Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 1
Chapter 6 Part 2
Dua hari setelahnya, duel antara Yan Chiwu dan Donghua di Gunung Fuyu menjadi berita di seluruh wilayah Selatan yang tenang. Rasa bersalah membuat Jiheng kabur di tengah malam yang sedang hujan untuk menghentikan keduanya.
Di malam Jiheng pergi, beberapa pengawal menyusup masuk ke dalam kamar Minsu dan dengan segera menyeretnya keluar gerbang istana selagi ia masih terbaring tak curiga dan berpakaian lengkap.
Pada saat itu, Xuyang mengatur sebuah permainan catur di dekat cermin air. Ia memikirkan langkah berikutnya selagi melihat tak tenang situasi dari cermin air itu.
Xuyang melihat kalau awalnya Minsu tidak serta-merta membiarkan para pengawal untuk mengikatnya, malah dengan cepat menarik pedang dari ranjangnya untuk menghalangi para pengawal.
Tetapi ketika kepala pengawal dengan ragu memberitahunya: “Yang Mulia memerintahkanmu untuk mengasingkanmu ke Gunung Baishui guna memikirkan kembali dosa apa yang kau perbuat,” pedang di tangannya terjatuh ke lantai.
Setelah Minsu diikat, Xuyang mendengarnya bertanya sedih, “Aku tahu kalau pelanggaranku berat ... tetapi apa kau yakin Yang Mulia mengatakan Gunung Baishui?
Kepala pengawal itu menghela napas, “Yang Mulia memang mengatakan Gunung Baishui.”
Minsu menundukkan kepalanya dalam diam setelah mendengarkan kepastian itu.
Dari sudut itu, Xuyang tak dapat melihat ekspresi Minsu. Hanya ketika mereka membawa Minsu pergi dari kediaman Jiheng, ia melihat si bocah itu tiba-tiba mendongakkan kepalanya untuk berbalik dan melihat ke arah Aula Chihong, tempat kerja harian Xuyang. Wajah pucat Minsu jadi lebih muram, tetapi matanya tampak begitu cerah.
Keputusan Xuyang untuk menahan Minsu di Gunung Baishui akhirnya sampai setelah begitu banyak pertimbangan.
Di sepanjang wilayah terluas dunia, tanah terbesar merupakan wilayah Selatan yang dikuasai oleh Iblis.
Di sebelahnya adalah wilayah Barat, dikuasai oleh Setan. Domain terbesar di antara para kerajaan seperti milik Kerajaan Qingqiu dari rubah putih berekor sembilan, atau wilayah perbatasan seperti tenggara, barat daya, timur laut dan barat laut, merupakan wilayah utama Timur. Bahkan itu pun hanya sebesar wilayah Selatan.
Wilayah teritori klan Langit sedikit lebih besar. Tiga puluh enam tingkat Langit suci dan empat lautan ditambah dengan wilayah Utara, semua berada dalam kekuasaan mereka.
Sekali lagi, mereka memang punya populasi yang lebih banyak. Ditambah, ada pertambahan dari Dunia Manusia bagi mereka semua yang bergabung dengan keabadian, memasuki Klan Langit setiap tahunnya. Beban Klan Langit juga jadi berkali-kali lipat.
Namun, klan Iblis dengan kehormatan para leluhur mereka, memegang wilayah benua paling besar di antara delapan lainnya. Tetapi di dalam wilayah mereka yang begitu luas ini juga terdapat lokasi berbahaya yang tak terhitung jumlahnya.
Gunung Baishui merupakan wilayah yang paling mengerikan dari semuanya.
Menurut penduduk setempat, itu adalah sebuah gunung tanpa jalan keluar. Jurang vertikal berdiri di keempat sisinya. Udara beracun mengelilingi perimeter sepanjang tahunnya. Tanaman asli di wilayah ini kebanyakan beracun.
Binatang buas pun jadi berseteru karena keadaan ekstrim ini. Ada cara untuk mati yang sesuai dengan selera tiap orang. Tersesat di dalam sana sama saja dengan tersesat di surganya bunuh diri. Inilah mengapa, bukan tanpa alasan kalau ekspresi Minsu menggelap setelah mendengar Xuyang ingin menahannya di Gunung Baishui.
Sama saja dimana pun Minsu tinggal untuk memikirkan soal dosanya. Xuyang memilih Gunung Baishui, pertama untuk memisahkan Jiheng dan Minsu. Ia pikir kalau Minsu mengumpulkan cukup banyak keberanian untuk mengaku pada Jiheng, adiknya yang baik dan naif, Jiheng bisa saja menerima Minsu.
Itu hanya akan menyebabkan penghinaan pada keluarga kerajaan. Kedua, jika Minsu dibawa ke Gunung Baishui, Jiheng tak akan bisa pergi menemuinya meskipun mereka berteman sejak kecil.
Jiheng mungkin akan datang mencarinya dan menangis dramatis, tetapi itu tak jadi masalah. Xuyang hanya punya satu strategi, dan itu adalah untuk mengulur situasi hingga Jiheng dapat menikahi Donghua dengan lancar.
Xuyang akan melepaskan Minsu setelahnya. Selain itu, Minsu selalu punya tubuh unik yang tahan terhadap segala jenis racun. Dan karena banyak makhluk ganas hidup di Gunung Baishui, jika Minsu tak dapat mengatasi mereka, ia tidak pantas menjadi pengawal pribadi Putri.
Dengan mempertimbangkan ini, Xuyang dengan santainya memerintahkan untuk membawa Minsu ke Gunung Baishui.
Di belakang permukaan cermin air, tatapan terakhir Minsu di arah ini menyebabkan bidak catur di tangan Xuyang terjatuh ke meja dan berguling ke tanah.
Xuyang mendeteksi sebuah tampang kebingungan di dalam mata tenang itu.
Xuyang memungut pion batu catur dan berpikir: Minsu tidak pernah meninggalkan Istana Danling seumur hidupnya; bukan hal buruk membiarkannya berlatih di Gunung Baishui.
Tetapi, bagaimana kalau Minsu tak pernah kembali lagi?
Hal ini tak pernah terlintas di benaknya.
***
Malam Jiheng kembali dari Gunung Fuyu, wilayah Selatan sedang turun hujan yang membanjir. Pengasingan Minsu ke Gunung Baishui tentu saja sampai di telinga Jiheng.
Xuyang duduk di dalam Aula Chihong dan menunggu adiknya untuk datang pidato panjang lebar padanya. Tetapi tehnya sudah lama kosong, tetap tak ada tanda-tanda Jiheng.
Tidak sampai pelayan Jiheng mendatanginya di pagi hari, barulah Xuyang tahu kalau adiknya menghilang di tengah malam. Tentu saja, Jiheng pergi ke Gunung Baishui untuk menyelamatkan Minsu.
Rencana Xuyang akan sempurna kalau saja ia tidak melupakan kebaikan hati adiknya. Rute berbahaya menuju ke puncak gunung menjadi tujuan yang mengarahkan Jiheng dan Donghua Dijun di sebuah rawa berair putih.
***
Hujan turun tanpa henti selama berhari-hari seolah Sungai Langit tiba-tiba jadi terbalik. Tetapi untuk teratai merah di Istana Danling, kesempatan langka bisa meminum air suci. Mereka mekar dengan cantiknya seperti lentera merah, memberikan pemandangan menyenangkan untuk mata.
Pasukan demi pasukan dikirimkan, hingga menggangu Ibu Suri di istana dalam, tetapi masih juga tak ada kabar. Kemampuan Ibu Suri Wang dalam menangis tidak layu ditelan usia.
Setiap kali waktunya makan, Ibu Suri mendatangi Xuyang dan menangisi Jiheng selama tepat satu jam. Seluruh istana dipenuhi kekacauan dengan menghilangnya sang Putri.
Lewat tengah hari, hari itu, seperti yang diperintahkan Xuyang, seekor singa salju bersayap satu akan dibawa padanya sehingga Xuyang dapat menungganginya ke Gunung Baishui, Donghua dalam jubah ungunya tiba-tiba saja muncul di depan Istana Danling, membawa Jiheng yang tak sadarkan diri di pelukannya.
Beberapa dari Klan Iblis mengira kalau mereka tak akan akan pernah bertemu dengan mantan penguasa legendaris, jadi, hari itu terpatri jelas dalam ingatan mereka bahkan hingga sekarang.
Seluruh langit dipenuhi awan abu-abu. Hujan mulai reda, lalu setelahnya hanya tersisa percikan. Jalan sejauh sepuluh mil di depan gerbang istana dipenuhi dengan sebuah karpet dari teratai merah, mereka memancarkan cahaya di setiap sudutnya.
Seorang pria tampan berambut perak turun dengan gagahnya dari sebuah awan dan mendarat di tanah. Energi gelap mereka tak mampu menahan awan suci, teratai merah pun pelan-pelan menutup kelopak mereka, meninggalkan sebuah jalan kehijauan bagi kaki sucinya untuk melangkah maju.
Jiheng dengan matanya yang tertutup rapat berada dalam pelukan Donghua. Rambutnya yang terurai lepas layaknya sebuah air terjun hitam di sekitar wajah pucatnya. Ia sangat lemah.
Kedua lengan Jiheng melingkar di leher Donghua. Tubuhnya tertutupi jubah Donghua, hanya memperlihatkan mata kaki sewarna gadingnya ... dan ada beberapa tetes darah yang mengalir.
Apa yang terjadi dua malam di Gunung Baishui, tak ada yang tahu kecuali Donghua, Jiheng dan mungkin saja ular air yang kurang beruntung itu saja yang tahu.
Apa yang diketahui adalah, bahwa Donghua tinggal di Istana Danling sehari lagi sampai Jiheng sadar. Setelah terbangun, Jiheng terus menempelkan dirinya pada Donghua seperti anak ayam pada induknya. Tak sekali pun ia menyebut soal Minsu.
Xuyang senang ketika mengetahui kalau keputusannya mengirimkan Minsu ke Gunung Baishui ternyata adalah keputusan yang bijaksana. Meskipun adik perempuannya terjebak bahaya, ia diberikan kesempatan untuk jatuh cinta pada Donghua. Itu sungguh sebuah papan catur yang brilian kalau Xuyang boleh mengatakannya sendiri.
Di hari ketiga ketika Donghua bersiap untuk meninggalkan Istana Danling, Xuyang mengundangnya minum teh. Setelah satu ronde teh, Xuyang menawarkan untuk mengirimkan Jiheng ke Istana Taichen tiga hari kemudian, selamanya menyatukan kedua klan dalam aliansi. Donghua pun meyetujuinya.
***
Hingga di bagian ini, Yan Chiwu menghela napas dan mulai bergumam. Ia menggumamkan kalau saja ia tidak terluka terlalu parah, Xiao Yan akan menghentikan Jiheng pergi ke Gunung Baishui; jika itu kasusnya, maka Donghua tak akan jadi bagian dari cerita ini, lalu Xiao Yan dan Jiheng pasti sudah menikah; langit buta sementara, selanjutnya dan selanjutnya.
Daun yang digunakan Fengjiu di atas kepalanya mulai mengerut layu karena kepanasan.
Di bawahnya, Fengjiu bertanya lelah pada Yan Chiwu, “Bagaimana kau tahu secara pasti kalau Donghua mencintai Jiheng? Bagaimana kalau ada sesuatu yang tak bisa dikatakannya?”
Xiao Yan mengepalkan tangannya.
Buku-buku jarinya terpecah saat ia menggeram, “Mana berani dia!”
Dengan kehebohan yang sama ia melanjutkan, “Jiheng begitu suci dan tanpa noda; ia elegan dan bangsawan; ikan lupa berenang, burung lupa terbang ketika melihatnya; bulan jadi redup, bunga-bunga merendahkan diri di sebelahnya; Jiheng itu terlalu cantik untuk kata-kata. Apa sulitnya bagi pria untuk mencintainya?”
(T/N : 冰清玉潔 (semurni es dan sesuci giok) 蕙質蘭心 (inti dan hati dari bunga anggrek) 沉魚落雁 (ikan tenggelam dan burung hinggap) 閉月羞花 (melebihi cahaya bulan dan membuat para bunga malu) 美不勝收 (terlalu cantik untuk digambarkan).
Xiao Yan menggeram lagi, bahkan memperlihatkan gigi putihnya.
“Donghua tak pantas disebut seorang pria!”
Yan Chiwu adalah pria yang kasar, tetapi berhasil menyebutkan lima idiom dalam satu kalimat, sangat mengejutkan Fengjiu. Di saat bersamaan, ia ingin menyanggah kenyataan bahwa hati Xiao Yan hanya terisi oleh Jiheng saja, tetapi Fengjiu menghentikan dirinya.
Fengjiu diam-diam merapikan lagi daun yang mengerut di atas kepalanya.
Menyadari ekspresi meragu dari Fengjiu, Yan Chiwu menghela napas, “Aku tahu apa yang kau pikirkan. Para gadis suka mengira kalau diri merekalah yang lebih pantas dikagumi, yang lainnya hanyalah hal sepele belaka.”
Xiao Yan benar-benar tulus.
“Kau tidak berpikir kalau Muka Es menyukai Jiheng, ini aku bisa mengerti, karena aku juga dulu berpikir kalau Jiheng tidak menyukai Muka Es.”
Xiao Yan menghela napasnya lagi.
“Tetapi mereka berduaan saja selama dua malam. Pikirkan saja! Oi, bahkan aku saja tidak mau memikirkan soal itu. Tetapi kenyataannya tetap ada bahwa ada begitu banyak pasangan yang mulai dengan membenci satu sama lain dan masih tetap menyukai satu sama lain setelah mereka terperangkap bersama dalam jarak yang dekat.”
Si pria putus asa kembali menghela napasnya.
“Ayo mundur dan pikirkan, jika Muka Es tidak benar-benar mencintai Jiheng, kenapa ia setuju untuk menikahinya? Jika ia tidak ingin, siapa dari klan Langit kalian yang mampu untuk memaksanya?”
Fengjiu berpikir kalau perkataan Xiao Yan masuk akal.
Dengan sedih ia membenarkan daun di atas kepalanya dan setelah beberapa lama memiringkan wajahnya untuk bertanya pada Yan Chiwu: “Tetapi aku tahu,” ia terbatuk, “Aku dengar kalau mereka berpisah jalan di Lingkup Teratai, Jiheng meminta Donghua membiarkannya memiliki seekor rubah yang mereka temukan di sana. Bukankah Donghua menolaknya? Kalau memang Donghua menyukai Jiheng, kenapa ia harus semenyedihkan itu? Ini ..."
Yan Chiwu memotongnya, “Apa yang kau tahu, itu hanyalah trik!”
Ia kemudian menjelaskan pada Fengjiu, “Jika kau menyukai Muka Es, maka kau ingin bertemu lagi dengannya. Lalu, kutanya padamu, apa cara terbaik untuk melakukannya?”
Tanpa menunggu jawaban Fengjiu, Xiao Yan berkata yakin, “Meminjam buku! Kau pinjam, kau bertemu dengannya sekali. Kau kembalikan, kau bertemu dengannya lagi. Pinjam, kembalikan, pinjam, kembalikan. Pada akhirnya semua jadi terbiasa. Setelah terbiasa, semuanya jadi mudah.
"Sama alasannya mengapa Donghua tidak memberikan Jiheng rubah itu. Coba pikirkan, kalau Jiheng menyukai rubah itu, bukankah ia akan sering berkunjung, jadi memberi lebih banyak kesempatan pada si Muka Es?”
Xiao Yan mengerutkan alisnya dan melepaskan helaan napas panjang, “Muka Es benar-benar licik.”
Fengjiu memikirkannya dan dalam kekagetannya, sekali lagi menyadari kalau Yan Chiwu memang benar. Meskipun Fengjiu tak melihatnya dulu, kenyataannya adalah setelah Jiheng memasuki Istana Taichen, Donghua memang mulai memperlakukannya secara berbeda.
Fengjiu tidak tahu kalau mereka memiliki momen bersama di Gunung Baishui. Semua yang diketahuinya tentang mereka berdua adalah penyekapan di Gunung Fuyu, dan Fengjiu tidak menemukan hal aneh dari interaksi harian mereka.
Ternyata Fengjiu lupa memikirkan kemungkinan adanya seluk-beluk tersembunyi dari cerita ini.
***
Tiga ratus tahun yang lalu, Jiheng yang tinggal di Istana Taichen merupakan seorang Putri yang gemar belajar. Fengjiu masih ingat. Selagi bersandar di kaki Donghua saat ia memancing di Kolam Pundarika, Fengjiu sering melihat Jiheng berlari menemui Donghua dengan sebuah buku tua kusam di tangannya untuk meminta penjelasan Donghua di bagian tertentu.
Donghua dengan senang hati membantunya setiap saat. Dari apa yang Fengjiu lihat, tak pernah sekali pun keduanya bersikap di luar batas kewajaran.
Tetapi kegigihan Jiheng dalam belajar benar-benar sangat menolongnya. Setelah menambahkan catatan pada sutra, terkadang Donghua membiarkan Jiheng meminjam mereka lebih dulu sebelum mengembalikannya pada Buddha di Langit Barat.
Donghua sudah jelas memanjakan Jiheng pada tahap ini.
***
Di satu hari musim panas bulan Juli, Pangeran Liansong dari Istana Wuji membawakan sebuah perkamen kecil dan datang mencari Donghua. Setelah berbasa-basi, ia akhirnya mengakui kalau ulang tahun Cheng’yu Yuanjun sebentar lagi tiba.
Cheng’yu sedang mengumpulkan berbagai belati belakangan ini jadi Liansong memberikan sebuah desain baru dan ingin Donghua membantunya membuat belati itu agar ia bisa menghadiahkan Cheng’yu Yuanjun dengan sebuah pedang istimewa di hari ulang tahunnya.
Hal unik soal belati ini adalah dalam pertarungan jarak dekat, itu bisa menjadi belati, tetapi dalam pertarungan jarak jauh, dapat berubah menjadi sebuah pedang panjang.
Dan jika kalah dari lawannya, akan memiliki senjata rahasia seperti jarum beracun. Ketika pergi berburu, akan berubah jadi sebuah busur, di dapur menjadi pisau sayur.
Pendeknya, membawa belati ini sama halnya dengan membawa lima senjata sekaligus: belati, pedang, senjata rahasia, busur, dan pisau. Akan sangat berguna, Cheng’yu akan membawanya setiap saat.
Liansong juga tak ingin menciptakan pedang istimewa ini dengan sihir. Ia ingin buatan tangan sehingga menunjukkan betapa tulusnya perasaanya untuk Cheng’yu Yuanjun.
Masalahnya adalah pangeran ketiga selalu membuat senjata hebat untuk mengalahkan iblis seperti lonceng atau pagoda, jadi ada beberapa kesulitan baginya untuk membuat belati rumit semacam ini.
Setelah banyak berpikir, Liansong memutuskan kalau untuk membuat benda aneh, ia membutuhkan bantuan dari orang aneh pula.
Dengan satu lompatan, Fengjiu melompat ke atas meja dari pangkuan Donghua. Fengjiu melompat-lompat di sekeliling cetak biru besar dan menemukan kalau desainnya sangat luar biasa.
Tetapi ada beberapa titik kasar yang akan meninggalkan sudut ketika dibuat. Mereka bisa menyebabkan reputasi keterampilan luar biasa Donghua jadi tercemar.
Meskipun Pangeran Liansong terkenal dengan gaya halusnya pada para wanita, detail kecil seperti ini sulit untuk di deteksi olehnya. Hati Fengjiu berdebar gembira. Akhirnya ia bisa menunjukkan kemampuannya pada Donghua.
Kalau Fengjiu dapat memperbaiki sketsa ini, Donghua akan mengakui kalau telentanya tak kalah dari Jiheng. Setelah memikirkan ini, Fengjiu diam-diam meletakkan cakarnya di atas titik kekurangan yang tak bisa disadari sendiri oleh Liansong.
0 comments:
Posting Komentar