Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2
Chapter 4 Part 2
Su Moye yang sedang memainkan peran dari si jubah ungu Xize sekarang perlahan-lahan mengambil tempatnya.
“Saat bulan meninggi di atas pepohonan dedalu, setelah matahari terbenam adalah waktunya kita dapat bertemu.”
(T/N : Ini merupakan baris kalimat dari puisi Ouyang Xiu berjudul 生查子 tertulis tentang pertemuan antara pasangan di Festival Lampion.)
Segera saja, seorang gadis berjubah biru muncul. Tanpa tergesa melangkahkan kakinya dan berjalan lancar ke depan, namun tepat sebelum mencapai lubang yang ditutupi, ia menghentikan langkahnya.
Di tengah cahaya yang berasal dari lentera dan obor para penghuni gunung, tatapan matanya yang bersemangat tertuju pada Su Moye.
Fengjiu mengepalkan telapak tangannya dan merapal dalam diam: “Sedikit lagi, satu langkah lagi ...”
Changdi yang berjubah biru berhenti dan tidak berjalan lagi.
Malu-malu akibat ketidakpastian, ia dengan sopan menyampaikan sebuah keluhan yang jujur: “Yang Mulia mengirimkanku sepucuk surat, dan aku telah membacanya. Dalam surat itu kau mengatakan bahwa kau telah mengagumiku beberapa lama, bahwa kau sering mengalami sulit tidur di malam hari karena memikirkan tentang diriku ...”
Fengjiu melihat tubuh Su Moye tersentak samar dalam angin malam.
Changdi menengadah malu-malu.
“Yang Mulia juga mengatakan bahwa akan sedikit rumit jika selama siang hari ketika ada begitu banyak orang di sekitar. Semenjak kau tidak dapat menatapku dengan saksama, kau mengundangku kemari untuk menuntaskan kerinduanmu, tetapi kau takut hal semacam itu akan lancang ...”
Fengjiu melihat tubuh Su Moye lagi-lagi tersentak ringan di tengah angin malam.
Dengan mata yang sayu, Changdi terengah lembut: “Sekarang aku di sini, tetapi mengapa kau hanya menatapku diam saja tanpa mengatakan apa pun? Tatapanmu padaku seperti ini ... sangat membuatku malu ...”
Fengjiu melihat tubuh Su Moye kembali tersentak lagi seraya ia mengambil langkah mundur.
Dengan cemas Fengjiu menyemangati Su Moye dalam kepalanya: “Mo Shao, tetap kuat!”
Changdi menatap lurus pada Su Moye kemudian tersenyum anggun padanya dengan mata menggoda: “Sesungguhnya, kau tidak perlu mencemaskan tindakan semacam itu akan dianggap gegabah. Perasaanku padamu pun ...” ia tidak dapat menahan diri dan mengambil satu langkah ke depan.
“Ah ...”
Changdi terjatuh ke dalam lubang air.
Fengjiu tertegun sementara. Ketika ia dapat bereaksi kembali, ia mengelap kening berkeringatnya ketika ia melihat Su Moye juga membeku di depan lubang air itu.
Fengjiu dengan cepat melompat keluar dari alang-alang dan mengirimkan gestur pada Su Moye bahwa ikan telah tertangkap. Meskipun ada keterkejutan, Su Moye harus mengambil langkah selanjutnya dan menyelam untuk menyelamatkan Changdi.
Su Moye melihat gestur Fengjiu, meragu sejenak, dan kemudian mengubah serulingnya menjadi sebuah tonggak sepanjang dua puluh kaki untuk mengaduk-aduk lubang air itu.
Dari dalam lubang terdengar suara nelangsa Changdi: “Yang Mulia, kau menusuk kepalaku ...”
Su Moye tergesa melemahkan tusukannya dan menjawab, “Oh, maaf maaf, kenapa kau tidak memanjat tonggak ini. Kenapa kau berjalan begitu ceroboh? Aku akan membawakanmu pakaian.”
Berjongkok, Fengjiu melihat melalui alang-alang, si Changdi yang basah kuyup sedang memanjat keluar dari seruling Su Moye, terisak selagi ia mengikuti Su Moye menuju sebuah kapal kecil yang berlabuh.
Terdapat beberapa masalah, tetapi sekarang ini sudah setengah berhasil. Hanya saja, Mo Shao jadi sedikit tidak stabil setelah perbuatannya. Apakah kata-kata yang dibuat Fengjiu untuk Changdi dalam surat itu terlalu penuh gairah?
Saking bergairahnya bahkan si Mo Shao yang penuh cinta bahkan tak sanggup menahannya?
Besok, jika Xize mengetahui Fengjiu menggunakan namanya untuk menuliskan surat cinta semacam itu pada Changdi, ia bertanya-tanya apakah ia mampu bertahan.
Fengjiu mengeluarkan desahan panjang.
Desahannya baru saja selesai ketika ia mendengar suara seseorang di sebelahnya: “Apa yang kau lakukan di sini?”
Fengjiu berbalik untuk melihat, dan tersenyum bahagia ketika ia melihatnya: “Menunggumu, tentu saja. Bukankah sudah kubilang aku akan membawamu melihat bunga Yueling setelah kita selesai?”
Fengjiu menatap kapal kecil di kejauhan: “Kau begitu cepat. Barusan saja dan kau sudah kembali dari membawa Changdi pergi.”
Kemudian, melihat kembali pada Mo Shao, Fengjiu berkata, “Kenapa kau masih dalam penampilan Xize? Cepat berubah, tidak ada siapa pun di sini.”
Dua langkah keluar dari alang-alang, Fengjiu kembali lagi membawakan sebuah topeng dari kayu cypress dan mengulurkan tangannya ke arah wajah tampan Xize.
“Aku nyaris saja lupa. Kalau kita akan pergi memasuki pegunungan melihat bunga Yueling, kita harus mengenakan ini. Aku juga sudah mempersiapkan satu untukmu. Semenjak kau tidak tahu jalannya, tetap berada dekat denganku.”
Lalu, Fengjiu menepuk pundaknya: “Oh iya, jika ada seoarang gadis aneh bernyanyi padamu, ingatlah delapan kata ini: ‘Awasi, pertahankan fondasi keabadian Anda.’ Dan jika seorang pemuda aneh ingin menculikku, ingatlah delapan kata lainnya ini: ‘Tidak perlu sopan santun, jatuhkan ia ke tanah.’
"Jalan di depan kita terdapat hewan buas yang tak terhitung dan berbagai halangan menanti, jadi kita perlu saling menolong satu sama lain. Uhuk, uhuk, tentu saja, kebanyakan kau yang akan membantuku.”
Su Moye menyuarakan sebuah jawaban.
Fengjiu memiringkan kepalanya: “Kenapa suaramu terdengar persis seperti Xize? Bukankah sudah kubilang untuk berubah kembali sekarang?”
Menatap ke langit, Fengjiu melanjutkan: “Lupakan saja, lupakan saja, sudah terlambat; kita harus bergegas atau kita akan melewatkannya.”
Jauh di dalam pegunungan, cahaya matahari perlahan menghilang, malam musim semi tanpa bintang. Fengjiu terpaksa menggunakan sebuah mutiara bercahaya untuk menerangi jalan. Bambu-bambu dan tanaman lainnya berjejer rapi di sekitar jalan mereka.
Fengjiu menemukan tempat menakjubkan yang dikenal dengan teluk Mingxi ini dari sebuah buku kuno yang ditemukannya di istana. Di dalam buku itu juga terdapat sebuah peta mendetail. Saat ini, ia sedang membawa peta ini dalam tangannya untuk mengarahkan jalan.
Gunung Patah Hati sedang berseleberasi malam ini, tetapi si orang tua di bawah rembulan tidak melengkapinya dengan pemandangan yang sesuai.
(T/N: si orang tua yang dimaksud adalah Yuelao (月下老人) – dewa pernikahan dan percintaan. Ia muncul sebagai seorang pria tua di bawah rembulan, yang memiliki sebuah buku pernikahan dan benang-benang merah untuk mengikat jodoh dari pasangan yang telah ditakdirkan.)
Langitnya segelap kubah hitam besar berada di atas kepala mereka. Si orang tua lebih memilih bersembunyi di balik kubah, bahkan kumisnya pun tersembunyi; Fengjiu sempoyongan sepanjang perjalanan.
Semakin dalam mereka masuk ke dalam pegunungan, semakin sunyi jadinya. Terkadang, mereka dapat mendengarkan auman macan. Fengjiu merasa bahwa keputusan bijaksana untuk membawa Su Moye bersama dengannya dalam perjalanan ini.
Suara-suara merdu yang bernyanyi menghilang di belakang mereka. Ketika mereka mencapai Teluk Mingxi, mata mereka disambut dengan pemandangan hitam legam, telinga mereka pun sunyi senyap. Sangat berbeda dibandingkan dengan keramaian kota di awal tadi.
Fengjiu memasukkan mutiara bercahaya kembali ke dalam lengan jubahnya, berbaring di atas rumput berembun malam, dan memanggil Su Moye untuk berbaring bersamanya.
Suara lambat terdengar beberapa langkah darinya, dan Fengjiu menduga Mo Shao mendengarkan sarannya.
Mo Shao suram malam ini. Tadinya Fengjiu mengira bahwa ini dikarenakan pengulangan kembali surat cinta oleh Changdi. Dalam perjalanan kemari, ia mendengar sebuah lagu melayang keluar dari dalam hutan.
Fengjiu menangkap bait pertama dan yang terakhir, bersama mereka membentuk empat baris sebagai berikut: “Kita menjadi suami dan istri ketika kita menjalin rambut kita. Keraguan tidak pernah memasuki hubungan kita. Jika aku hidup, aku akan kembali pada engkau; namun jika aku mati, teruslah mengingat diriku.”
(T/N : Ini merupakan baris dari Berpisah dengan Istriku (留别妻) karangan Jenderal Su Wu pada zaman Dinasti Han. Ia menuliskannya untuk istrinya ketika ia akan ditugaskan oleh Raja menuju Xiongnu.)
Ketika lagu indah itu hinggap ke telinga Fengjiu, seolah sebuah penerangan tiba-tiba muncul, barulah ia menyadarinya.
Siapakah Mo Shao? Bagi seseorang yang bahkan tidak mengedipkan bulu matanya pada jutaan bunga yang mengelilinginya, akankah ia tertegun tak sanggup berbicara hanya karena sebuah surat cinta memalukan?
Mo Shao tidak berbicara karena selama waktu baik di malam cantik ini, ia teringat kenangannya dengan Aranya setelah melihat pasangan ini. Mo Shao jadi merasa tersakiti dan tidak berbicara.
Meninggalkan Mo Shao seorang diri dalam kesuraman bukanlah sesuatu yang patut dilakukan oleh seorang teman baik, karena itulah Fengjiu harus mencari bahan pembicaraan secepat mungkin untuk mengalihkan perhatiannya dari semua kemuraman ini.
Di dalam kegelapan, Fengjiu berdeham dan memecah keheningan: “Tertulis di dalam buku bahwa bunya Yueling tidak akan mekar hingga jam anjing (9 malam). Kita mungkin harus menunggu sedikit lebih lama. Ada sebuah lagu dongeng tentang bunga Yueling, pernahkah kau mendengarnya?”
Setelah Fengjiu memberitahunya soal ini, ia mengetukkan tangannya dan bernyanyi lembut:
“Bunga Yueling, sekalinya kepingan salju naik tinggi. Tercabut, layu, dan mati. Ia hidup tetapi hanya sesaat, membusuk setelahnya. Ketika rembulan muncul, ia tak dapat menjumpai bunganya. Ketika bunganya bermekaran, mereka tak dapat menjumpai bulannya. Sang rembulan tidak menyadari bunganya. Sang bunga pun tak menyadari rembulannya. Bunga-bunga menjalani hidup yang cepat berlalu, bunga mati dalam kematian yang cepat pula.”
Fengjiu adalah pemalas di masa mudanya. Ia mendapat nilai jelek hampir di seluruh mata pelajarannya, menyebabkan Bai Zhe Dijun sakit kepala. Tetapi, ia berbakat dalam nyanyian dan tarian.
Saat ia masih kecil, Fengjiu suka sekali memamerkannya. Hanya ketika ia membaca dari buku-buku bibinya yang mengatakan bahwa menari untuk orang lain merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh penghibur, barulah ia berhenti.
Fengjiu tidak ragu untuk berubah menjadi seorang penghibur malam ini demi menghibur Su Moye; demi temannya, ia rela melakukan apa pun. Ia merasa ia cukup murah hati, memang murah hati.
Itu adalah sebuah lagu yang sangat menyedihkan, dan Fengjiu telah mengekspresikan perasaannya dengan baik, tetapi Su Moye setelah mendengarkannya hanya berkata enteng, “Nyanyianmu tidak buruk.”
Ia tidak berkata apa-apa lagi setelahnya.
Mo Shao agak aneh malam ini. Tetapi, karena ia sedang begini, Fengjiu justru haru semakin ada untuk dirinya.
Fengjiu menatap ke dalam bayangan dan melanjutkan perkataannya: “Bagiku, bunga dan tanaman tidak begitu menarik, tetapi aku ingin membaca soal bunga Yueling ini. Kau mungkin tidak tahu, dalam mitos, bunga Yueling hanya mekar saat festival Jade Maiden. Ketika bunganya bermekaran, kita tidak dapat melihat sinar rembulan, jadi selalu tanpa bulan di masa-masa ini. Sejujurnya, dibandingkan dengan bunga Yueling dan bulan, kau dan A ...”
Aranya sudah ada di ujung lidahnya ketika Fengjiu dengan cepat menghentikan dirinya sendiri. Mo Shao sedang bersedih, penyebabnya adalah Aranya. Menurut pengalamannya, lebih baik tidak menyebutkan nama Aranya di saat seperti ini.
Fengjiu berpikir bijaksana dan menggunakan kata ‘ia’ untuk berimprovisasi: “Sudah cukup baik kau memiliki kenangan bersamanya. Lihatlah bunga Yueling, seharusnya mereka juga ingin melihat sinar rembulan sekali saja. Tetapi saat bulan muncul, justru tidak melihat bunga. Ketika bunga mekar, mereka tidak melihat rembulan. Mereka tidak pernah bisa bertemu, sebuah cinta yang tidak ditakdirkan. Bukankah ini sebuah kisah yang tragis?”
Waktu berlalu lama tetapi Su Moye diam saja. Ketika Fengjiu baru saja akan berbicara lagi, perkataannya menguap begitu saja saat matanya membesar dengan pemandangan cahaya terang yang perlahan meningkat di udara.
Pancaran cahaya sedikit demi sedikit mengelilingi pemandangan. Aliran yang meliliti padang penuh dengan bunga. Di tengah-tengah pepohonan Yueling, kelopak kecil terkelompok menjadi bermekaran, mengeluarkan cahaya putih redup.
Mereka meninggalkan cabangnya dan terbawa hingga ke langit, seolah mereka tercelup oleh selapis sinar rembulan dan membeku. Regangan bunga-bunga itu mirip dengan sebuah tambalan di langit, dengan kelopak bunga mengapung di tengah udara selayaknya renggangan luar biasa dari awan bintang.
Jadi inilah bunga Yueling yang tengah mekar. Betapa indahnya. Fengjiu tidak pernah menyaksikan keindahan semacam ini di Qingqiu, ataupun di Jiuchongtian.
Fengjiu dengan semangat menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah Su Moye. Mo Shao tengah mengistirahatkan kepalanya di atas tangannya, masih diam, termasuk murung.
Fengjiu tak dapat menahan diri untuk mendesah dalam hati. Bagi seorang casanova berpengalaman untuk merasakan kesakitan hingga tahap ini, bahkan setelah dua ratus tahun ia masih sebegitu sakitnya, Aranya pastilah seorang yang sangat berbakat.
Fengjiu tidak tahan melihat Mo Shao yang putus asa, diam, dan kesepian ini.
Fengjiu mendekat seinci dan menunjuk ke arah bunga Yueling yang seperti salju meluncur di udara, bertekad menghiburnya: “Coba lihat, mengapa bunga Yueling terlihat begitu cantik ketika mereka bermekaran? Itu karena tidak ada hal lain di sekelilingnya malam ini, dan merekalah satu-satunya yang bersinar terang di tempat terbuka. Mereka satu-satunya yang dapat kita lihat, karena itulah mereka yang paling cantik.”
Fengjiu berbalik untuk melihat Su Moye yang masih bertopeng dan menasehati dengan tulus: “Selama sekian tahun kau tidak dapat melupakan dirinya karena kau tidak membiarkan hal lain selain dirinya di dalam ingatanmu. Ketika kau mencoba menghapus yang lainnya, ia menjadi lebih jelas dan bayangannya mendarah daging, ia akan lebih menyakitimu.”
Fengjiu menunjuk serius, “Tetapi ini tidak benar, di samping dirinya, masih ada orang lain, hal lain, ini, dan itu. Terkadang kita berpegang teguh bersikeras karena kita buta. Mo Shao, bukannya kau tidak tahu soal ini. Kau hanya tidak ingin.”
Di saat ini, jika seorang pria berakal sehat seperti Mo Shao masih belum mengerti juga, maka Fengjiu sudah melaksanakan tugasnya dan tak ada lagi yang dapat dilakukannya.
Tanpa diduga, Mo Shao membuka mulutnya untuk berbicara. Bunga Yueling bermekaran bergantian dan menyusut layaknya kerlip aliran yang bercahaya.
Di bawah aliran ini, Mo Shao berkata dengan tenang, “Apa salahnya dengan menyimpan hanya satu orang di dalam ingatanku? Apa istimewanya tentang orang lain hingga aku harus memperhatikan mereka?”
Fengjiu harus mengagumi Mo Shao karena mampu mengatakan ini hanya dengan beberapa patah kata.
Namun, rasa kasihan langsung meningkat di tengah kekagumannya, dan Fengjiu tidak dapat melakukan apa-apa selain melunak: “Dedikasi ketegaranmu sungguh langka, tetapi membiarkannya masuk dalam hatimu juga akan membawa rasa sakit di dalamnya ...”
Mo Shao memotongnya, nada suaranya samar, tak dapat ditebak: “Kapan aku tersakiti?”
Fengjiu menduga Mo Shao adalah seekor bebek mati dengan tagihan yang membandel—ia tidak tahan jika orang lain melihat sisi lemahnya, jadi ia setuju dengannya: “Aku tahu, aku tahu ini bukan rasa sakit biasa, tetapi sakit yang manis. Aku mengerti, sungguh. Tetapi, rasa sakit manis ini akan menghancurkan hatimu. Kau tidak boleh menutup mata, karena jenis sakit macam ini sangat fatal sekalinya ia menjalarimu ...”
Mo Shao memutus perkataan Fengjiu: “Kurasa kau tidak sungguh mengerti.”
“Ya ampun, sebagai seorang pria, akui saja rasa sakitmu,” Fengjiu mengernyit.
Ia mendadak teringat, jika ia ingin menghibur seseorang, ia harus lembut.
Fengjiu menurunkan alisnya dan melembutkan suaranya.
“Seperti ini, artinya kau sedang dalam penyangkalan. Jika kau tidak terluka, maka kenapa kau begitu aneh, terdiam sepanjang malam ini?”
Mo Shao melirik Fengjiu sekali, kemudian membalikkan punggungnya, dan tidak berkata apa-apa lagi.
Jantung Fengjiu berdegup kencang. Jangan bilang karena ia melihat perasaan terkuburnya hanya dengan sekali sapuan mata, Mo Shao jadi malu hingga ia marah? Mo Shao bisa jadi sangat picik juga.
Baiklah, semenjak Mo Shao sudah marah pada Fengjiu, tidak perlu lagi baginya untuk berbicara hati-hati. Ia menyingkirkan misi penerangannya sejenak. Meski demikian, ada sesuatu yang membuatnya sangat penasaran.
Fengjiu pernah mendengar berbagai kisah mengenai Aranya, tetapi ia masih tidak tahu seperti apa sebenarnya Aranya. Mengapa tidak mangambil kesempatan ini dan menipu Mo Shao sedikit.
Fengjiu tampak alami dan berbicara dalam nada suara biasa: “Kau bilang kau hanya ingin menyimpan satu orang dalam ingatanmu. Bagaimanakah dirinya?”
Malam hening; sebuah nyanyian melayang dari perbukitan yang jauh, tidak jelas dan samar. Ketika akhirnya Mo Shao berbicara, suaranya begitu rendah, tetapi Fengjiu bisa mendengarkan ketulusannya.
“Sangat cantik,” Mo Shao memberitahunya.
“Dan ia akan jadi jauh lebih cantik ketika ia dewasa.”
Mo Shao menjeda kemudian menambahkan: “Ia punya kepribadian yang baik juga.”
Lalu mengingat-ingat: “Juga sangat berbakat. Berbakat dalam segala hal.”
Hingga akhirnya menyimpulkan: “Segala hal tentang dirinya mengagumkan.”
Lalu, seolah Mo Shao tengah bicara pada dirinya sendiri: “Karena aku memilihnya, tentu saja segala hal tentang dirinya mengagumkan.”
Fengjiu merenungi perkataan Mo Shao. Wajah cantik, kepribadian yang baik, dengan talenta menjulang, tak heran Aranya memiliki takdir yang buruk sedari awal.
Ada sebuah pepatah kuno: Langit cemburu akan wanita luar biasa.
Wanita sejenis ini selalu dikubur oleh Langit, orang nyaris tidak bisa meratapinya. Beruntungnya, Fengjiu dan bibinya, meskipun cantik dalam penampilan, tidak memiliki kepribadian yang secara istimewa bisa disebut baik ataupun bertalenta.
Meski demikian, Fengjiu dua kali lipat menghargai perkataan Mo Shao dan ingin menyetujuinya namun tidak tahu apa tepatnya yang harus ia katakan.
Jadi, Fengjiu berkata, “Ada seseorang yang pernah kusukai. Tampaknya bagiku ia sangat tampan, tetapi kurasa ia sepertinya seorang yang mengerikan.”
Lalu Fengjiu menambahkan: “Karena itulah ia akan hidup panjang.”
Mo Shao menggema kosong, “Dengan adanya diriku di sini, ia juga pasti bisa hidup panjang.”
Fengjiu mendesah dalam hati. Walaupun ia tidak mendeteksi adanya penyesalan pahit dari suara Mo Shao, seseorang tidak bisa menilai hanya dari permukaan saja. Mo Shao pastilah sangat terluka.
Jika saja Mo Shao ada di sini tahun itu, ia pasti bisa menyelamatkan nyawa Aranya. Sayang, takdir mempermainkannya. Mendengarkan Mo Shao mengatakan perkataan ini, ia bertanya-tanya seberapa dalam penyesalan yang dirasakannya.
Betapa dimabuk cintanya Mo Shao. Betapa sedihnya juga dia.
Di depan mata mereka, bunga Yueling melayang semakin jauh dalam angin seperti bintang jatuh. Sekumpulan bunga terbang lewat dan menghilang sekejap mata, persis seperti perkataan, ‘hidup sejenak, musnah kemudian.’
Su Moye mengambil inisiatif untuk bangkit dan berkata, “Ayo pergi.”
Fengjiu juga bangkit dan merapikan gaunnya. Ketika ia menengadahkan kepalanya, ia mendadak membeku di bawah cahaya temaram bunga Yueling.
Beberapa waktu yang lalu, Fengjiu tidak terlalu memperhatikan ketika ia tengah berbaring di atas rerumputan. Saat ini, ketika ia berdiri, ia terkejut mengetahui meskipun wajah Su Moye dihalangi oleh topeng berhiasan, helaian rambut yang terpampang masih perak sewarna dengan sinar rembulan.
Entah darimana datangnya, sebuah pemikiran memasuki kepalanya layaknya sambaran petir. Setelah sekian lama, dalam kilauan samar mirip dengan kabut awal senja, Fengjiu mendadak mendahului di depan si pria berjubah ungu dan mengangkat tangannya yang gemetaran ke wajah pria itu; topengnya terjatuh.
Sinar berkelap-kelip dari bunga menyebar ke atas pohon, rerumputan, dan mereka berdua. Dalam padang bercahaya kelap-kelip itu,
Fengjiu bertanya parau: “Tuan Xize?”
Ketika pria itu tidak merespon, Fengjiu bertanya lagi, “Kenapa kau membohongiku?”
Pemuda itu menangkap topengnya yang terjatuh dengan satu tangan dan menjawab enteng, “Aku tidak pernah bilang kalau aku adalah gurumu, Tuan Mo.”
0 comments:
Posting Komentar