Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1
Chapter 11 Part 1
Tiga hari kemudian.
Salju di antara salju tiada henti. Ada suara kicauan burung, tetapi orang tidak bisa mencium aroma dari bunga yang mekar segar.
Dengan sejumlah besar uang, Fengjiu memesan seluruh Zuilixian dan menyewa si penari cantik yang mampu membuat orang tersipu demi mengundang Donghua untuk minum-minum.
Sebenarnya, Fengjiu tahu kalau Donghua mungkin lebih memilih teh, namun di seluruh ibu kota, tidak ada sebuah kedai teh yang semewah restoran Zuilixian.
Xiao Yan menyarankan, jika Fengjiu ingin menyambut tamu, ia harus menunjukkan ketulusannya. Fengjiu dibuat pusing dengan ocehan Xiao yan dan dalam keadaan karut, memutuskan Zuilixian.
Mengapa Fengjiu mengundang Donghua untuk minum-minum?
Asal usulnya kembali ke dua hari yang lalu.
***
Dua hari yang lalu, pikiran Fengjiu masih sibuk memikirkan bagaimana caranya mendapatkan buah Saha. Fengjiu menunggu Donghua sepanjang hari, kemudian ditambah dengan rasa kantuknya, ia meraba-raba jalannya ke kelas dan nyaris saja menabrakkan kepalanya pada kepala gurunya yang juga terburu-buru berjalan ke arahnya.
Karena Fengjiu masih mengantuk dan tidak dalam suasana hati untuk mencari masalah, ia menundukkan kepalanya dan menyingkir ke pinggir.
Akan tetapi, guru Fengjiu memperpendek jarak di antara mereka, di wajahnya muncul sebuah senyuman baik, mata super kecilnya melengkung menjadi celah.
Fengjiu bergidik. Rasa kantuknya langsung menghilang.
Guru Fengjiu membungkuk selagi ia memberitahu Fengjiu dengan suara gembira yang kekanakan, “Daftar peserta yang diumumkan beberapa hari yang lalu ditulis oleh seorang pejabat kecil. Aku baru tahu kalau ia melewatkan namamu ketika Dijun menyinggungnya semalam.”
Gurunya mengelus jenggot kambingnya dan tersenyum bahagia seraya berusaha menenangkan Fengjiu.
“Maafkan aku untuk pengelihatanku yang buruk, haha, maafkan aku untuk pengelihatanku yang buruk.”
Fengjiu gembira sekali ketika ia mendengar namanya sekarang dimasukkan dalam daftar yang artinya, ia masih punya kesempatan untuk buah Saha itu. Kemudian, Fengjiu menyadari gurunya mengatakan sesuatu tentang Dijun dan tanpa malu-malu menghina pengelihatannya sendiri.
Dalam sekejap, Fengjiu memahami alasan mengapa ia diizinkan bergabung dalam kompetisi. Gurunya pasti telah salah paham lagi tentang sesuatu. Ini adalah pertama kalinya otak Fengjiu bekerja secepat ini selama bertahun-tahun ia hidup.
Gurunya sudah tua namun pergerakannya bahkan lebih cepat dari otak Fengjiu. Selagi ia mendongak dan ingin memastikan, yang didapatkannya hanyalah siluet hitam menghilang dalam hujan.
Donghua telah membantunya. Fengjiu harusnya mengajak Donghua makan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya jika saja Donghua adalah orang lain. Akan tetapi, semenjak mereka bertemu lagi, Donghua telah menyebabkan berbagai kesialan.
Fengjiu tidak yakin jika kebaikan Donghua melebihi kesalahannya, atau jika kesalahan Donghua melebihi kebaikannya, atau jika mereka nyaris sama. Ia tidak yakin selama kelas berlangsung, masih juga tidak yakin, akhirnya pergi bertanya pada Yan Chiwu yang membolos dari kelasnya hari itu.
Hari sebelumnya, Xiao Yan telah mengucapkan selamat tinggal pada Fengjiu dengan semangat dan pindah ke kediaman mengagumkan milik Yang Mulia.
Semestinya, Xiao Yan dapat bertemu dengan Putri Jiheng, wanita impiannya. Ketika Jiheng melihat Xiao Yan dan mengetahui kalau Donghua telah bertukar tempat dengannya, Jiheng membatu sejenak; di wajah cantiknya muncul dua bulir air mata.
Dua bulir air mata ini menghancurkan hati Xiao Yan layaknya dua bebatuan berat. Mendadak ia pun menyadari bahwa jalan yang ia lalui ini masih tidak mengarah kemana-mana.
Malam itu, Xiao Yan membawa dua botol anggur ke halaman dan meminumnya di bawah cahaya bulan hingga tengah malam. Di gelas terakhirnya, Xiao Yan mendadak tercerahkan.
Saat Xiao Yan pertama mengetahui kalau Fengjiu merupakan Ratu Qingqiu, ia sangat terkejut dan tidak dapat mempercayai kalau sang ratu yang dipuja semua orang di Wilayah Timur sekaligus pewaris takhta dari Klan Rubah Putih Berekor Sembilan ternyata seperti itu.
Namun, kali ini, Xiao Yan menyadari, nyatanya Fengjiu memang seorang wanita yang sangat cantik. Sekarang, Fengjiu bahkan selalu di sisi Donghua sepanjang hari ... tentu saja Xiao Yan sendiri juga menghabiskan sepanjang hari bersama Fengjiu selama waktu yang lama, tetapi ia adalah pria yang setia.
Seseorang seperti Donghua sudah pasti tidak sesetia dirinya. Jika Donghua dan Fengjiu tinggal bersama di kediaman yang sama ...
Hati Jiheng telah dilukai oleh Donghua kali ini, jika Xiao Yan mengambil kesempatan untuk menghibur Jiheng, ia pasti berhasil kali ini!
Sementara untuk Donghua dan Fengjiu—pertama kali Xiao Yan bertemu Fengjiu, ia menyangka kalau Fengjiu adalah kekasih Donghua, tetapi ia tidak memperhatikan penampilan luar Fengjiu saat itu.
Setelahnya, ketika Xiao Yan menyadari kecantikan Fengjiu dan mengetahui kalau ia adalah Ratu Qingqiu, dan ternyata ia tidak punya hubungan dengan Donghua, Xiao Yan tidak begitu memikirkan apakah mereka cocok atau tidak.
Sekarang jika melihat lagi ke belakang, mereka memang terlihat cocok ketika mereka bersama. Ini merupakan penemuan menyenangkan baginya.
Angin dingin berembus. Xiao Yan mendadak mengingat kalau ia telah menjelekkan Donghua selama ini di depan Fengjiu. Ia berpikir dan terus berpikir bagaimana caranya mengubah gambaran tentang Donghua di mata Fengjiu.
Xiao Yan duduk hingga pagi ketika ia akhirnya terkena pneumonia, namun masih juga belum bisa memikirkan apa pun.
***
Pagi berikutnya, Fengjiu datang mencari Xiao Yan dengan sendirinya untuk meminta bantuannya, bagaimana caranya mengatasi Donghua.
Berbaring terlentang di ranjang sakitnya dengan hidung beringus, Yan Chiwu berterima kasih pada langit.
Xiao Yan dengan tulus ingin menjodohkan Fengjiu dengan Donghua, jadi ketika menjawab pertanyaan Fengjiu, ia menjawab berkebalikan dengan perasaannya yang sebenarnya:
“Muka Es, erm, maksudku, Donghua, Donghua selalu seorang yang jujur dan teliti. Tak hanya ia terkenal di wilayah para dewa kalian, kemashyurannya bahkan sangat besar di Klan Iblisku. Tapi, Donghua sampai menggunakan jalan belakang untuk membuat permintaan dari guru kita demi dirimu kali ini.
"Ini bukanlah permintaan yang kecil, kau tahu. Kau bilang kalau Donghua tidak datang menyelamatkanmu selama setengah tahun, bahwa ia berubah jadi sebuah saputangan untuk menipumu, hal-hal itu tidak penting. Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bantuan besar yang ia berikan padamu!”
Xiao Yan menyumpahi dirinya sendiri dalam hati saat berhenti.
Namun demi kebahagiaan masa depan mereka, ia melanjutkan: “Kau harusnya tahu bahwa bagi pria sukses seperti kami, martabat lebih penting dari nyawa kami. Tetapi Muka Es, erm, maksudku Donghua Dijun telah menodai martabat lelaki kami demi dirimu.
"Karena ia begitu baik, kau harus berterima kasih padanya dengan mengajaknya minum-minum. Ditambah lagi, acara makan-makan ini harus diadakan di Zuilixian, tempat termahal di ibu kota. Sewa penari tercantik juga.”
Xiao Yan menatap Fengjiu dengan sangat serius dan berkata, “Kita harus mengerti konsep dari membalas budi. Jika kita picik dan terus saja mendendam, tidak membalas kebaikan mereka hanya karena mereka pernah bersalah sedikit pada kita dulu, maka kita tidak ada bedanya dengan monster bodoh yang belum mendapatkan keabadian.”
Fengjiu bingung bukan kepalang.
“Lalu segala yang kuceritakan padamu soal bagaimana ia mengangguku dulu adalah hal yang remeh? Dari sudut pandang orang lain, tak satu pun hal itu yang penting? Jadi selama ini, aku telah membesarkan-besarkan masalah untuk sesuatu yang tidak penting?”
Fengjiu dengan sedih bertanya pada dirinya sendiri, “Berarti aku adalah orang yang picik? Jadi aku tidak pantas menjadi Ratu dari Wilayah Timur?”
Xiao Yan mengumpati Muka Es dan dirinya sendiri dalam hati. Ia melihat wajah Fengjiu hancur seolah dunia akan kiamat, namun setelah memikirkan kecantikan dan kebaikan Jiheng, Xiao Yan menggertakkan giginya dan menyakinkan Fengjiu lagi dengan segala ketulusan yang dapat ia kumpulkan:
“Tentu saja itu bukan masalah besar. Donghua sudah jelas ingin berteman denganmu dengan melakukan apa yang dilakukannya. Kau harus menghargai persahabatanmu dengan orang penting sepertinya. Selama ini, aku telah banyak salah paham pada Donghua. Sebenarnya, Donghua Dijun adalah seorang ... yang baik hati yang sulit ditemui.”
Betapa Xiao Yan membenci dirinya sendiri sekarang.
Fengjiu mengernyitkan alisnya dan merenungi semua ini. Xiao Yan menatap awan yang mengambang di ujung langit untuk sesaat kemudian berjalan pergi dengan lamban.
***
Tiga hari kemudian, sebuah pesta makan diadakan di restoran paling mewah di ibu kota, Zuilixian. Makan-makan seharga seribu tael. Para penarinya juga berharga seribu tael per lagu. Di bawah tiap kaki mereka terdapat bunga bermekaran yang terbuat dari koin perak.
Betapa itu menggerogoti hati Fengjiu. Ia tidak punya satu koin pun ketika pertama kali jatuh ke lembah ini.
Selama setengah tahun, Fengjiu hanya mengumpulkan sejumlah kecil uang untuk makanan yang ia masak untuk Xiao Yan. Makan malam hari ini telah menguras separuh dari tabungan yang didapatnya dengan susah payah.
Donghua duduk di balkon atas, tanpa sadar memainkan gelas anggur di tangannya. Donghua tidak tampak tertarik dengan para penari yang disewa mahal oleh Fengjiu.
Tetapi di sebelah kiri Donghua, Yan Chiwu yang datang tanpa diundang, menonton dengan gairah menggebu. Di sebelah Xiao Yan, ada Putri Jiheng yang juga datang kemari tanpa diundang.
Fengjiu mendesah. Tidak masalah untuk mendapat tambahan dua tamu tak diundang ini. Bukan setiap hari juga ia membuang banyak uang, jadi mungkin tidak buruk juga punya beberapa saksi tambahan.
Meski demikian, Yang Mulia Pangeran Ketiga, Pangeran Liansong dari Istana Wuji di Jiuchongtian, dan sepupu Fengjiu, si buntalan A Li, yang sedang mengetukkan kipas mereka seirama musik ...
Mengapa kedua orang ini juga hadir? Apakah Fengjiu berhalusinasi atau ia belum terbangun dari tidurnya?
Walaupun Fengjiu adalah penjamunya, ia jadi yang terakhir tiba. Ketika Fengjiu muncul, para tamunya telah mengambil tempat masing-masing di lantai dua.
Tak satu pun tampak mempedulikan soal kehadiran Liansong dan A Li. Segera setelah A Li melihat Fengjiu, ia bangkit dan menatap ke arah Fengjiu dengan tatapan cemasnya yang polos. Kemudian, A Li berpura-pura melihat ke sekitar ruangan satu kali, berpura-pura mendesah, dan kembali duduk.
Fengjiu berjalan naik ke atas dengan skepstis dan mengangguk seraya menyapa para tamunya. Masih memainkan gelas di tangannya, Donghua menunjuk dengan mata, kursi di sebelahnya ketika Donghua melihat Fengjiu.
Fengjiu mengerti maksud Donghua, menggaruk kepalanya canggung, kemudian perlahan melangkah menuju kursi yang ditunjuk Donghua padanya dan mendudukkan dirinya sendiri.
Tepat di saat Fengjiu duduk, pelayan yang berdiri di dekat mereka langsung merendamkan sebuah teko teh baru ke dalam air panas. Di sisi lain dari tirai putih adalah musik mendebarkan dimainkan oleh seorang wanita cantik, terdengar harmonis layaknya ikan yang berenang di sungai.
Duduk di seberang Fengjiu, wajah bulat menggemaskan A Li tampak kurang jelas di balik kabut tipis dari uap. Fengjiu menyesap tehnya dan merasa kalau dirinya sedang mengapung dalam sebuah mimpi.
Namun, di sebelah Fengjiu, tatapan mantap Jiheng pada Donghua begitu nyata. Ia tidak dapat membedakan kenyataan dari mimpi.
Setelah mempertimbangkannya, Fengjiu mencubiti dirinya sendiri.
Tidak sakit.
Kalau begitu, Fengjiu pasti sedang bermimpi, pikirnya. Ia pun mencubiti dirinya lagi.
Suara Donghua terdengar dari atas: “Tepat sekali kau memilih tempat mencubitmu.”
Fengjiu melihat ke bawah, ke arah tangannya yang membeku yang terletak di atas paha Donghua.
Ia pelan-pelan menarik tangannya dan tertawa kering: “Aku sedang membantumu meluruskan pakaianmu yang mengerut, Yang Mulia.”
Di mata Donghua muncul seberkas senyuman. Fengjiu tidak dapat melihatnya terlalu jelas, namun karena Donghua membiarkannya begitu saja, Fengjiu memperhatikan baik-baik pahanya dan mencubit dirinya dengan keras kali ini.
Fengjiu tidak mengeluarkan pekikannya saat Liansong Jun mendadak berhenti mengikuti irama musik dan tersenyum lembut padanya.
“Aku yakin Putri Jiu’ge pasti sangat terkejut melihatku dan pangeran kecil. Aku datang kemari untuk memberikan obat yang baru selesai dibuat oleh Tetua kepada Donghua. Sayang sekali, pangeran kecil kebetulan terpisah dari sepupu teman bermainnya, jadi aku membawanya bersamaku untuk menyemangatinya. Tetapi ...”
Liansong tersenyum penuh rahasia pada Donghua, “Tetapi sepertinya aku terlambat membawakannya. Kau mungkin tidak membutuhkannya lagi sekarang.”
Fengjiu mendengar nama ‘Jiu’ge’ dari Liansong dan menyadari mengapa mereka bertingkah aneh ketika ia naik ke atas tadi. Tampaknya mereka tahu kalau Klan Biyiniao membenci Qingqiu karena memiliki pemandangan yang hijau, jadi mereka membantu Fengjiu menyembunyikan identitasnya.
Liansong tidak biasanya terlihat bertanggung jawab, tetapi ia masih cukup pengertian ketika dibutuhkan. Donghua tampaknya sudah bosan dengan gelas anggurnya.
Donghua mengangkat tangannya dan botol giok putih yang baru saja berada di tangan Liansong entah bagaimana sudah berada di tangan Donghua.
Ia memutarnya dan berkata, “Aku tidak membutuhkannya sekarang, tetapi aku tidak bisa bicara soal masa depan.”
Liansong mengetuk kipasnya.
“Kalau aku tahu kau akan seperti ini, aku tidak akan repot-repot berbaik hati.”
Pembicaraan rahasia mereka memancing rasa penasaran Fengjiu. Ia baru saja akan menegakkan lehernya untuk melihat obat ajaib macam apa yang tersimpan dalam botol giok putih di tangan Donghua ketika kesabaran A Li akhirnya habis setelah diabaikan sekian lama.
A Li mengenakan jubah berwarna biru laut pendek hari ini. Ketika ia berlari dari tempat duduknya menuju Fengjiu, ia tampak seperti asap hijau cepat. A Li menatap ke arah sepupunya dengan mata yang paling sedih.
Baru setengah tahun, anak ini sudah belajar bagaimana caranya jadi depresi?!
A Li lanjut menatap sedih ke arah Fengjiu selama beberapa saat, lalu menarik keluar sebuah kantong kecil dari ikat pinggangnya.
Kantong kecil di tangan A Li mendadak menjadi sepuluh kali lipat lebih besar, membuat si anak kecil ini jatuh ke belakang. Fengjiu segera menangkap tangannya dan menariknya bangun.
Saat mulut kantong itu terbuka, banjir cahaya terang seperti mutiara malam bermunculan keluar dari kantong itu. Fengjiu melongo kaget.
A Li menatapnya dalam.
“Nona,” ia berdeham, “Betapa sangat memukau, luar biasa cantiknya dirimu. Aku harus memberitahumu betapa aku sangat mengagumimu. Aku menghadiahkanmu tas berisi mutiara malam ini sebagai hadiah pertemuan kita.”
Fengjiu tersandung ketika A Li bekerja keras mendukungnya.
A Li berbisik di telinga Fengjiu, “Kakak Fengjiu, aku sudah mempertaruhkan semua uangmu waktu itu, namun aku dengar sangat mahal untuk tinggal di sini, jadi aku membawa semua uang hasil ulang tahunku untuk membantumu. Apakah aku bertindak dengan baik?”
Fengjiu mencondongkan diri ke arah A Li dan balik berbisik, “Sangat baik, sangat ksatria.”
Meski demikian, A Li bukanlah satu-satunya yang tidak bisa duduk tenang hari ini. Ketika Fengjiu pertama kali menaiki tangga, ia merasa agak kasihan jika panggung pualam dan para musisi cantik yang disewa mahal olehnya tidak menghasilkan beberapa pertunjukan yang bagus.
Putri Jiheng tidak mengecewakan, ia dengan cepat memutari semua orang dan mempersembahkan sebuah perangkat makan berwarna biru dan putih pada Dijun.
Saat penutupnya diangkat, aroma kuat menyerang hidung Fengjiu. Ia mengenalinya sebagai aroma sup ikan cod yang dimasak dalam Mulianzi dan Changsheng-teng.
Kemampuan memasak Jiheng tidak sebaik Fengjiu, namun sup yang ia buat ini sepertinya cukup mendingan.
Fengjiu masih ingat kalau Donghua sangat menyukai sup Mulianzi. Seleranya tidak berubah bahkan selama bertahun-tahun ini.
0 comments:
Posting Komentar