Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 3 Part 4

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 3 Part 4

Cahaya bulan yang bersinar terang, bayangan bulan meluncur di atas air. Air dan langit keduanya tak bernoda. Di atas langit cerah terdapat bulan bundar sempurna, di bawah buritan kapal, Fengjiu dan Su Moye sedang mengupas kacang kenari dan berbincang.

Kacang kenarinya dipanggang dengan sinar matahari hingga garing dan mengeluarkan aroma sempurna. Percakapan ini ada hubungannya dengan suami Putri, Xize Shenjun.

Aranya baru saja jadi dewasa, mengapa ia sudah memiliki seorang suami? Ini merupakan sebuah cerita yang panjang. 

Su Moye menyuruh Fengjiu untuk mengupas kacang kenarinya selagi ia mengingat-ingat kenangan masa lalu.

Menurut Su Moye, orang bernama Xize ini merupakan pendekar yang hebat.

Di dalam Lembah Fanyin terdapat Istana Qinan. Istana ini dibawah pemerintahan para Archmage. Sejak zaman dahulu, para Archmage selalu dipilih oleh Langit, kelahirannya selalu fenomenal.

Tetapi, posisinya cukup santai; biasanya Archmage tidak akan ikut campur dalam urusan politik. Meski demikian, sekalinya seorang Raja melakukan kesalahan besar, Archmage dapat memakzulkan sang Raja, dengan begitu memastikan kelangsungan jangka panjang dari Lembah Fanyin.

Dengan kata lain, tanggung jawab para Archmage adalah mendengarkan cara Langit dan mengawasi para penasihat Raja. Untuk alasan inilah, Archmage selalu jadi orang pertama yang harus dimenangkan hatinya oleh Raja setelah ia menempati takhta.

Penguasa Istana Qinan saat ini adalah Chen Ye, penguasa sebelumnya tak lain tak bukan adalah Xize. Semua karena alasan inilah, ayah Aranya, di usia tiga puluhan, ketika Aranya masih anak di bawah umur, telah merancang pernikahannya dengan Xize.

Aranya merupakan batu besar yang digunakan ayahnya sebagai beban untuk memberatkan Xize. Beruntungnya, Aranya masih muda dan mereka tidak tinggal bersama meskipun telah menikah.

Dua tahun setelahnya, rumor mengatakan bahwa Xize mengundurkan diri dari jabatannya karena sakit parah. Xize kemudian mengungsi ke belakang Gunung Qinan dan mewariskan posisinya pada Chen Ye.

Su Moye melihat ke atas bulan bundar di atas langit: “Semenjak Xize diminta meninggalkan Istana Qinan, ia juga tidak menunjukkan ketertarikan terhadap Aranya. Terlebih lagi, keduanya tidak pernah tinggal bersama, jadi tidak ada seorang pun lagi yang membicarakan pernikahan tidak beruntung ini.”

Su Moye melirik Fengjiu: “Xize bersembunyi di pengasingannya di balik Gunung Qinan, dan meskipun Aranya adalah istrinya dalam nama, ketika Aranya meninggal, Xize tidak sekali pun meninggalkan gunung untuk menemuinya. Inilah mengapa aku tidak mengungkit bagian ini padamu sebelumnya. Ini adalah pertimbanganku yang buruk hingga membuatmu terkejut hari ini.”

Kemudian, Su Moye mengernyit berkata, “Aku tidak mengerti kenapa kau dan aku dapat bertemu dengan Xize yang meninggalkan gunung di dunia palsu ini.”

Ia pun menambahkan: “Aku tidak pernah melihat Xize sebelumnya. Ini juga merupakan pertemuanku yang pertama dengannya.”

Fengjiu mempertimbangkan: “Ayahku tampaknya mengatakan bahwa Xize turun gunung karena penyakit Junuo.”

Su Moye sedikit ragu: “Kemampuan pengobatan Xize sangat luar biasa, tetapi jika aku tidak salah, Junuo tidak sakit, ia hanya sedang mengalami mual-mual di pagi hari ...”

Kulit kacang kenari jatuh dari tangan Fengjiu ke atas lantai. 

“Bagaimana bisa Junuo hamil padahal ia masih belum menikah? Apakah kau salah ingat karena usiamu yang bertambah?”

Su Moye tersenyum samar selagi ia mengeluarkan seruling dari lengan jubahnya. 

“Barusan kau menyebutku ... bertambah apa?”

Fengjiu tersenyum kering dan dengan hormat menawarkannya segenggam penuh kacang kenari yang telah dikupas, memberikan jawaban jujur: “Aku bilang, cita rasamu bertambah, itu adalah sesuatu yang harus kita rayakan.”

Su Moye menerima kacang kenarimya tanpa sungkan dan tetap memasang senyum penuh rahasia di wajahnya: “Kau akan tahu ketika waktunya datang apakah aku berbicara omong kosong soal Junuo atau tidak.”

Su Moye bangkit dan meluruskan pakaiannya. 

“Sudah larut, haruskah aku membuatmu pingsan dan membawamu pada si piton biru?”

Fengjiu bergidik. 

Ia menyeringai dan berkata, “Bulan begitu tinggi, langit begitu cerah. Bagaimana mungkin kita menyia-nyiakan pemandangan seindah ini? Biarkan aku menikmati angin sungai selama setengah jam lagi sebelum kau memukulku.”

Su Moye tertawa dan membawa serulingnya kembali ke kamarnya, meninggalkan Fengjiu sendirian di buritan untuk menikmati angin.

Fengjiu dibuat ketakutan oleh Pangeran Qing selama siang hari, lalu mengalami ketakutan barusan saja di perjamuan. Ditambah dengan ocehan panjang dari Su Moye, kelopak matanya sekarang perlahan mulai tertutup di bawah cahaya bulan yang berangin.

Fengjiu tampaknya sedang memasuki mimpi selagi kapal pesiar ini melaju. Dalam kenyamanannya, ia dapat mendengar percakapan dari beberapa langkah di belakangnya.

“Kakak, kau hanya makan sedikit saat perjamuan sebelum kau memuntahkan lebih dari setengahnya,” kata suara sejernih kristal.

“Yang Mulia Xize sengaja membawakan beberapa ubi jalar bakar dan meminta para pelayan untuk membawakan mereka. Cobalah dan lihat apakah kau menyukainya?” 

Ia melanjutkan: “Aku selalu berpikir bahwa seseorang dengan posisi seperti Yang Mulia Xize tidak akan pernah mendekatkan dirinya dengan pekerjaan dapur seumur hidupnya. Mengejutkan sekali, ia membakar ubi-ubi ini dengan sangat baik.”

Suara yang lebih lembut menjawab: “Semenjak Yang Mulia Xize mengasingkan diri di balik Gunung Qinan, ia tidak ingin orang lain mengganggu ketenangannya dan ia tidak butuh bantuan pelayan lagi selama bertahun-tahun. Tentu saja ia dapat melakukan sesuatu semudah membakar ubi jalar.”

Di saat ini, Fengjiu menyadari siapa para pembicara ini. Sesuai dugaan, mereka tak lain tak bukan merupakan kedua saudarinya. Ia tidak berniat mencuri dengar di sudut. Mungkin karena ia memilih sudut terpencil ini untuk mengobrol dengan Su Moye, dan langit juga begitu gelap, kedua saudarinya tidak menyadari ada sepasang telinga ekstra.

Salah jika terus lanjut mendengarkan percakapan mereka, namun tampaknya salah juga kalau keluar sekarang.

Selagi Fengjiu ragu apa yang harus dilakukannya, ia mendengar suara tawa bak kristal milik Changdi: “Takutnya, hanya kau satu-satunya yang tahu soal hal ini mengenai Yang Mulia Xize. Menurut pengertianku, Yang Mulia hanya meninggalkan gunung demi dirimu. Ia sudah berada di istana selama sepuluh hari tetapi ia bahkan tidak melirik Aranya. 

"Tampaknya rumornya memang benar; Yang Mulia Xize memang tidak mempedulikan Aranya. Kau juga pasti sudah menyadari tatapan Aranya pada Yang Mulia Xize malam ini. Ketika ia mendengar Ayah berkata bahwa Yang Mulia turun gunung demi penyakitmu, aku jelas-jelas melihat wajahnya memucat seperti secarik perkamen. Ia begitu kesal.”

Suara lembut Junuo menurun jadi bisikan: “Adik, kau sedang bicara tidak baik. Jangan mengulangi omong kosong semacam ini, jangan sampai orang lain mendengarmu.”

Changdi mendengung: “Karena kau selalu terlalu baik, kau tidak dapat melihat betapa arogannya Aranya belakangan ini. Ia pikir ia harus diperlakukan berbeda sekarang karena Ayah mengizinkannya ikut dengan kita tahun ini. Ia tidak melihat bahwa dirinya hanyalah makhluk menjijikkan yang dibesarkan oleh ular! Bahkan jika ia berada tepat di depanku saat ini, aku akan tetap mengatakan hal yang sama.”

Kemudian Changdi menambahkan: “Aku sungguh tidak mengerti. Jika Yang Mulia Xize tidak mempedulikan Aranya, lalu mengapa ia tidak menceraikannya? Aranya hanya menodai status Xize!”

Beberapa perkataan itu datang bersamaan dengan udara malam memasuki telinga Fengjiu. 

Haruskah ia lanjut mendengarkan atau segera keluar dari sana?

Fengjiu tidak harus ragu lagi. 

Ia menguap dan berjalan keluar dari balik sudut: “Betapa beruntungnya diriku malam ini. Aku tidak menyangka bahwa, selagi menikmati angin sungai di buritan, aku dapat mendengarkan saudari-saudariku mengungkapkan pendapat mengenai kakak ipar mereka. Apakah orang-orang tidak takut lagi pada telinga di dinding ketika mereka berbicara dan melakukan hal yang memalukan?”

Kemunculan Fengjiu yang mendadak menghentikan baik Junuo dan Changdi di jalan mereka. 

Changdi merupakan yang pertama kali bereaksi selagi ia langsung mengejek setelah sempat ragu: “Kala itu, dirimulah yang menggapai sang bulan. Apakah kau cemburu karena Yang Mulia Xize hanya memikirkan kakak pertama dalam hatinya? Hal memalukan merupakan salah satu hal untuk dibahas oleh orang-orang berpendidikan. Kau ingin bicara pada kami tentang memalukan dengan statusmu itu?”

Changdi merupakan saudari termuda tetapi ia berani mencemooh kakaknya yang lebih tua dengan begitu fasihnya. Hanya dengan satu lirikan, seseorang bisa melihat bahwa Changdi tidak didisiplinkan dengan baik.

Para makhluk abadi di Qingqiu selalu ditertibkan oleh Fengjiu dengan begitu baik hingga ia tak punya siapa pun lagi untuk didisiplinkan sekarang. Tepat saat ini, Changdi adalah sarang lebah yang begitu memprovokasi. Sebenarnya, ini membuat Fengjiu sedikit bersemangat.

Fengjiu mengangguk dalam pemahamannya dan tersenyum: “Oh, jadi karena statusmu memenuhi syarat untuk berbicara memalukan, kau bebas bicara memalukan dan bertingkah tidak senonoh. Aku sudah mempelajari hal baru hari ini.”

Changdi mengamuk penuh kebencian: “Kau!”

Changdi diberhentikan dengan suara rendah Junuo: “Yang Mulia Xize meminta kita untuk memeriksa denyut nadiku. Ayo kembali bersamaku.”

Lirikan Junuo sembarangan ke arah Fengjiu, tetapi kepada Changdi lah ia kemudian berkata: “Ada waktunya ketika memulai perang kata-kata bodoh ini hanya akan menurunkan martabat kita.”

Ketika Junuo selesai, ia menarik Changdi dan berbalik pergi.

***

Di dalam sebuah kamar kecil, di atas sebuah bantal bersulamkan benang emas di atas meja, Su Moye menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri. Mutiara tiram mengeluarkan cahaya lembut di atas meja sempit itu.

Para Biyiniao ini hanyalah dewa di bumi, tetapi kekayaan mereka cukup menggelikan dibandingkan dengan para dewa air di empat lautan.

Su Moye memainkan gelasnya malas-malasan. Orang-orang di luar sana sudah bersumpah bahwa mimpi ini diciptakan menurut sentimen Aranya. Pada kenyataannya, Aranya telah meninggal dan berubah jadi asap.

Sentimen apa? Mimpi apa? 

Sayang, Su Moye masih membiarkan hatinya berharap meskipun hanya dengan perkataan mudah itu. Ia nyaris mempercayainya.

Su Moye begitu bersemangat waktu itu. Jika, seperti yang dikatakan para tetua Biyiniao, ini sungguh merupakan ilusi hantu Aranya, ia tidak ingin menyiakan-nyiakan waktu dalam memasukinya.

Su Moye mungkin dapat menemukan apa yang menghantui Aranya jika ia masuk kedalamnya. 

Apa sebenarnya ilusi Aranya? 

Apakah terdapat sebuah tempat di dalam sana untuknya?

Su Moye tidak tahu di masa lalu, dan ia masih tidak tahu sekarang, namun ia ingin mengetahuinya. Saat ia akhirnya berhasil memasukinya dan melihat-lihat sekitar, Su Moye menyadari bahwa tempat ini hanyalah sebuah dunia paralel buatan. Ia kecewa.

Sungguh ada keegoisan dalam misi penyelamatannya. 

Su Moye ingat perkataan Liansong padanya hari itu: “Dengan adanya Donghua di dalam sana, ia pasti akan menjaga keselamatan Fengjiu. Jika kau menemukan Donghua, kau akan menemukan Fengjiu. Misi terpenting dari perjalananmu adalah pertama, mencari keduanya.”

Menemukan Fengjiu merupakan sebuah hal yang mudah untuk dilakukan. Hari itu, selagi minum-minum di restoran, ia menyaksikan pertemuan antara Aranya dan Chen Ye.

Merasa curiga, Su Moye mendatangi kediamannya esok hari dan mengarang cerita. Su Moye mendapatkan banyak informasi dari Fengjiu dan kesan yang bertahan hingga sekarang.

Tetapi apa yang Liansong katakan soal Donghua sama sekali tidak benar. Donghua tidak muncul hingga hari ini, ia dan Fengjiu tidak bersama.

Apa yang dikatakan Su Moye pada Fengjiu soal Su Moye hari ini tidak dapat dikatakan sebagai kebohongan. Ia memang tidak pernah melihat Size sebelumnya. Setelah Su Moye datang ke dalam dunia ini, ia juga lupa bagaimana wajah Dijun karena gangguan yang tercipta di dalam Mimpi Aranya.

Dijun pun, dengan alasan yang sama, tidak mengenalinya. 

Akan tetapi, Su Moye menyusup masuk ke Istana Qinan beberapa hari yang lalu dan melihat lukisan Xize di dalam sarang tersembunyi istana. Lukisan ini tidak menunjukkan tampang jubah ungu dan rambut perak yang mereka lihat hari ini.

Jika Donghua sudah memutuskan untuk meminjam identitas Xize, tidak sulit baginya untuk menggunakan mantra pengoreksi dan menggantikan ingatan Biyiniao akan penampilan Xize dengan miliknya sendiri.

Sebuah mantra pengoreksi bukan sihir yang kuat dan tidak berbahaya di dalam dunia ini. Tepat seperti gaya Dijun untuk menggunakan mantra pengoreksi ini daripada mengubah penampilannya menjadi Xize untuk penyamaran ini.

Su Moye menautkan alisnya dan mempertimbangkan segalanya. Ketika Fengjiu terluka parah, jiwanya mungkin harus dipisahkan dari tubuhnya untuk memulihkan diri. Semua dewa berkemampuan tahu bahwa jalan terbaik untuk pulih adalah di dalam rahim seorang wanita hamil. 

Mungkinkah ... Dijun meletakkan jiwa Fengjiu di dalam rahim Junuo?

Jika memang begitu kasusnya, ini menjelaskan mengapa Dijun begitu perhatian pada Junuo. Tetapi siapa sangka, Fengjiu pun salah satu dari gangguan, dan pada akhirnya jiwanya merasuki tubuh Aranya. Tampaknya Dijun masih belum mengetahui hal ini. Pertunjukkan ini semakin menarik saja.

Su Moye tersenyum. Titik terang akhirnya mulai menyinari beberapa hal. Fengjiu dan Dijun kini sudah bersama, tetapi mereka menyembunyikan diri satu sama lain. Su Moye juga membutuhkan bantuan Fengjiu, jadi ia tidak boleh membiarkan keduanya bertemu dulu.

Bukannya Su Moye tidak adil. Sejak zaman dahulu, berhubungan dengan debu duniawi hanya akan menghasilkan sentimen yang tetap. Sentimen ini telah mewabahinya selama bertahun-tahun, dan hanya Fengjiu yang mampu melepaskan Su Moye dari itu.

Sebelum Su Moye bertemu Aranya, tiada satu pun yang pernah memenuhi hatinya. Hingga hari ini, ia masih mengingat hari berangin hangat ketika seorang anak kecil mengenakan gaun pernikahan merah dan dandanan cantik, mengetuk papan catur dengan jemari rampingnya, sementara bertanya padanya:

“Guru, apa yang mengganggumu? Apakah kau tidak senang karena aku menikah di usia semuda ini? Hal-hal semacam ini tidak akan membuahkan apa pun meski jika kita menghabiskan waktu memikirkannya, jadi apa gunanya berpikir? Mari gunakan kesempatan dari pemandangan musim semi indah ini; sebelum tandu pernikahan tiba, biarkan aku menemanimu dalam satu permainan catur.”

Bagaimana mungkin seseorang dengan watak sepertinya, gantung diri?

Gelas anggur di tangan Su Moye jadi lebih hangat. 

Dalam cahaya pucat mutiara, pria berjubah putih ini menuangkan anggur itu ke atas tanah dan bergumam lembut: “Bilianchun terasa paling enak ketika dihangatkan hingga tercipta aroma teratai setelah tersiram hujan. Coba dan lihat apakah ini adalah rasa yang sama yang selalu kau suka.”

Suara lembutnya mengandung secercah kesedihan dan kesepian. Angin mulai kencang di luar jendela. Di dalam angin yang bersiul itu terdapat suara duka yang teredam.

0 comments:

Posting Komentar