Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1
Chapter 5 Part 1
Fanyin Gu adalah sebuah lembah terkenal di dalam Gunung Fuyu. Itu merupakan rumah dari spesies langka dan berharga dunia, Biyi Niao.
(T/N : 比翼鳥 Biyiniao – seperti yang tercatat di 山海經 Classic of the Mountains and Seas, itu adalah seekor burung dengan bulu merah dan biru, hanya punya satu sayap dan satu mata, oleh sebab itulah mereka harus terbang berpasangan; disebut juga sebagai 蠻蠻 Man'man atau 鶼鶼 Jian'jian.)
Dikatakan melalui cerita rakyat, para Biyi Niao merupakan makhluk yang memiliki sifat alami yang lemah. Mereka menjadi semakin rapuh setiap berakhirnya satu generasi.
Bahkan, sedikit udara tercemar dapat membuat mereka sakit. Untuk alasan inilah, bertahun-tahun yang lalu, para leluhur mereka, dengan segala usahanya menemukan lembah ini dan memimpin seluruh klan untuk mengungsi kemari.
Untuk menghindari polusi dari luar masuk ke dalam dan mengkontaminasi proses pemberdayaan diri mereka, Lembah Fanyin dibuka sekali selama masa jiazi (enam puluh tahun sekali). Dibuka hanya untuk waktu singkat, dengan satu pecahan kecil untuk membiarkan para utusan Langit untuk lewat.
Tidak ada satupun, kecuali orang yang berpengalaman dan berkemampuan, yang dapat mengambil kesempatan kecil itu dan menerobos masuk.
Yan Chiwu bisa saja menyerang lebih cepat, ia bisa saja menyerang lebih lambat, tetapi ia malah menunggu hingga saat yang tepat hingga Lembah Fanyin terbuka untuk menyerang.
Angin bisa saja bertiup ke timur, bisa saja bertiup ke barat, tetapi angin justru meniup mereka tepat memasuki celah di antara dinding batu. Jalan itu tidak lebar, juga tidak sempit; benar-benar cukup untuk keduanya lewat. Sebenarnya, keberuntungan macam apa ini ...?
Sebagai sesama teman yang tersesat di antah berantah, Fengjiu melihat sekitar, mencari bebatuan besar untuk diduduki. Ia melihat Yan Chiwu berjongkok di sebelah jurang berselimut es dengan punggung yang mengarah pada Fengjiu. Ia bisa merasakan kemarahan terpancar dari punggung Yan Chiwu.
Ketika mereka terjatuh pertama kali, Fengjiu jatuh menimpa Yan Chiwu, dan meskipun kesakitan, ia tak pernah mengutarakan apa-apa. Meskipun, Yan Chiwu tidak benar-benar menyelamatkan nyawanya, tetap saja ia membantu menahan jatuhnya Fengjiu.
Yan Chiwu adalah orang yang baik, begitulah pikir Fengjiu. Kesan Fengjiu padanya menjadi lebih ramah dan ia tidak ingin memanggilnya sebagai ‘Si Yan Itu’ lagi.
“Xiao Yan,” Fengjiu dengan lembut memanggilnya.
Xiao Yan memutar kepalanya dan membuat lubang di wajah Fengjiu dengan pelototan matanya.
“Panggil aku Xiao Yan lagi dan akan kubuat air asin dari lidahmu.”
Xiao Yan ini membuat sifat keibuan Fengjiu muncul. Dengan sabar, Fengjiu menghampiri Xiao Yan.
“Kalau begitu, kau mau aku memanggilmu bagaimana?” ia bertanya.
Xiao Yan berpikir sejenak dan menjawab, “Apa pun yang manusia panggil untuk pria terkuat, panggil aku dengan panggilan yang sama.”
Fengjiu melihat ke arah Yan Chiwu yang kecil, lemah, bagaimana tubuhnya meruncing karena ringkukan bahunya hingga ke pinggang rampingnya.
“Kalau begitu, Pendekar Xiao Yan?”
Pendekar Xiao Yan mengangguk puas.
“Kita berada di antah berantah,” Fengjiu berkata, melihat ke sekitar mereka sekilas, “dan kau pun sedang terluka. Pendekar Xiao Yan, kenapa kita tidak ngobrol saja selama kau beristirahat?”
Menyukai panggilan baru ini, amarahnya menguap masuk ke dalam pegunungan jauh di sana dan Xiao Yan menjawab dengan suara lembut yang mengejutkan, “Apa? Katakan saja.”
Fengjiu dengan semangat, mendekat.
“Sejujurnya, aku pikir kau adalah seorang pria terhormat, tetapi masih ada satu hal yang ingin kutanyakan.”
Fengjiu sekarang bahkan lebih mendekatkan diri lagi.
“Apakah kau benar orang yang memancing Donghua Dijun hingga masuk ke Lingkup Teratai Jahat? Aku tadinya percaya hal itu, tetapi dari apa yang kulihat hari ini, tipuan licik semacam itu bukanlah sesuatu yang akan digunakan oleh pria terhormat seperti dirimu.”
Si Pendekar Xiao Yan yang terhormat ini tetap diam.
Warna dari rasa malu merayap ke wajahnya dan akhirnya ia pun menjawab, “Itu ... itu benar. Aku pelakunya. Lalu kenapa?”
Fengjiu diam-diam menujukkan rasa terkejutnya.
Rasa malu Xiao Yan berubah jadi amarah.
“Si Muka Es juga bukan orang yang baik. Kau tidak seharusnya tetap bersamanya!”
Fengjiu terus menunjukkan rasa terkejutnya dan berkata, “Silakan lanjutkan.”
***
Menurut penuturan Pendekar Xiao Yan, sebenarnya kejadian menjebak Donghua di Lingkup Teratai Jahat tahun itu merupakan suatu kebetulan.
Dimulai seperti layaknya hari ini, pertarungan antar lawan sejawat. Semuanya terbuka dan jujur. Pada saat itu, Xiao Yan sedang sangat amat jatuh cinta pada Putri Jiheng. Saat mendengar kakaknya mengatur pernikahan Jiheng, Xiao Yan diliputi rasa cemas berlebihan.
Semenjak Klan Iblis selalu menganggap kekuasaan dan kekuatan sebagai yang terutama, Xiao Yan pikir jika ia dapat mengalahkan Donghua dalam sebuah pertarungan, maka Jiheng akan mengubah cara pandangnya, dan Xiao Yan dapat mendatangi kakak Jiheng untuk melamarnya.
Kesempatan sukses ada di pihak Xiao Yan. Menghimpun pembelajaran seumur hidupnya, Xiao Yan menulis sebuah tantangan duel sepanjang tiga inci dan meminta Nenek Doumu untuk memberikannya pada Donghua.
Tujuh hari setelahnya, Nenek Doumu kembali dengan sebuah jawaban dari sang Raja. Donghua mengatakan bahwa saat ini adalah musim panen teh di Istana Taichen dan karena itulah ia tidak dapat meninggalkan tanggung jawab domestiknya. Donghua menolaknya.
Bagi Yan Chiwu, alasan Donghua adalah alasan yang sempurna. Proses pemilihan teh selalu menjadi hal penting bagi para orang terhormat.
Di sisi lain, Yan Chiwu tidak bisa melepaskan duel ini. Jadi, ia menyusup masuk ke dalam Istana Taichen suatu malam dan bekerja keras memetik daun teh demi Donghua.
Yan Chiwu bahkan akan memilah mereka dan membungkusnya setelah proses pemilihan selesai, kemudian Donghua akan merasa berterima kasih dan menambahkan beberapa jam untuk pertarungan mereka.
Tetapi Donghua tidak melakukan apa yang dilakukan oleh orang normal. Donghua dengan santai menerima kantong-kantong teh itu dan mengucapkan terima kasihnya.
Kemudian, Donghua dengan santai pula menyebutkan bahwa ada beberapa tanaman wewangian yang harus ditanam. Yan Chiwu mengira, Donghua sedang mengujinya, jadi dengan cepat ia menyetujuinya.
Tetapi setelah sampai di ladang, Yan Chiwu melihat kalau di sana bukan hanya ada beberapa, tetapi ada berlusin-lusin banyaknya. Ia pun bekerja keras selama dua hari lagi untuk menanam semuanya sebelum ia kembali untuk menemui Donghua.
Biarpun begitu, Donghua masih mengatakan kalau ada beberapa hal yang terus membuatnya sibuk, seperti dua kolam teratai yang perlu diurus. Jadi Yan Chiwu pergi dan memperbaiki kolam teratai itu juga.
Setelah Yan Chiwu selesai dengan kolam itu, Donghua bilang lagi, sudah lama semenjak Istana Taichen diperbaiki; ada pula aprikot matang di halaman rumput bagian depan yang harus dipetik ...
Yan Chiwu segera pergi menuju halaman rumput depan. Donghua tetap di belakang dan dengan santainya bermandikan sinar matahari di bawah pohon wisteria selagi ia memancing.
Para pelayan Donghua pun bersantai, seluruh istana bersantai! Hanya demi satu pertarungan, Yan Chiwu memperbaiki seluruh Istana Taichen. Saat ia akhirnya selesai dengan semuanya, Yan Chiwu sekali lagi mengingatkan Donghua soal duel dan janjinya.
Donghua memegang sebuah kitab Buddha di tangannya dan tak sekali pun mendongak.
“Kapan aku pernah berjanji padamu?”
“Kau sendiri yang bilang. Jika aku menolongmu mengerjakan ini dan itu, kau akan mempertimbangkan duel kita.”
Donghua pelan-pelan mengangkat kepalanya.
“Oh, aku sudah mempertimbangkannya. Aku tidak mau.”
Tercengang, Xiao Yan akhirnya mengerti kalau Donghua hanya mempermainkannya. Sebelum menyusup masuk ke Istana Taichen, dua bawahannya memperingatkan dirinya supaya berhati-hati pada Donghua.
Meskipun sang Raja diketahui sebagai seorang yang keras, mereka takutnya Donghua punya temperamen yang aneh. Mereka memikirkan Xiao Yan yang terlalu mudah percaya dan tampaknya akan berakhir dikerjai oleh Donghua.
Xiao Yan mengira kalau keduanya hanya bicara omong kosong. Ternyata ia memang membuang waktunya hanya untuk dijadikan lelucon.
Penuh kemarahan, Yan Chiwu bersumpah untuk memberi Donghua pelajaran. Malam itu, ia menerobos masuk ke dalam pagoda tujuh tingkat dan mencuri Giok Pengunci Arwah yang telah disegel di dalamnya oleh Donghua.
Yan Chiwu kemudian menggunakannya untuk memaksa Donghua ke Gunung Fuyu demi duel mereka. Biying Giok Pengunci Arwah itu merupakan kunci yang mengamankan Lingkup Teratai Jahat di mana para penjahat terkeji dipenjara.
Lingkup itu digunakan untuk memenjarakan jiwa iblis yang tak bisa lagi mendapatkan pengampunan. Jika kunci itu sampai hilang, keselamatan seluruh dunia jadi taruhannya.
Donghua, demi giok ini, benar-benar mengejar Yan Chiwu hingga ke Gunung Fuyu. Setelah bertukar serangan beberapa kali, Yan Chiwu baru sadar kalau ia telah menghabiskan tenaganya melakukan segala kegiatan untuk Donghua selama berhari-hari sebelumnya.
Sehingga untuk alasan yang menggiurkan, Yan Chiwu membuka giok itu dan memerangkap Donghua di dalam Lingkup Teratai Jahat ...
Meskipun demikian, seperti yang telah di katakan sebelumnya, itulah awal sesungguhnya dari segalanya.
Pada saat ini, Pendekar Xiao Yan melepaskan sebuah helaan napas dan menyimpulkan pahit, “Semuanya karena kehendak ilahi.”
Fengjiu tak dapat lagi menahan dirinya lalu terbahak-bahak.
Melihat wajah muram Pendekar Xiao Yan, ia pun memperbaiki ekspresinya dan berkata, “Donghua memang memperlakukanmu dengan sangat buruk. Silakan lanjutkan, lanjutkan.”
Xiao Yan memegangi pedangnya dengan muram kemudian tertawa kering.
“Aku tidak benar-benar membenci Donghua lagi. Mereka bilang kalau balas dendam terbaik adalah dengan mengasihani musuhmu, dan aku semakin mengasihaninya seiring obrolan kita.”
Fengjiu bergeser mendekat dan diam-diam mencondongkan dirinya pada Yan Chiwu.
“Bagi semua orang di dunia ini, Donghua adalah seorang dewa yang tak memiliki keinginan ataupun hawa nafsu. Tetapi aku tahu sebuah fakta bahwa Donghua terpengaruh oleh satu orang. Apa kau mau tahu siapa dia?”
“Jiheng,” Fengjiu menjawab kosong.
Xiao Yan melompat kaget.
“Bagaimana kau bisa tahu?”
Fengjiu mengigit jarinya dan dalam hati mengumpat, “Sialan, jadi benar Jiheng.”
Kemudian masih dengan ekspresi yang sama, Fengjiu dengan santai menambahkan, “Ayo teruskan, mari lihat apakah ceritamu sesuai dengan apa yang aku tahu.”
Dari apa yang dikatakan Xiao Yan, tak terdapat banyak perbedaan dari apa yang telah dipikirkan Fengjiu sebelumnya. Donghua memang jatuh hati pada Jiheng karena wanita itu telah mengurusnya selama berada dalam Lingkup Teratai Jahat.
Fengjiu bahkan mengetahui cerita awal ini jauh lebih baik daripada Xiao Yan. Itu karena ketika Jiheng mengurus Donghua di Lingkup Teratai Jahat itu, Fengjiu pun berada di sana dan menyaksikannya sendiri. Hanya saja, saat itu ia hanya seekor rubah kecil yang tak dapat berbicara.
Jika saja Fengjiu dapat mengubahnya, ia tidak akan berubah menjadi seekor rubah di saat seperti itu. Tetapi ia telah membuat perjanjian dengan kolabolatornya. Ceritanya sangat panjang.
***
Fengjiu sedang menyapu di halaman rumput bagian depan Istana Taichen di saat bersamaan ketika ia mendengar kabar kalau Donghua akan pergi ke Gunung Fuyu.
Fengjiu segera melemparkan sapunya ke samping dan tergesa-gesa pergi menuju wilayah Selatan. Ketika ia sampai di Gunung Fuyu, pertarungan telah berakhir. Hanya tersisa bekas-bekas pertempuran brutal.
Di tengah tanah hangus ada sebuah danau yang mengering sekitar sepuluh meter dalamnya. Kedua petarung yang seharusnya bertarung tak tampak di mana pun.
Fengjiu hanya melihat seorang pria aneh yang meskipun di tengah cuaca terik begini, diselimuti dengan sebuah mantel bulu. Ia berdiri di atas segumpal awan di bawah matahari yang terik, di tangannya terdapat sebuah penghangat kecil.
Ia berputar menghadap Fengjiu dan bertanya, “Apakah kau datang kemari untuk menyelamatkan seseorang?”
Fengjiu menatapnya dan merasa sangat kepanasan.
Gundukan giok di di lumpur kering itu adalah Giok Pengunci Arwah. Donghua terperangkap di suatu tempat di dalam sana. Karena seorang dewa terperangkap di dalam sana, Yan Chiwu tidak bisa membawa giok itu dengannya dan sudah pulang ke rumahnya dengan bahagia.
Pria tak dikenal yang diselimuti bulu cerpelai itu adalah Raja Iblis Hitam, Nie Chuyin, yang kebetulan saja lewat, ingin melihat apakah ia bisa mengambil sedikit keuntungan dari pertarungan.
Sangat mudah untuk masuk tetapi sangat sulit untuk meninggalkan Giok Pengunci Arwah. Saat Donghua menciptakannya, ia sengaja menyisakan ruang untuk beberapa kelemahan.
Contohnya saja, jika seorang dewa terperangkap di dalamnya, kunci itu tak akan bisa dipindahkan kemana pun.
Berpikir kalau ia tak bisa mengambil keuntungan apa pun, Nie Chuyin baru saja akan pergi tepat di saat Fengjiu datang terburu-buru. Dengan sembilan ekor merah menyala di belakangnya, gadis ini sudah pasti adalah Fengjiu dari keluarga Bai.
Nie Chuyin tidak punya hobi lain selain mengumpulkan kulit berbulu berwana kemerahan. Para selirnya pun merupakan binatang mamalia berbulu dalam wujud asli mereka. Itu cukup membuktikan obsesi Nie Chuyin.
Normalnya, orang yang hidup abadi tak akan melihat wujud asli dari masing-masing orang karena menghormati etika, tetapi Nie Chuyin mana peduli.
Melewatkan wajah remaja Fengjiu yang sudah terlihat cukup cantik, hal pertama yang dilihat oleh Nie Chuyin adalah wujud aslinya dan sembilan ekor merah indah yang mengikuti di belakang Fengjiu.
Nie Chuyin menggestur ke arah Fengjiu dan bertanya, “Apa kau salah satu dari dewi? Temannya Donghua, ya kan? Kau datang kemari untuk menyelamatkannya?”
Anggukan kepala Fengjiu membuat Nie Chuyin tertawa senang.
“Yan Chiwu mengurungnya di dalam Lingkup Teratai Jahat di bawah sana. Aku rasa kau tak akan bisa pergi dan menolongnya dengan kemampuanmu.”
Di saat ini, Nie Chuyin menjeda dan tawanya terdengar jauh lebih senang lagi.
“Maukah kau bertukar denganku? Pinjamkan aku bulu beserta dengan sembilan ekormu selama tiga tahun dan aku akan meminjamkanmu separuh dari tenagaku untuk menyelamatkannya. Bagaimana menurutmu?”
Situasinya begitu mendesak. Di saat Fengjiu mendengar kalau Donghua terperangkap di dalam Lingkup Teratai Jahat, separuh jiwanya sudah melayang entah kemana. Di saat jiwanya kembali, ia hanya mendengar kalau Nie Chuyin akan meminjamkannya separuh dari kekuatannya untuk menyelamatkan Donghua.
Ternyata masih ada orang baik di dunia, begitu pikir Fengjiu ... meskipun pakaian pria itu benar-benar nyaris membuat Fengjiu merasa lemas.
Fengjiu mengangguk seketika. Kontrak telah dibuat. Sebuah cahaya putih bersinar terang dan selagi Fengjiu tak yakin apa yang sebenarnya terjadi, baik bulu dan ekornya telah diambil. Ia sekarang baru menyadari kalau ia tidak mendengarkan bagian terpenting dalam perjanjian ini.
Kehilangan sembilan ekornya bukanlah masalah besar. Paling tidak Fengjiu masih bisa tampil polos. Tetapi kehilangan bulunya sama artinya kehilangan penampilan dan sihirnya.
Beruntungnya, Nie Chuyin cukup baik hati untuk memberikannya sebuah mantel sementara dari bulu rubah biasa. Jujur saja, ini bukan waktunya untuk berdebat; menyelamatkan Donghua jauh lebih penting.
Kapan saja Fengjiu mengingat kepingan kecil kenangan ini, ia selalu merasa ketika ia memasuki Lingkup Teratai Jahat itu benar-benar saat yang mengagumkan.
Pada saat itu, sebuah lingkaran bercahaya mengelilingi kepalanya. Kedua kakinya mengendarai dua gumpal awan selagi ia membesar jadi ratusan kali lipat dan memasuki Lingkup Lotus itu.
Satu napas tercekatnya mampu membuat angin topan, batuk kecilnya mampu mengeluarkan bola api, dan bunyi bersin kecilnya dapat melepaskan serentetan petir, Fengjiu kini adalah arti dari sebuah senjata bergerak.
Betapa cerdas dan mengagumkannya Fengjiu. Tetapi apakah Donghua menyadari kecerdasannya atau tidak, Fengjiu masih belum tahu hingga bertahun-tahun ini.
Di dalam dunia tak bertepi, Donghua telah membuat sebuah medan pelindung tak bertepi pula. Di sisi lain dari medan pelindung terdapat roh jahat yang tak terhitung jumlahnya tengah mengintai dan siap menerkam Donghua.
Apa pun sihir yang digunakan oleh Donghua, di sisi dalam medan pelindung, pedang Cang’he berjarak dua puluh meter jauhnya dari Donghua harus membelah diri hingga jadi dua puluh dua bayangan pedang dan mengisi sampai dua garis.
Untuk beberapa alasan, pedang-pedang ini, berubah menjadi baris demi baris pepohonan Sal. Akar dan dahannya membelit satu dengan yang lainnya, tanaman merambat Bodhi tumbuh bermekaran di sekitarnya.
Dalam sekejap mereka berbunga, kemudian dalam sekejap mereka layu, memberi efek hujan kelopak bunga berpencar di langit. Kelopak bunga yang bertebaran di udara membentuk sebuah teratai perak Dharmachakra yang bergerak dengan sangat cepat.
Roda itu tetap berputar seperti Dharma yang membawa kehidupan abadi. Dari roda Dharma abadi itu tiba-tiba terlepaslah sepuluh ribu balok emas yang menembus keluar medan pelindung dan mengincar langsung pada para iblis jahat di luarnya.
Diterangi dengan cahaya emas menyilaukan, yang paling depan langsung melemahkannya. Memang terlihat seperti sihir yang menghabiskan waktu, tetapi kenyataannya itu hanya sepintas saja. Bahkan tidak sebanding dengan waktu yang dibutuhkan pasir untuk mencapai tanah dari jemari seseorang.
0 comments:
Posting Komentar