya enam bulan lalu. Tetapi hari ini, Fengjiu tak lagi tertarik dengan lika-liku cerita Chen Ye dan Aranya.

Fengjiu hanya merasa kehilangan. Kalau saja musim dingin yang jadi musim favorit Aranya tahun itu, lembah ini masih bisa memiliki musim semi, panas, dan gugur, dan semua orang tidak perlu menderita begini.

Seseorang bersin tepat saat Fengjiu memikirkan ini. Ia mendongak dan mendeteksi sudut kain ungu di antara hujan salju yang terpencil. Tertegun sejenak, Fengjiu menjulurkan kepalanya dan menatap hingga ke belakang Cinnamon Jepang di balik jendela.

Donghua sedang duduk di seberang kolam pemancingan seorang diri. Ia duduk di atas sebuah kursi lipat rusak yang terbuat dari kayu Jujube, dan Fengjiu terkesima pada betapa Donghua dapat tetap terlihat begitu agung. Cocok sekali untuk seorang Raja.

Namun, dalam ingatan Fengjiu, Donghua biasanya berbaring di tengah sinar matahari atau menghibur diri sendiri dengan beberapa sutra kapan pun ia pergi memancing dulu.

Meski begitu, kali ini, Donghua sedang menatap dalam ke permukaan air seolah seluruh jiwanya diletakkan pada tongkat pancing itu. Fengjiu mengaguminya dari kejauhan. Donghua tampak asyik.

Bahkan tampang merenung Donghua, secara objektif, terlihat sangat amat indah.

Mengapa sang Raja mendadak ingin bertukar kediaman dengan Yan Chiwu? 

Apa tadi kata Xiao Yan? 

Apakah Xiao Yan bilang kalau Raja berpikir kalau Jifeng Yuan lebih dekat dengan sekolahan, punya pemandangan indah, punya sebuah kolam pemancingan, dan seorang koki?

Jikalau Xiao Yan tidak mengingatkan Fengjiu sebelumnya, ia mungkin akan mempercayai omong kosong Dijun kali ini. Beruntungnya, Xiao Yan telah lebih dulu memperingatkan Fengjiu.

Ini hanyalah lika-liku dalam percintaan. Fengjiu mengerutkan alisnya. Apakah ini merupakan taktik lainnya untuk membuat Jiheng kesal?

Donghua menyetujui persahabatan Jiheng dengan Xiao Yan, tetapi ia pastilah merasa terusik ketika mereka sungguh jadi dekat. Pertama kali Donghua menyelamatkan Fengjiu dan membawanya kembali ke ranjangnya merupakan pembalasan dendam pertama Donghua pada Jiheng.

Sayang sekali, Fengjiu telah mengacaukannya. Selama pemberantasan Miao Luo, Jiheng juga hadir. Donghua berusaha membuatnya kesal lagi, tetapi Jiheng lari dengan rasa cemburunya.

Tampaknya Donghua senang dengan ini, sebab setelah Jiheng melarikan diri dan Fengjiu tetap tinggal untuk membantunya, Donghua tampaknya sedang dalam suasana hati yang baik ketika Fengjiu membantunya tertidur.

Kalau begitu, bertukar kediaman dengan Xiao Yan pastilah aktingnya yang ketiga. Saat Jiheng tak mampu menahannya lagi dan datang pada Donghua berurai air mata, Donghua akan mengeluarkan izin pernikahan dan keduanya akan rujuk kembali.

Pada saat itu, meskipun Siming telah mengukir nama Jiheng dan Xiao Yan di batu takdir, keduanya tidak akan pernah bisa bersama.

Setelah Fengjiu menyadari seluk-beluk ini, ia mendadak menyadari kalau Dijun adalah orang yang terlalu rumit. Di saat bersamaan, Fengjiu sungguh menjadi lebih bijaksana belakangan ini karena mampu melihat hal kompleks semacam ini.

Namun, setelah memuji dirinya sendiri, Fengjiu merasakan sebuah kelumpuhan yang tak dapat dijelaskan; kekosongan mengikuti. Dalam pikirannya, Donghua sebenarnya sangat berdedikasi jika menyangkut Jiheng.

Angin masuk melalui celah jendela. Setelah bersin, Fengjiu ingat ada jubah di sisi ranjangnya. Ia mengenakannya di bahunya dan turun dari ranjangnya.

Sebuah sungutan tiba-tiba saja terdengar dari sisi lainnya: “Kalau Zhonglin ada di sini, tehnya pasti sudah diseduh.”

Fengjiu menatap terkejut ke arah suara ini. Ada Donghua, membuka tutup teko dan mengintip ke dalam teko teh kosong itu. Fengjiu tidak tahu kapan Donghua telah memasuki kamarnya, tetapi tentu saja butuh kekuatan demi berjalan masuk ke kamar orang lain seperti ini.

Fengjiu memperhatikan Donghua setengah harian. Setelah melalui insiden Miao Luo, ia ingin menjauhkan dirinya dari Donghua, tetapi ia tidak dapat menemukan perasaan jauh itu bahkan setengah detik pun.

Perkataannya Fengjiu belum muncul saat ia menelannya kembali. 

“Lalu mengapa kau tidak membawa Zhonglin saat datang kemari?”

Donghua meletakkan teko teh kosong itu. 

“Mengapa aku harus membawanya ketika kau ada di sini?”

Fengjiu menekan urat pelipisnya yang menonjol. 

“Kenapa kau tidak bisa membawanya kalau aku ada di sini?”

“Aku tidak bisa mengganggumu kalau ia di sini,” Donghua menjawabnya begitu alami.

Fengjiu ingin membalas, “Jadi tanpa adanya dia, kau tidak perlu ragu menggangguku?” tetapi dalam kekaburannya, malah berubah jadi: “Memangnya kau akan ragu untuk menggangguku jika ia ikut?”

Donghua menatap Fengjiu dan mengangguk. 

“Kau benar. Aku masih bisa mengganggumu bahkan jika ia di sini.”

Donghua mengangkat kembu ikan yang ada di atas meja dan dengan lancarnya menyerahkannya pada Fengjiu. 

“Apakah kau akan memasak?”

Setelah sekian lama, Fengjiu akhirnya menyadari apa yang ia katakan dan apa yang Donghua katakan sebagai jawabannya. Sakit kepala luar biasa menyerangnya. Fengjiu memijat pelipisnya dan melihat ke dalam kembu tersebut. 

“Aku merasa kalau terkadang kau terlalu tidak tahu malu.”

Wajah sang Raja tetap sangat tenang. 

“Perasaanmu sangat akurat.” 

Ia mendorong kembunya ke arah Fengjiu lagi. 

“Kukus ini, ya?”

Fengjiu melihat ke dalam kembu. Seekor ikan mas crucian tiba-tiba saja melompat, tapi menabrak tutupnya dan kembali jatuh ke bawah.

Fengjiu cepat-cepat mundur. 

“Maksudmu ... membunuhnya?”

Donghua melirik ke arah ikan yang masih melompat-lompat dalam kembu. 

“Apa aku terlihat aku ingin kau melepaskannya?”

(T/N : Mereka membicarakan dua konsep Buddhist yang 殺生 sasheng dan  放生 fangsheng.  Satunya adalah saat kau membunuh makhluk hidup, yang lainnya ketika kau melepaskan / membebaskan nyawa mereka.)

“Aku kira para dewa dari Jiuchongtian tidak membunuh,” keluh Fengjiu.

“Kau sudah terlalu banyak salah paham pada kami.” 

Ketika Donghua tidak mendapat respon apa pun dari Fengjiu, ia diam-diam menatap ke kejauhan.

Lalu Donghua mendadak berkata, “Aku masih ingat samar-samar, malam sebelumnya kau bilang pada tanggal lima belas bulan depan ...”

Fengjiu tersentak, rasa kantuknya langsung lenyap. Ia memotong perkataan Donghua: “Tidak, tidak, kau sudah mencampuradukkannya dengan mimpimu. Aku tidak mengatakan apa-apa dan kau tidak mendengar apa pun.”

Fengjiu melihat rahasia di mata Donghua. 

Ia melihat ke bawah ke kembu bambu di tangannya dan berkata tergesa, “Merupakan sebuah kehormatan bisa memasak untuk Yang Mulia. Aku selalu ingin memasak untukmu tapi tidak pernah punya kesempatan. Bagaimana kau ingin ikanmu dikukus? Sangat penting untuk tahu kalau ada banyak cara mengukus seekor ikan. 

"Haruskah aku membuat potongan bunga aster pada ikannya, atau potongan setipis magnolia? Kemudian mengisi potongannya dengan jamur shiitake dan mengukusnya? Atau jika kau menyukai jamur shiitake, aku bisa memasukkan mereka langsung ke dalam ikannya.”

Di masa lalu, saat mereka tinggal di Istana Taichen, Fengjiu tidak punya apa pun untuk diadu dengan Jiheng. Sejujurnya, ia selalu ingin menunjukkan kemampuan memasaknya tetapi tidak pernah punya kesempatan.

Ikan mas di dalamnya meronta-ronta dan menyebabkan kembunya terlepas dari tangan Fengjiu. Beruntungnya, Donghua menangkapnya tepat waktu. Dingin menusuk jari Fengjiu ketika ia menyadari Donghua sedang memeganginya.

Suara Donghua terdengar dari atas kepalanya: “Apa kau sudah memegangnya?” 

Donghua menjeda, lalu berkata, “Buatkan masakan pertama hari ini, yang kedua untuk besok, lalu mungkin satu lagi dengan saus bawang putih untuk hari berikutnya.”

Mengapa kau sudah berpikir jauh ke depan, pikir Fengjiu. Tatapannya mendarat di pergelangan tangan Donghua dan melihat kalau lengan jubahnya ternoda oleh darah.

Fengjiu memegangi kembunya dan menggedikkan dagunya pada Donghua. 

“Ada apa dengan tanganmu?”

Mata Donghua berkedip; ia tidak menyangka kalau Fengjiu akan menyadari ini. 

Dengan lembut Donghua menjawab, “Lukaku terbuka lagi saat aku membawamu pulang ke rumah.”

Setelahnya, Donghua lanjut mengamati wajah Fengjiu.

“Kau konyol, aku tidak seberat itu!” protes Fengjiu.

Dijun terdiam selama sedetik, lalu memberitahu Fengjiu, “Kurasa apa yang harusnya kau khawatirkan adalah soal tanganku yang terluka, bukan berat badanmu.”

Dengan kembu ikan yang masih di tangannya, Fengjiu melangkah maju untuk melihat lebih baik. 

“Oh, lalu mengapa tanganmu begitu lemah?”

“... Karena kau terlalu berat.”

Fengjiu marah. 

“Tetapi itu konyol, kapan aku pernah berat?”

Ini terdengar sangat familier, seolah Fengjiu berputar kembali ke argumen sebelumnya.

Selagi Fengjiu sibuk memikirkan soal ini, Donghua tiba-tiba saja mengangkat tangannya.

Fengjiu dengan cepat menghindar ke samping. 

“Aku tidak pernah mengangkat tanganku saat aku kalah dari sebuah argumen melawanmu. Jadi saat kau kalah dalam sebuah argumen denganku, kau juga tidak boleh mengangkat tanganmu.”

Tangan Donghua menurun dan jatuh di atas kepala FengjiuFolikel rambutnya menusuk di tempat di mana tangan Donghua diletakkan.

Kamar itu mendadak hening. Mereka bahkan dapat mendengar suara salju yang jatuh ke tanah dari pohon Cinnamon Jepang. Seluruh diri Fengjiu kebingungan. Opera macam apa yang sedang lakonkan oleh Donghua sekarang? Fengjiu dengan hati-hati mengangkat matanya dan mendapati tatapan tenang Donghua yang sabar.

“Ada simpul rambut yang kusut. Xiao Bai, apa kau tidak menyisir rambutmu saat kau bangun tidur?”

Percakapan ini berubah arah terlalu cepat. Ini kali kedua Donghua memanggil Fengjiu dengan sebutan Xiao Bai. 

Wajah Fengjiu memerah selagi ia tergagap, “Ka ... kau ... tidak tahu apa-apa. Ini adalah mode tahun ini.”

Fengjiu membawa keranjang ikannya dan pergi dari kamar. Salju tebal menyelimuti halaman yang luas. Fengjiu menyentuh wajahnya yang memanas selagi ia berlari dan bertanya-tanya kenapa ia harus tersipu dan tergagap.

Pastinya bukan karena Donghua memanggilnya Xiao Bai, kan?

Apakah karena Fengjiu tidak senang dengan namanya dan menyukai cara Donghua memanggilnya?

Fengjiu memutuskan kalau ia terlalu sentimental dan berhati lembut. Apa yang ia lakukan ketika ada orang yang memanfaatkannya?

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar