Sabtu, 07 November 2020

3L3W TPB 2 - Chapter 2 Part 2

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book 2

Chapter 2 Part 2

Sebelum Fengjiu dapat memikirkan apa pun, ia mendorong dada Dijun dan merona semerah muda persik yang mekar: “Bagaimana bisa kau mengucapkan perkataan tidak tahu malu semacam itu?!”

Sejujurnya, Dijun hanya sedang bercanda, tetapi ia tidak menyangka pendengarnya tidak akan menganggap perkataannya sebagai ucapan biasa. 

Donghua mengingatkan Fengjiu: “Siapa yang memulainya, apa kau ingat?”

Api amarah Fengjiu langsung membara; ini adalah pertanyaan mengenai kebanggaan. 

Fengjiu berpikir sekian lama sebelum ia cukup memberanikan diri menjawab: “Kuakui, akulah yang memulainya.”

Fengjiu mengusap hidungnya dan mulai membela dirinya dengan cara yang tidak masuk akal: “Tapi ini adalah mimpiku, jadi aku dapat melakukan apa pun yang kumau.”

Disini, Fengjiu mendadak tersadar. Benar, ini adalah mimpinya, Donghua tercipta dari imajinasinya. Biasanya, ia tidak pernah menang melawan Donghua dalam sebuah argumen, bagaimana mungkin ia masih tetap searogan ini bahkan dalam mimpinya? Donghua sungguh tidak menghormati mimpi pemiliknya!

Fengjiu menatap Donghua tanpa rasa takut dengan keberanian yang baru ditemukannya: “Kau, kau hanyalah tercipta dari imajinasiku. Dalam mimpiku sendiri, aku bisa memanfaatkanmu semauku, bagaimana pun caranya. Tetapi kau tidak dapat melakukan hal yang sama padaku.”

Fengjiu mulai menyelaraskan sekarang karena pikirannya sudah jernih: “Kau tidak perlu membalas apa yang kukatakan dengan alasan, karena tidak ada alasan dalam mimpi ini, perkataanku adalah satu-satunya alasan!”

Pidato Fengjiu dikatakan dengan penuh keyakinan. Ketika ia selesai, ia sendiri merasa sedikit kagum. Diam-diam ia mengamati Dijun.

Dijun dibuat bengong selama beberapa saat. Fengjiu bertanya-tanya apakah Dijun merasa terintimidasi. Ia melambaikan tangannya di hadapan Dijun.

Dijun memegangi tangannya yang sedang melambai. 

Donghua jelas menatap Fengjiu, tetapi perkataannya tampaknya ditujukan pada dirinya sendiri: “Jadi ia pikir ia sedang bermipi.” 

Jeda. 

“Aku bertanya-tanya mengapa kau mendadak jadi begitu rileks, dan kau bahkan tidak marah.”

Fengjiu mendengarkan setiap perkataan dari dua kalimat Dijun dengan jelas, tetapi ia tidak cukup memahami maksudnya. 

“Apa yang sedang kau bicarakan, bermimpi?”

Benar-benar kehilangan arah, Fengjiu melanjutkan: “Bukankah ini sebuah mimpi? Kalau ini bukan sebuah mimpi, lalu darimana datangnya dirimu?”

Begitu kebingungan sekarang, Fengjiu menambahkan: “Kenapa aku harus marah padamu?”

Fengjiu mulai sadar ketika matanya melihat sekilas bibir memerah Donghua; wajahnya memucat selagi ia berkata, “Apakah aku sungguh memanfaatkan ...”

Fengjiu tidak mampu mengucapkan kata ‘dirimu’. Tangannya yang bebas yang tidak sedang dipegangi Donghua mulai menarik selimut ke atas dadanya secara diam-diam, mencoba menutupi kepalanya juga. Kenyataan memang sedikit kejam.

Dijun menangkap ujung selimut itu di tengah jalan, tangan Fengjiu tertahan olehnya. 

Donghua memfokuskan pandangannya pada Fengjiu sekian lama, kemudian akhirnya bertanya, “Apa kau mengingat apa yang kau lakukan sebelum tertidur, Xiao Bai?”

Apa yang Fengjiu lakukan sebelum ia tertidur? Ia merasa ia sama sekali tidak memiliki kesan apa pun sebelumnya. Otaknya sekarang terlempar ke dalam angin. Kabut dari ingatan terlupakan mengenai masa lalu yang tragis terbawa oleh siliran angin. Mendadak, separuh hati Fengjiu merasa dingin. Apakah gejala semacam ini berarti ia telah kehilangan ingatannya?

Kesedihan melahirkan aura dingin. Ketika pemikiran ini mendatanginya, tubuh Fengjiu jadi dingin dan kaku. 

Tepat di saat ini, tangannya yang membeku digenggam lebih erat lagi, dan di sebelah telinganya terdengar suara menentramkan milik Dijun: “Aku ada di sini, jangan takut. Kau hanya mengantuk karena tidurmu, itu saja.”

Fengjiu menatap Dijun tidak yakin.

Dijun meluruskan helaian rambut yang menempel di kening Fengjiu lalu berkata dengan tenang, “Terkadang kita bisa jadi begini setelah tertidur terlalu lama. Tidak masalah jika kita tidak bisa mengingat hal-hal sebelum kita tertidur. Kau masih mengingat hal yang paling baru, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Kilatan lembut muncul di mata Donghua. 

“Sejujurnya, aku tidak keberatan jika kau tidak bisa mengingat beberapa hal tertentu.”

Walaupun perkataan Dijun tidak dapat dihitung sebagai penghiburan yang menenangkan, ketika Fengjiu mendengarnya, sebenarnya ia merasa sangat yakin.

Baru sekaranglah Fengjiu melihat dengan jelas. Meskipun ia tidak sedang bermimpi, ia memang sedang berbaring di atas sebuah ranjang yang besar. Tetapi, bukan ranjang pernikahan dengan seprai dan tirai merah.

Di bawah tubuh Fengjiu adalah sebuah kasur, di depan matanya terdapat tirai sutra tipis, semuanya berwarna nila tua. Di balik tirai itu bukan sepasang lilin naga-phoenix yang sedang menyala (digunakan pada malam pertama). Malahan, melayang di atas kanopi ranjangnya adalah sebuah mutiara malam sebesar telur angsa.

Melalui tirai sutra tipis, langit terlihat seperti sebuah layar besar sementara tanahnya seperti sebuah karpet panjang. Hutan putih dan sinar bercahayanya memberikan atmosfer mistis di sekitarnya.

Tentu saja, bagian dengan energi mistis terkuat yang bersinar berasal dari Dijun yang sedang duduk di depan Fengjiu.

Dijun mengatakan ‘hal paling baru’. 

Hal paling baru, Fengjiu merenung sesaat, mengingat sesuatu, dan berbisik pada Donghua: “Jika kau bukanlah sebuah mimpi, lalu ... pernikahanku dengan Cang’yi Shenjun sebelum kau muncul ... pastilah mimpi.”

Fengjiu bertanya-tanya mengenai asal mula mimpi ini. 

Dengan wajah kebingungan, ia berkata, “Dua bulan yang lalu, pria tua, maksudku, ayahku memaksaku untuk menikahi Cang’yi Shenjun dari Gunung Zhiyue. Di malam pernikahan, aku melakukan segala yang bisa kulakukan untuk menghancurkan istana Cang’yi. Pernikahan ini sia-sia.

"Aku mendengar, perbaikan untuk istana itu seharga seluruh kekayaannya tahun itu. Namun, Cang’yi Shenjun tidak mengambil hati meskipun aku telah mengubah istananya jadi puing-puing. Ia bahkan membelaku ketika ayahku ingin mengomeliku.”

Fengjiu menyimpulkan dengan suara rendah: “Ia membuat gestur semacam ini, tetapi aku menduga, semenjak kekuasaannya di bumi terlalu luas, ia memiliki terlalu banyak masalah untuk dikhawatirkan, dan pikirannya pasti sudah sangat lelah. Namun, ia membelaku.

"Aku sungguh berterima kasih padanya, dan merasa entah bagaimana agak bersalah karena menghancurkan istananya. Aku sedikit malu. Aku memperhitungkan, inilah mengapa aku memimpikan mimpi yang aneh hari ini.”

Rambut Fengjiu jadi kusut selama tidurnya. Tanpa berkata apa-apa, Dijun membantu meluruskannya lagi. Ia memikirkan tentang ringkasan Fengjiu yang tidak koheren.

Siming bilang, pernikahan paksa Fengjiu ke Gunung Zhiyue terjadi tujuh puluh tahun yang lalu, tetapi Fengjiu mengatakan itu baru terjadi dua bulan yang lalu. Tampaknya, ketika Fengjiu terluka parah, ia tidak punya cukup banyak energi abadi dan ingatannya jadi agak kacau oleh Mimpi Aranya.

Ingatan Fengjiu terhenti pada masa tujuh puluh tahun yang lalu. Inilah mengapa Fengjiu tidak bertanya dengan marah-marah mengenai kenapa Donghua memberikan buah Saha pada Jiheng. 

Dijun merasa bahwa kemampuan merusak ingatan seseorang dalam Mimpi Aranya cukup membawa keuntungan.

Fengjiu merenung sejenak. Pada akhirnya, ada beberapa hal yang masih tetap membingungkannya. 

Keraguan merambat ke wajahnya selagi Fengjiu berkata gugup, “Sebenarnya, aku merasa ada yang tidak beres tepat ketika aku membuka mataku.”

Fengjiu memandang Donghua bersamaan dengan kesulitan muncul di matanya. 

“Jika aku bermimpi waktu itu, dan sekarang aku tidak sedang bermimpi lagi, lalu di mana tempat ini, Yang Mulia ... kenapa kau ada di sini? Dan ranjang siapa ini?”

Dijun memandang Fengjiu beberapa lama. Tampaknya, saat ini ingatan Xiao Bai hanya termasuk di masa ketika ia menghabiskan waktu di Jiuchongtian sebagai bayi rubahnya. Ini akan jadi jauh lebih mudah.

Dengan ekspresi yang tulus, Donghua memulai omong kosongnya: “Ini merupakan sebuah medan pelindung seperti yang ada di Lingkup Teratai Jahat. Yan Chiwu membuatku terperangkap di sini. Kau begitu mencemaskanku hingga kau buru-buru kemari untuk menyelamatkanku.”

Mulut Fengjiu menganga sebesar ukuran telur asin; seseorang dapat memasukkan satu kepalan tangan ke dalamnya. 

“Apakah Yan Chiwu sehebat itu? Ia mampu membuatmu terperangkap dua kali?!”

Dijun mempertahankan wajah tenangnya: “Bukan hanya memerangkap diriku, ia juga memerangkap dirimu. Itulah mengapa kita tidak bisa meninggalkan tempat ini, kita terkurung di sini.”

“Dasar Yan Chiwu penjahat!” 

Fengjiu berseru marah.

Namun, setelahnya Fengjiu jadi bingung: “Mengapa Yan Chiwu memerangkap dirimu lagi dan aku buru-buru kemari menyelamatkanmu, tetapi aku tidak ingat apa-apa soal itu?”

“Karena kau sudah tertidur terlalu lama,” Dijun menjawab tenang.

Melihat bahwa masih ada keraguan di mata Fengjiu, Donghua mengelus wajahnya, menatap serius ke dalam matanya, dan menurunkan nada suaranya: “Xiao Bai, bukankah kau selalu menyelamatkanku ketika aku terperangkap?”

Bukankah kau selalu menyelamatkanku ketika aku terperangkap?

Fengjiu tegang.

Malam ini, pikiran Fengjiu memang terbalik. Ia bertingkah dengan gaya aneh yang tak mampu dijelaskannya.

Namun, perkataan Donghua layaknya butiran salju lembut yang mendarat di bulu matanya, menghapus awan-awan dalam pikirannya. Entah mengapa, Fengjiu merasa lebih sadar.

Ingatan dari masa Jiuchongtian membanjir kembali, hati Fengjiu mendadak merasa sedih.

***

Fengjiu ingat, pernah suatu hari ketika ia berbincang dengan bibinya mengenai betapa mistiknya dunia ini. Begitu mistik karena ada banyak hal yang tampaknya mirip namun nyatanya tidak.

Sebagai contoh, ‘cinta’ dan ‘hasrat’. Ada sedikit perbedaan di antara keduanya saat pertama kali dilihat, namun kenyataannya keduanya memang jauh berbeda.

Perbedaanya adalah bahwa ‘hasrat’ dapat dikendalikan, sementara ‘cinta’ tidak. 

Itulah mengapa ada seorang manusia yang pandai bicara mengatakan: “Tidak mungkin tahu darimana cinta itu dimulai maupun kapan itu pergi.”

Dengan Donghua, bukanlah sebuah hasrat yang dapat dikendalikan, melainkan lebih kepada cinta yang tak terkendali. Fengjiu pikir, ia telah memutuskan perasaannya, tetapi ia tidak menyangka bahwa akarnya telah tertanam begitu dalam.

Mulanya, Fengjiu berpikir ia telah memutuskan perasaan itu dengan bersih, tetapi semakin ia menggali, semakin banyak yang ia temukan.

Fengjiu kira, masa lalu telah terhapuskan oleh angin, dan semuanya telah berubah menjadi awan debu. Tetapi, dengan perkataan mudah Donghua, lapisan debu itu terangkat dan Fengjiu dibuat menyadari betapa dalam dan masih terlindungnya perasaannya tertanam.

Kenapa Yan Chiwu memerangkap Donghua lagi? 

Mengapa Fengjiu tidak belajar dari pengalamannya dan masih juga datang kemari untuk menyelamatkan Donghua seperti orang gila? 

Fengjiu tidak mempedulikan soal pertanyaan-pertanyaan ini lagi.

Bukankah Dijun bilang Fengjiu selalu datang menyelamatkannya ketika ia terperangkap?

Setelah dua ratus tahun, tampaknya, Donghua akhirnya mengetahui bahwa Fengjiu merupakan rubah kecil yang menyelamatkannya dari Lingkup Teratai Jahat tahun itu, rubah kecilnya yang pernah tinggal di sisinya di Jiuchongtian. 

Apakah Donghua juga tahu ia telah begitu banyak menderita hanya demi Donghua?

Tetapi, memangnya kenapa jika ia tahu atau tidak? 

Ini bukan waktunya untuk pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

Air mata mendadak menggenang dan berjatuhan dari mata Fengjiu. 

Ia mendengarkan suara paraunya sendiri: “Jadi kau tahu bahwa aku adalah rubah waktu itu. Tetapi, kenapa kau baru mengetahuinya sekarang?”

Atmosfer di dalam ranjang bertirai mendadak jadi sangat tenggelam. 

Donghua menyeka air mata yang berada di sudut mata Fengjiu dan berkata setelah terdiam lama, “Semuanya adalah salahku.”

Fengjiu menatap Donghua dengan mata berkabut. Ia tidak pernah melihat ekspresi semacam ini pada wajah Donghua sebelumnya.

Fengjiu tahu, Donghua sedang mengalah padanya. Ia mengakui pada Fengjiu kalau ia salah, tetapi Fengjiu juga tahu bahwa seseorang tak bisa disalahkan jika ia tidak mengetahui apa-apa.

Ini bukanlah kesalahan Donghua, Langitlah yang tidak memberikan mereka takdir ini. Tidak adil bagi Donghua hingga ia perlu meminta maaf. Akan sangat tidak masuk akal jika Fengjiu berteriak histeris menanyai Donghua saat ini.

Fengjiu hanya pernah dengar, senyuman dapat melelehkan perselisihan, ia tidak pernah mendengar seseorang harus menggunakan air mata untuk membuat musuh baru.

Fengjiu mengangkat tangannya untuk mengusap air matanya, kemudian menurunkan pandangannya dan berbisik: “Tidak apa. Sebelum Jiheng datang ke Istana Taichen, kau telah memperlakukanku dengan sangat baik. Hanya setelah Jiheng datanglah kau mulai memperlakukanku buruk.

"Tapi kau tidak perlu mencemaskan soal ini karena aku juga sudah lama memikirkannya dengan saksama. Jiheng adalah orang yang kau cintai. Aku hanyalah seekor peliharaan di Istana Taichen. Karena aku mencakar Jiheng, tidak salah bagimu untuk menghukumku.

"Tidak masalah juga, kau tidak datang mengunjungiku ketika aku dikurung, karena kau sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan Jiheng. Ada begitu banyak hal yang dicemaskan dalam sebuah pernikahan, ada begitu banyak etika yang harus dilakukan. Wajar saja kalau kau melupakanku.”

Fengjiu terisak dan berusaha tampak murah hati. 

“Kau tidak perlu khawatir ketika singa salju itu nyaris membunuhku juga. Aku sudah memikirkannya dengan baik. Hari itu, jika aku mendengarkan Zhonglin dan tetap diam, aku tidak akan berjumpa dengan masalah yang kuhadapi. Lagipula, aku tidak bisa benar-benar menyalahkan siapa pun. Aku hanya dapat menyalahkan pada nasib burukku.”

Fengjiu mengangkat tangannya untuk menghapus air matanya dan berkata sungguh-sungguh, “Karena aku mengalami begitu banyak penderitaan ketika aku berada di istanamu, Langit mungkin ingin memberitahuku bahwa kau dan aku tidak berjodoh, karena itulah aku ...”

Suara Dijun menanyai Fengjiu dari atas: “Karena itulah kau ...?”

Fengjiu mendongak dalam diam; air mata yang belum mengering pun menuruni hingga ke dagunya ketika Dijun mengecohnya lagi dengan pertanyaan, “Karena itulah kau ...?”

Fengjiu sendiri tidak yakin. Dijun menyatukan alisnya, wajahnya mendadak jadi dingin. Fengjiu merasa bahwa mata Donghua tampak sedih ketika ia menatap Fengjiu.

***

Dulu di Jiuchongtian, jika Donghua tahu bahwa rubah peliharaannya adalah ratu muda dari keluarga Bai di Qingqiu, apa yang akan dilakukannya?

Donghua merenungkan soal ini dan sepertinya ia akan mengembalikan Fengjiu ke Qingqiu. Jika ia adalah bayi rubah yang menyelamatkannya di dalam Lingkup Teratai Jahat, maka Donghua akan menghadiahkannya dengan beberapa harta karun Langit sebagai bentuk rasa terima kasih.

Tak dipungkiri, Donghua sangat mengaguminya, tetapi tidak mudah untuk menyimpan ratu dari satu klan sebagai seekor peliharaan.

Ada begitu banyak hal yang terjadi pada Fengjiu yang tidak diketahui oleh Donghua, dan mungkin ketidaktahuan ini juga merupakan kesalahan itu sendiri, tetapi ia tidak dapat mengubah apa yang telah berlalu; penyesalan tidak akan membantu apa pun.

Wajah Fengjiu menunjukkan kelelahan, matanya samar-samar menatap bulan yang menggantung di atas sebuah dahan. Fengjiu telah terjaga selama hampir setengah jam. Waktu semakin sempit.

Penempaan diri Fengjiu sudah terkuras habis ketika ia jatuh dalam Mimpi Aranya, baik jiwa dan tubuhnya terluka. Selama tiga bulan ini, Fengjiu harus bergantung pada darah Donghua tiga kali sehari untuk memperbaiki jiwanya dan mengembalikan energi 30.000 tahun Fengjiu. Tetapi tubuh Fengjiu masih sangat lemah, dan ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk pulih.

Dewa-dewi biasanya mencari tempat-tempat dimana terdapat energi mistik yang pekat berkumpul untuk merawat tubuh mereka kembali sehat. Tetapi hanya ada sedikit energi mistik di dalam Lembah Fanyin; tidak terdapat banyak tempat suci juga di sini. Donghua menggunakan energinya sendiri untuk menciptakan sebuah medan mantra khusus dirancang untuk proses penyembuhan Fengjiu.

Menurut aturan sihir medan mantra ini, semenjak diciptakan khusus untuk Fengjiu, setelah ia terbangun, energi yang tertidur di sekitar tubuhnya akan mulai bangkit, dan tubuhnya akan terbungkus olehnya selama satu jam. Inilah mengapa Donghua mengatakan waktunya sempit.

Meski demikian, walaupun mantra ini sebuah tempat yang baik untuk merawat tubuh dewa atau dewi, ini bukanlah suatu tempat di mana roh bisa tinggal di dalamnya terlalu lama.

Paling baik adalah menempatkan Fengjiu di tempat lain. Dengan keadaannya sekarang ini, jalan terbaik adalah menyimpan rohnya dalam orang yang hidup dimana Fengjiu dapat akses melanjutkan kehidupan. Sementara untuk Mimpi Aranya, masih belum waktunya untuk pergi.

Fengjiu bersandar di sisi ranjang selagi ia menatap samar ke arah selimut di atas tubuhnya. Donghua menyatukan alisnya tanpa kata. Ia tahu Xiao Bai pasti membencinya saat ini. Sejujurnya, bukan tanpa alasan juga bagi Fengjiu membencinya.

Tetapi mantra penyembuhannya hanya bertahan setengah jam lagi. Setelah Fengjiu memasuki segel mantra itu, dengan lemahnya tubuh Fengjiu, ia butuh paling tidak tiga bulan lagi sebelum ia dapat pergi. Menghabiskan setengah jam terakhir ini dengan Fengjiu selagi gadis itu membenci dirinya akan sangat sia-sia.

Di dalam tirai lembut, atmosfernya menjadi hening sejenak, di luar sana terdengar suara jangkrik.

Di sudut ranjang, Fengjiu berpegangan pada selimut itu dan dengan ragu-ragu melihat Donghua. 

“Ada apa, Dijun?”

Dijun tersadar, melihat Fengjiu dengan serius selama beberapa saat dan akhirnya menjawab: “Kau baru saja akan berkata, ‘Karena itulah ...’?”

Ketika Donghua melihat Fengjiu mulai mengerut termenung, ia mendadak berkata, “Tidak ada ‘karena itulah mengapa.’ Kenyataannya, kita sudah menikah.”

Boom, kepala Fengjiu terantuk di bingkai ranjang. 

“Bagaimana bisa?!” 

Fengjiu bertanya syok.

Kesedihan nampak di mata Dijun. 

“Kenapa tidak?” ia bertanya pada Fengjiu.

Fengjiu memijat pelipisnya dan berkata, “Aku tidak ingat ...”

Fengjiu tidak ingat sama sekali kalau ia dan Donghua telah bertukar tanggal lahir, melakukan upacara pernikahan, atau telah melaksanakan malam pertama pernikahan mereka ...

Tentu saja, tidak masalah jika tidak mengingat satu hal, tetapi Fengjiu tidak punya ingatan apa pun bahkan separuh detailnya ... cukup memungkinkan Dijun sedang berusaha membohonginya.

Namun, wajah Donghua saat ini begitu tulus ... Fengjiu menatap kebingungan pada Donghua.

Donghua membantu mengusap benjolan di kening Fengjiu untuk menghilangkan memarnya dan berkata, “Kau tidak ingat karena kau kehilangan ingatanmu. Aku berbohong padamu ketika mengatakan kau mengantuk karena tidurmu.”

Donghua memiliki kesabaran untuk itu dan menambahkan: “Aku takut kau akan ketakutan jika mengetahuinya. Sebenarnya, kau amnesia.”

Amnesia? Amnesia!

Sebagai seorang dewi yang hidup di era berbahaya dimana sangat populer untuk dapat amnesia entah karena ramuan maupun mantra, jadi amnesia nyatanya memang cukup mudah.

Fengjiu tergagap: “Aku ... apa aku sesial itu?”

Di dalam kepala Fengjiu memang ada begitu banyak hal yang tak dapat ia ingat. Memastikannya dengan apa yang terjadi sebelumnya, ia semakin merasa kalau perkataan Dijun mungkin saja memang benar.

Fengjiu panik: “Tetapi jelas, bagaimana mungkin aku menyetujui pernikahan ini? Aku ...”

Tangan Dijun terhenti, matanya menatap dalam Fengjiu selagi suaranya terdengar begitu dalam: “Karena, Xiao Bai, bukankah kau menyukaiku?”

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar